TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Nasib malang dialami R alias Mamat (14).
Akibat salah bergaul, ia harus menjalani rehabilitasi Ballata yang dikelolah Lembaga Persaudaraan Korban Napza Makassar (L-PKNM).
Musabahnya, sudah setahun terakhir ia (Mamat) kecanduan mengisap lem.
Baca: Lima Fakta Drama Pemerkosaan Gadis 19 Tahun di Makassar
Baca: Middle Ring Road Makassar Segera Difungsikan, Ini Jadwalnya
Baca: Operasi Pajak di Panakkukang, Samsat Makassar II Terima Bayar Ditempat Rp 120 Juta
Akibat prilaku buruk itu, tubuh Mamat tampak kurus. Terlihat tulang lengan tangannya begitu tampak terbungkus kulit, seolah tanpa daging.
Kebiasaan mengisap lem itu ia dapatkan saat bergaul dengan remaja anak jalanan yang lebih dewasa darinya.
"Awalnya ikut-ikutka sama itu yang anak-anak punk (anak jalanan), disitu saya lihat pertama orang isap lem, jadi disituma juga coba-coba," kata Mamat saat ditemui tribun, Jumat (19/7/2019) siang.
Awal mengisap lem, kata Mamat, ia merasakan sakit pada dadanya dan mengalami mabuk.
Harga lem yang terbilang cukup murah, Rp 10 ribu per kaleng kecil dan sensasi mabuk yang dirasakan, membuat Mamat ketagihan.
"Murahji, biasa ta' Rp 10 ribu ji satu kaleng. Jadi biasa patunganma sama teman-temanku juga," ujarnya.
Selain kecanduan lem, bocah yang mengakhiri sekolahnya di bangku kelas dua SD itu, juga mengaku kerap merokok.
"Awalnya merokokja dulu, lama-lama saya lihatmi temanku isap lem, jadi ikutma isap lem," ungkap Mamat dengan ekspresi malu.
Tiga pekan terakhir menjalani rehabilitasi, Mamat perlahan meninggalkan kebiasaan buruk itu. Hal itu seiring dengan niatnya yang ingin hidup normal laiaknya anak seusia mereka.
"Mauma berhenti kak, tidak mauama. Kalau keluarma dari sini (tempat rebailitasi) mauka juga kerja jual-jualan balon boneka di Anjungan (Pantai Losari)," beber anak bungsu dari tujuh bersauda ini.
Noor Alamsyah (38) selaku konselor atau pendamping Mamat dan klien L-KPNM lainnya mengungkapkan, apa yang dialami Mamat merupakan dampak dari kurangnya pengawasan orangtua.
Kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak kata Alam sapaan Noor Alamsyah, juga dipengaruhi faktor rendahnya pengetahuan yang dipicu persoalan ekonomi.