TRIBUN-TIMUR.COM - Ternyata bukan semut Charlie tapi serangga Tomcat, simak bahaya, cara pencegahan, penanganan, dan pengobatan.
Belakangan kabar tentang semut Charlie viral di media sosial (medsos).
Dalam pesan tersebut berisi foto seorang bayi dengan kulit penuh ruam mirip luka bakar.
Dengan foto serangga kecil mirip semut dengan ekor lancip dan keterangan bahwa bayi tersebut korban gigitan semut Charlie.
Tapi ternyata foto itu bukan semut Charlie tapi serangga Tomcat.
Simak bahaya, cara pencegahan, penanganan, dan pengobatan pada bagian akhir artikel ini.
Terkait kabar tersebut, Kominfo telah menyampaikan bahwa kabar ini hoaks dan merupakan foto lama yang dikemas ulang.
"Foto bayi tersebut merupakan bayi yang terkena sindrom Linear Nevus Sebaceous, sebuah penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada gen.
Sedangkan semut Charlie yang disebut-sebut berbahaya tersebut sebenarnya merupakan serangga Rove Beetle atau populer dengan nama Tomcat di Indonesia," tulis Kominfo dalam keterangan singkatnya.
Baca: Viral Seserahan Pernikahan 1 Kuda, Mobil, Rumah, Uang 500 Juta untuk Hj Hastuti Anak Pedagang Emas
Baca: Ada Apa Putusan MK Hasil Pilpres 2019 Dipercepat? Ini Reaksi KPU, TKN Jokowi, Tim Hukum BPN Prabowo
Baca: Pendaftaran CPNS 2019 di sscn.bkn.go.id setelah Penerimaan PPPK (P3K), Berikut Penjelasan Resmi BKN
Namun, seperti apa semut Charlie di mata ahli serangga?
Menjawab pertanyaan itu, Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi.
Menurut Cahyo, serangga ini sebenarnya bukan semut melainkan kumbang (Coleoptera) dari Famili Staphylinidae.
Hewan ini dikenal dengan nama ilmiah Paederus fuscipes dan di Indonesia lebih dikenal dengan nama tomcat.
"Seperti kelompok kumbang lainnya, secara umum (Paederus Fuscipes) memiliki tiga bagian tubuh yaitu kepala, dada dan perut dengan tiga pasang kaki dan memanjang," terang Cahyo kepada Kompas.com, Selasa (25/6/2019).
Hewan berukuran 7-8 milimeter ini memiliki warna cerah, terutama kuning dan oranye pada rongga dadanya.
Selain itu, dia memiliki sayap separuh dan antena berbentuk benang yang memanjang.
Cahyo membenarkan, kumbang kni memiliki zat tertentu yang mampu menyebabkan kulit seperti terbakar dan melepuh.
“Ini merupakan hasil endosimbiosis antara racun pada tomcat dan bakteri,” imbuh dia.
Ketika kumbang tomcat merasa terganggu, dia dapat mengeluarkan racun yang disebut pederin.
Jika racun sudah menempel ke kulit, akan menimbulkan inflamasi atau peradangan.
Uniknya, tomcat jantan berperilaku mirip kalajengking ketika terancam. Mereka akan mengangkat ekornya dan mengeluarkan racun.
"Kumbang tomcat umumnya berada di pemukiman dan populasi meningkat diperkirakan saat akhir musim hujan," ujar Cahyo.
Berkurangnya populasi pemangsa (predator) seperti burung karena perburuan oleh manusia juga bisa menyebabkan populasi hewan ini meningkat.
Tak hanya itu, berkurangnya mangsa yang disebabkan karena perubahan fungsi lahan sehingga banyak populasi bersinggungan dengan pemukiman seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, hutan menjadi perkebunan, dan lain-lain juga berkontribusi atas kenaikan populasi kumbang tomcat.
Cahyo memperingatkan untuk menghindari serangga tomcat bila kita melihatnya.
Jika sudah terkena tomcat, jangan dipencet atau dipukul karena kumbang tomcat pasti akan terbang.
"Sebab bila mereka ditekan atau digencet, racun akan keluar dari tubuh kumbang dan menyebabkan iritasi. Jika sudah terkena cairan dari tubuh tomcat, lebih baik disiram air mengalir untuk kondisi darurat," paparnya.
Tentang Serangga Tomcat
Serangga jenis kumbang Paederus ini dapat menyebabkan peradangan atau iritasi kulit.
Meski tidak berbahaya tetapi ancaman serangga ini sangat mencemaskan.
Tomcat adalah serangga yang cukup beracun. Serangga ini hidup di daerah yang lembab.
Serangga ini bisanya hidup di pepohonan, tambak dan semak-semak.
Racun yang terdapat pada serangga ini bisa menimbulkan efek cukup menyakitkan di kulit dan berbagai bagian tubuh manusia meskipun tidak sampai mematikan.
Serangga Paederus saat ini terdapat lebih dari 600 spesies dan distribusi di semua benua kecuali Antartika.
Spesies di negara Amerika Selatan dikenal dengan nama berbeda seperti bicho de Fuego, Pito, Poto atau podo.
Berbagai wabah dermatitis dikaitkan dengan kumbang Paederus telah dilaporkan di Turki Selatan, Amazone, Afrika Tengah, Okinawa, dan India.
Suatu keluarga kumbang yang besar, terdapat variasi besar di antara spesies.
Serangan yang dikatakan sebagai wabah Tomcat itu hanya merupakan tindakan mempertahankan diri dari ancaman musuh.
Tomcat sebenarnya tidak bermusuhan dengan manusia. Jadi, mungkin ada kegiatan manusia yang mengganggu aktivitas Tomcat.
Serangga Tomcat sesungguhnya adalah sahabat para petani karena termasuk jenis Paederus yang berguna untuk mengusir hama seperti wereng. Wereng merupakan mangsa bagi serangga Tomcat.
Di kota besar, serangga Tomcat biasa hidup di daerah yang masih ada pepohonan atau tanamannya seperti taman-taman kota.
Serangan serangga jenis Tomcat diduga berkaitan dengan peningkatan aktifitas perburuan tokek yang diangap sebagai salah satu predator bagi Tomcat sehingga menjadikan populasi serangga itu berkembang pesat.
Di samping itu keseimbangan alam terganggu karena faktor migrasi wilayah dan cuaca ekstrim yang juga menjadi penyebab munculnya sebuah populasi hewan tertentu.
Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan otomatis bila bersentuhan atau berbenturan dengan kulit manusia.
Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan pada benda-benda seperti baju, handuk, atau benda-benda lainnya.
Meski tak mengigit, serangga ini memiliki cairan racun di dalam tubuh (kecuali sayap) yakni toksin hemolim.
Cairan hemolim atau toksin ini disebut sebagai 'paederin':(C24 H43 O9 N). Pembuatan paederin sebagian besar terbatas dihasilkan oleh serangga betina.
Paederin inilah yang menyebabkan bengkak hebat, dan menyebabkan reaksi pada kulit sekitar 24 jam setelah kontak.
Penderita yang terkena racun Paederin serangga Tomcat biasanya akan mengalami gatal-gatal yang dalam istilah medisnya disebut Dermatitis Paederus.
Manifestasi Klinis
Paederin inilah salah satu bahan inflamasi yang sangat kuat. Respon yang berbeda terlihat di kulit tergantung pada, durasi konsentrasinya pemaparan, dan karakteristik individu.
Pada kasus penderita yang mempunyai riwayat kulit sensitif atau penderita alergi dan asma biasanya mempunyai manifestasi yang lebih berat.
Pada kasus ringan, biasanya terdapat sedikit eritema atau kemerahan di kulit yang berlangsung selama beberapa hari.
Dalam kasus sedang, eritema berkembang menjadi vesikel dan bula atau timbul bintil berisi cairan mulai kecil dan melepuh melebar selama beberapa hari.
