TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sukardi (21) menjadi salah satu peserta wisuda Universitas Hasanuddin (Unhas) yang patut berbangga diri.
Sebab dari 900 peserta wisuda yang terbagi dari jenjang S1 dan S2, ia meraih IPK tertinggi.
Unhas baru saja menggelar Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Priode IV Tahun Akademik 2018/2019.
Baca: Daftar 9 Universitas Terbaik di Indonesia Versi QS World University: Unhas, UNM, UMI, UIN Tak Masuk
Baca: 31 Mahasiswa Unhas Laksanakan KKN-PPM di Barru
Baca: 351 Mahasiswa Baru Bersaing di Profesi Apoteker Unhas
Pelaksanaan wisuda dilakukan selama dua hari mulai 25 hingga 26 Juni dengan total 1.800 orang.
Prosesi wisuda terlaksana di Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Selasa (25/6/2019).
Salah satu yang menjadi perhatian, ketika nama Sukardi disebut sebagai Wisudawan terbaik dengan IPK 4,0.
Ia lantas mendapat penghargaan atas pencapaian itu dengan predikat
Wisudawan Terbaik Tingkat Fakultas Hukum Unhas dan Wisudawan Terbaik Tingkat Universitas untuk Non Eksakta.
"Kalau tahun ini tidak ada dengan nilai IPK 4,0 kecuali saya. Alhamdulillah, kalau menurut dosen di Fakultas Hukum Unhas, sebenarnya belum pernah ada IPK 4,0. Jadi baru kali ini," ujar Sukardi.
Sukardi merupakan putra daerah asal Sidrap, Sulsel, kelahiran 19 Agustus 1997 silam.
Ia terdaftar sebagai mahasiswa Unhas jurusan Ilmu Hukum, pada 2015 lalu.
Hanya butuh waktu tiga tahun enam bulan, ia sukses menyelesaikan program studinya.
"Kenapa bisa cepat ?, Intinya paling utama rajin dan bisa bagi waktu," terangnya.
Selama kuliah, Sukardi mengaku tak pernah melakoni pekerjaan sampingan.
Ia hanya fokus kuliah dan bergelut di dunia organisasi luar kampus dan dalam kampus.
Ada sekitar lima organisasi yang menjadi tempatnya berkreasi dan menimbah ilmu.
Salah satunya, Asosiasi Mahasiswa Hukum Perdata.
"Ada juga Organisasi Alsa, Garda Tipikor, itu pejuang anti korupsi. Totalnya saya lupa mungkin sekitar lima organisasi lah," paparnya.
Ia kemudian membantah soal anggapan jika mahasiswa yang bergelut di dunia organisasi akan sulit mendapat IPK tinggi dan durasi kuliah akan lama.
Baginya, membagi waktu dengan bijak adalah kunci utama meraih prestasi mempuni.
"Saya tidak meninggalkan kuliah apalagi titip absen. Intinya, kuliah yah kuliah, organisasi yah organisasi," imbau Sukardi.
Sebenarnya, bukan perkara mudah bagi Sukardi untuk menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana secepat mungkin.
Sebab kendala yang kerap menghadang, ketika uang jajan dan biaya kuliah belum tersalurkan dari kedua orang tuanya.
Maklum saja, Sukardi bukan anak konglomerat.
Ia hanya terlahir sebagai seorang anak petani di Sidrap.
"Kalau kesulitan pasti banyak, kalau paling sulitnya dalam segi biaya. Kalau memang kita lagi butuh, susah memang," kenang Sukardi.
Namun, hal tersebut tak menyurutkan niatnya untuk tetap berjuang menyelesaikan kuliah.
Bahkan, ia telah mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat yang dilaksanakan Organisasi Pradi.
Dengan mengikuti pendidikan tersebut, ia berencana untuk menjadi seorang pengacara handal.
Selain itu, jika sukses dibidangnya, ia rencana untuk mengambil gelar S2 dan S3 untuk lebih memantapkan karirnya.
"Pendidikan Khusus Profesi Advokat sudah selesai dan akhir bulan 8 baru ujian. Kalau bisa kerja, di perusahaan atau magang di Advokat sambil kumpul uang lanjut S2 dan S3," jelasnya.
Ayah Sukardi, Amir menambahkan, memang betul jika biaya kuliah menjadi kendala.
Tetapi, ia menekankan tak akan jadi masalah demi pendidikan putranya.
"Selalu kurang (biaya) tapi kita usahakan terus. Sukardi anak kedua Alhamdulillah semoga bermanfaat gelarnya. Ada kakanya juga di Fakultas Tekni, namanya Sukri," demikian ayah Sukri, Amir menambahkan.
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @wahyususanto_21
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Dapatkan news video terbaru di kanal YouTube Tribun Timur:
Follow juga akun Instagram tribun-timur.com: