Detik-detik Bupati vs Warga Pendemo Jalan Rusak, 'Maumu Apa? Jangan Kurang Ajar, Ya'

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Detik-detik bupati vs warga pendemo jalan rusak, Maumu apa? jangan kurang ajar, ya.

TRIBUN-TIMUR.COM - Detik-detik bupati vs warga pendemo jalan rusak, "Maumu apa? jangan kurang ajar, ya".

Tak tahan lagi jalan rusak tak kunjung diperbaiki, warga demo bupati saat melintas.

Namun, sang kepala daerah menganggap demo tersebut tak beretika sehingga dia marah.

Viral video mobil bupati dicegat sekelompok pemuda. 

Massa protes karena jalanan desa yang rusak tak kunjung diperbaiki.

Bupati Mamuju Habsi Wahid yang berada di dalam mobil sempat membuka kaca.

"Maumu apa? Jangan kurang ajar, ya," kata sang bupati.

Aksi pengadangan mobil ini ternyata bentuk protes terhadap sang bupati lantaran kesal dengan infrastruktur jalan desa yang tak kunjung dibangun.

Para pemuda tersebut diketahui berasal dar Desa Pokkang, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat.

Sebuah daerah yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat kota Mamuju.

Dari video tampak para pemuda itu memegang kardus yang berisi tulisan tuntutan kepada Bupati Habsi Wahid.

Tulisan di kardus itu meminta agar bupati membenahi kondisi jalan desa mereka yang hancur.

Saat rombongan bupati tengah melintas, salah satu dari pemuda berjaket merah masuk di tengah jalan lalu berteriak.

"Bupati suka jalan rusak, jadi masyarakat harus lewat jalan rusak," teriak pemuda itu.

Setelah berhasil diadang, mereka sempat berdialog dengan bupati yang masih duduk di dalam mobil.

“Kami minta bupati membangun jalan ke desa kami, lihat sendiri kondisi jalan desa yang bapak lalui, rusak parah dan butuh perbaikan,” kata salah satu warga kepada bupati.

Tiba-tiba seorang ajudan dan petugas Satpol PP yang mengawal bupati turun dari mobil, mereka berusaha menghalangi aksi kelompok pemuda tersebut.

Namun, kelompok pemuda itu memaksa untuk berdiskusi dengan bupati dari dalam mobil Toyota Fortuner hitam yang ditumpangi bupati.

Para pemuda ini managih janji untuk perbaikan jalan menuju Desa Pokkang yang puluhan tahun tak kunjung diperbaiki oleh pemerintah.

Kelompok pemuda ini sempat menceramahi bupati yang dianggap hanya memberikan janji perbaikan jalan.

Bupati pun sempat marah lantaran aksi warga itu mengganggu perjalanan rombongannya ke sebuah acara.

"Maumu apa? Jangan kurang ajar yah," kata sang bupati.

“Tunggu giliran, pemerintah daerah sedang melakukan penataan di berbagai lokasi,” katanya dari dalam mobil.

Setelah itu, bupati bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju tempat acara.

Para pemuda itu tak berhenti, selepas rombongan bupati berlalu, para pemuda terus berteriak ke pengguna jalan lain.

"Bagaimana jalananta' bu', bagus toh. Begitumi bupati-ta' itulah bupati-ta' na-suka jalan begini, jadi masyarakat harus lewat jalan rusak," teriak seorang pemuda dalam video tersebut.

Selengkapnya, tonton video detik-detik kejadian di bawah ini.

Bupati Mamuju Angkat Bicara

Akhirnya Bupati Mamuju Habsi Wahid, angkat bicara menanggapi video tersebut.

Ia mengatakan, dirinya tak marah-marah saat berkomunikasi dengan para pemuda yang mengadangnya.

Ketua DPW Partai Nasdem Sulawesi Barat itu mengaku awalnya ingin berkomunikasi dengan baik, sehingga membiarkan pemuda yang mengenakan jaket merah dalam video itu merapat ke mobilnya.

Namun pemuda tersebut justru tak memperlihatkan etika yang baik.

"Saya sudah jelaskan baik-baik kalau pembangunan jalan yang mereka maksud itu, akan tetap dikerjakan, tapi akan bertahap. Apalagi sebelumnya, sambungan jalan tersebut telah diperbaiki dan tahun depan kita akan lanjutkan," kata Habsi Wahid melalui rilis Humas Setda Mamuju.

Namun, pemuda itu tetap ngotot dengan gestur yang sangat provokatif, sehingga untuk menghindari debat kusir yang sengaja dibuat-buat, ia pilih untuk menghindar dan melanjutkan perjalanan.

Meski menuai pro dan kontra, namun jika ditelisik lebih bijak terdapat pesan moral yang sangat baik untuk menjadi pembelajaran.

Salah satu di antaranya adalah, budaya saling menghargai antara satu dengan yang lain, antara anak muda dengan yang lebih tua, hendaknya jangan hilang hanya karena desain kepentingan yang tidak jelas.

"Saya selalu sampaikan, sebagai pemimpin tidak boleh anti kritik karena kritikan adalah sesuatu yang dapat menjadi pengingat,"ujarnya.

Namun di sisi lain, masyarakat juga harus memahami bahwa ada norma dan etika yang baik dalam menyampaikan keinganan, supaya semuanya dapat saling menerima dan menghargai.(*)

Berita Terkini