Selanjutnya, diikuti dengan tahap skuamosa ketika lepuh mengering lebih dari seminggu, dan kemudian meninggalkan bercak hiper-atau hypopigmented.
Pada kasus yang berat, di samping menunjukkan kemerahan dan kulit melepuh lebih luas, dapat menunjukkan gejala tambahan, seperti demam, nyeri persarafan (neuralgia), nyeri tulang (arthralgia), dan muntah.
Biasanya, ada sedikit ketidaknyamanan akibat dermatitis, mulai ringan sampai sedang bila terkena sentuhan.
Individu yang terkena mungkin secara tidak sengaja mentransfer cairan paederin ke area lain dari tubuh, seperti alat kelamin atau wajah.
Jika cairan tersebut terkena tangan dan penderita menggosok mata di daerah sekitar mata maka akan terjadi konjungtivitis kejadi ini pernah dilaporkan di Afrika timur yang disebit dengan istilah "Nairobi eye".
Serangga Tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan apabila terjadi sentuhan atau benturan dengan kulit manusia secara langsung.
Bisa juga dengan sentuhan tidak langsung melalui handuk, baju atau alat lain yang tercemar oleh racun tomcat tersebut.
Itu sebabnya, jika sudah terkena dermatitis otomatis seperti seprei, sarung bantal, handuk maupun alat-alat yang diduga terkena racun tomcat harus dibersihkan.
Pencegahan, Penanganan, Pengobatan
Hindari kontak langsung dengan hewan ini. Kontak langsung dengan hewan ini sama saja dengan menempelkan kulit pada racun.
Biasanya kulit akan terasa panas disusul dengan munculnya bintik-bintik gatal, berair dan juga bekas hitam di kulit.
Bila Anda ingin menyingkirkannya, gunakan kertas atau meniupnya, jangan langsung memegangnya dengan tangan.
Jika kulit terkena racun Tomcat segeralah dicuci menggunakan sabun, jangan dioles odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon, karena hasilnya akan memperparah reaksi inflamasi pada kulit.
Pengobatan awal yang utama adalah menghilangkan iritasi dan kontak dengan zat paederin dengan dengan mencuci daerah tersebut dengan sabun dan air sebersih mungkin.
Area yang melepuh harus ditangani dengan membasahi basah dingin, diikuti dengan steroid topikal kuat seperti hydrocortisone 1% salep betametasone atau salep anti radang lainnya.
Pemberian antibiotika tidak diperlukan bila tidak ada tanda infeksi sekunder.
Pemberian salep acyclovir tidak ada relevansinya dengan gangguan ini, karena acyclovir untuk penyakit yang disebabkan karena virus.
Sebuah studi menarik yang dilakukan di Sierra Leone terhadap 36 pasien. Sebagian atau 50% penderita diberi ciprofloxacin oral di samping steroid topikal.
Waktu penyembuhan secara statistik lebih cepat pada pasien, yang menunjukkan infeksi sekunder bakteri , yang kemungkinan besar dari Pseudomonas Peaderus .
Jangan menggosok kulit atau mata jika bersentuhan dengan tomcat. Racun yang ada pada kulitnya bisa menginfeksi daerah lain yang tersentuh tangan.
Cuci bersih tangan sebelum menyentuh bagian tubuh yang lain. Kebersihan lingkungan yang baik dapat mencegah serangga Tomcat.
Buang tanaman yang tidak terawat dan pastikan kebersihan taman sehingga hewan ini tidak akan bersarang di sana.
Agar Tomcat tidak masuk rumah maka sebaiknya menutupi jendela dan pintu atau ventilasi tumah dengan kasa nyamuk.
Biasanya serangga Tomcat menyukai sinar lampu yang terang saat malam hari. Sehingga sebaiknya selalu menutup pintu dan jendela rumah terutama saat malam hari. Atau sebaiknya pada malam hari mematikan lampu rumah saat tidur.(*)
Artikel ini Telah Terbit di Kompas.com:
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/03/26/09261569/~Blog Expert?page=all