Ustad Dasad Latif Jelaskan Kronologi Penutupan 2 Resto Tak Halal di Mal Kota Makassar

Editor: Thamzil Thahir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Instagram Dasad latif

MAKASSAR, TRIBUN -- Empat hari pasca-viralnya video penutupan dua restoran kuliner tak halal di sebuah mal pantai barat Kota Makassar, Ketua Umum Ikatan Dai Muda Makassar, Dr M Das'ad Latif MA PhD, (46), Sabtu (3/8/2019) merasa perlu memberi penjelasan.

Penjelasan aktivis Aliansi Penjaga Moral Moral Makassar ini dia paparkan ke Tribun, saat klip video yang diunggah di akun instagramnya, @dasadlatif1212, sudah ditonton 153.5 K dan dikomentari 14.047 netizen per pukul 14.45 WITA, Sabtu (3/8/2019) atau 4 hari pasca-dia memposting video "penutupan" gerai di Mal PiPO Tanjung Bunga, Makassar,  Selasa (29/7/2019) lalu.

"Yang pertama saya jelaskan dulu, yang menutup restoran tak halal itu, bukan organisasi penjaga moral, resto itu sudah ditutup oleh manajemen Mal Phinisi Point (PIPO) sehari sebelumnya, saya datang ke sana dengan teman-teman, atas permintaan Pak Willy (Willanto Tanta, pemilik Mal Pipo dan The Rinra Hotel)," ujar Das’ad kepada Tribun.

Baca: Pluim Membaik, Rahmat dan Asnawi Belum Sehat

Dasad menjelaskan penutupan restoran kuliner babi itu adalah inisiatif manajemen PIPO.

"Itu yang kami apresiasi, kami diminta datang untuk mengabarkan ke publik," ujar Dasad.

Dijelaskan, Dasad mampir di depan Restoran Chris, yang khusus menyajikan aneka kuliner dari bahan dari Pork (babi) itu, karena diajak oleh si pemilik.

Dasad yang juga Dosen Ilmu Komunikasi di Fakultas Isipol Unhas, Makassar ini, menjelaskan, sejatinya yang mereka akan tinjau adalah cafe dan resto yang secara terbuka menjual alkohol.

Lokasi kafe itu berada sekitar 70 meter di resto Chris, juga dilantai II Mal Pipo.

"Sebelumnya awal Juli lalu, kita (APMM) sudah menyurati mal Pipo untuk tidak menjual terbuka minuman beralkohol, namun mereka (manajemen) baru merespon akhir Juli, Pak Willy akhirnya menelpon dan mengundang kami datang, sekaligus memviralkan upaya toleransi mereka di Makassar," ujar Dasad.

Perihal surat protes dari AMPP itu,  juga merujuk masukan dari komunitas pemuda hijrah Makassar, yang jumlahnya sekitar 500-an orang.

"Saya mengajak AMPP itu ke mal Pipo, untuk menghindari fitnah bahwa saya negosiasi dengan Pak Willy," katanya.

Komunitas pemuda hijrah ini, jelas Dasad, mengadu ke AMPP, karena mereka bercerita betapa terbukanya resto itu menjual minuman beralkohol.

Pengunjung melakukan konsultasi di Stand Morula IVF Makassar yang ada di mall Phinisi Point (Pipo) Makassar, Selasa (18/6). Klinik Morula IVF dikhususkan untuk membantu pasangan yang mendambakan seorang anak. Semua layanan yang ada di Morula IVF merupakan program-program fertilitas yang sesuai dan berdasarkan indikasi yang tepat bagi setiap calon orangtua. (abdiwan/tribun-timur.com)

"Kami sudah hapus tato, itu sakit sekali. Kami dulu ditato tak sakit karena diberi minum alkohol, nah kalau ada cafe terbuka jual alkohol, ini juga akan jadi potensi merusak moral," kata Dasad menirukan keluhan anggota komunitas hijrah itu.

Dasad yang pada Pilwali Makassar 2014 lalu maju sebagai calon wakil walikota bersama anggota DPR-RI dari Fraksi PKS, Tamsil Linrung, juga menjelaskan pandanganhya soal toleransi.

Toleransi, jelasnya ibarat ada persoalan dengan konflik berkadar 100 persen. 

"Kami mundur 50%, ya Anda juga tarik 50%. Jangan kami yang mayoritas mundur 50%, tapi anda mau ambil yang 50% itu," ujar doktor ilmu syariah dari UIN Alauddin Makassar dan doktor ilmu komunikasi dari Universitas Kebangsaan Malaysia itu.

Halaman
12

Berita Terkini