TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Grup Whatsapp (WA) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel) bubar setelah Ketua Bappilu Golkar Sulsel, Kadir Halid, mengeluarkan dua anggota grup. Rusdin Abdullah dan istrinya, Andi Debbie Purnamasari Rusdin.
Pasca-Rudal sapaan Rusdin Abdullah (Bendahara DPD I Partai Golkar Sulsel) dan Andi Debbie Purnamasari Rusdin (Caleg DPRD Sulsel terpilih) dikeluarkan oleh Kadir Halid, Ketua DPD I Partai Golkar HM Nurdin Halid keluar sendiri dari grup.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Sulsel itu memastikan ia yang mengeluarkannya dari grup.
"Sayakan buat itu grup. Saya kan admin itu grup, saya boleh dong keluarkan orang kalau tidak sependapat dengan saya," jelas Kadir Halid di Gedung DPRD Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (20/6/2019) lalu.
Pasca-Rudal sapaan Rusdin Abdullah (Bendahara DPD I Partai Golkar Sulsel) dan Andi Debbie Purnamasari Rusdin (Caleg DPRD Sulsel terpilih) dikeluarkan oleh Kadir Halid, Ketua DPD I Partai Golkar HM Nurdin Halid keluar sendiri dari grup.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Sulsel itu memastikan ia yang mengeluarkannya dari grup.
"Sayakan buat itu grup. Saya kan admin itu grup, saya boleh dong keluarkan orang kalau tidak sependapat dengan saya," jelas Kadir Halid di Gedung DPRD Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (20/6/2019) lalu.
Lewat Aplikasi Hijnafi, Mahasiswa UNM Tingkatkan Pengetahuan Huruf Hijaiah Anak Panti
Dapur Asix Makassar Kini Hadirkan Songkolo dan Nasi Kuning
Ketua Fraksi Partai Golkar Sulsel tersebut menambahkan, dasarnya apa di keluarkan? Karena sudah banyak informasi menyinggung pribadi orang lalu bercerita di warung-warung kopi.
"Iya kan? Kan tidak layak seorang Rudal bicara begitu, masa seorang tokoh bicaranya di warkop seakan-akan menjelek-jelekkan orang. Kalau ada masalah datang, sampaikan, laporkan," jelasnya.
Tidak berselang lama kemudian, grup 'DPD Golkar Sulsel' bubar. Rentetan, Kadir keluarlan Rudal dan istrinya, Nurdin Halid lalu keluar.
Tidak lama kemudian, Nasruddin Upel ikuti jejak Kadir Halid. Ia mengeluarkan anggota grup lainnya, di antaranya Aras Halid, Waris Halid, dan Kadir Halid.
Termasuk Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel Arfandi Idris, Muhammad Risman Pasigai. Juga A Hadi, Ambas Syam, Irwan M, dan Ilyas Ismail.
Lazismu Sulsel-BSM Kini Gunakan QR Code Bayar Infaq Sedekah
Unibos jadi Tuan Rumah Program Pelatihan Kemenristek Dikti
Terkait hal itu, Wakil Sekretaris DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan Nasruddin Upel tak memberikan respon mengapa sejumlah anggota grup WA DPD Golkar Sulsel di kick.
Namun sebelumnya, Upel sempat memberikan klasifikasi soal adanya pengurus DPD I Golkar Sulsel yang dikeluarkan dari Group Whatsapp Golkar Sulsel.
"Tentang dikeluarkannya Pak Rudal dari Grup WA (Whatsapp) Golkar Sulsel, tidak ada kaitan dengan Bapak Nurdin Halid," ujar Upel kepada Tribun via pesan Whatsapp, Rabu (19/6/2019) malam.
Upel menambahkan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Kadir Halid terhadap Rudal itu merupakan tindakan pribadi Kadir Halid.
"Dan sudah ditegur keras oleh Ketua DPD Partai Golkar Sulsel HAM Nurdin Halid. Pak Kadir mengeluarkan Pak Rudal atas ketidaksukaannya kepada beliau (Rudal) karena menceritakan persoalan internal partai Golkar di Warkop," kata Upel.
Upel menilai bahwa menceritakan urusan internal Golkar di warkop sangat tidak etis karena digiring keluar ke publik.
"Demikian disampaikan sebagai bentuk klarifikasi, terima kasih," ungkapnya.
Terkait pernyataan Kadir Halid, Juru Bicara (Jubir) Rusdin Abdullah, Hamzah Abdullah, menyatakan, pernyataan hal tersebut tidak sepansnya dikeluarkan.
"Kalau ada elit pimpinan partai yang bicara saya yang buat grup Whatsapp partai, saya admin, saya bebas kasih masuk dan saya keluar orang, ini pernyataan arogan dan diktator," kata Wakil Sekretaris DPD II Partai Golkar Makassar itu, Senin (24/6/2019).
Dengan hal-hal sekecil ini saja sudah kalap, kata Hamzah. "Kenapa tidak sekalian katakan, saya yang punya partai, yang lain cuman numpang," ujar mantan Caleg Partai Golkar Makassar itu.
Hamzah menambahkan, elit pimpinan partai sebaiknya menjadi pengayom dan teladan bagi kader-kader partai.
"Berdiskusi dengan pimpinan diktator seperti Kadir Halid, sama saja kita diskusi dengan cara pemimpin primitif. Sepertinya Kadir Halid tidak cocok dengan demokrasi," ujarnya.
"Tidak usah lah kita memaksakan sesuatu, apalagi bukan hak kita. Karena yakin saja, kalau kita punya niat rampas haknya orang lain, suatu ketika kita akan kehilangan yang lebih besar," Hamzah menambahkan. (*)
Laporan Wartawan tribuntimur.com/ Abdul Azis Alimuddin
"Tentang dikeluarkannya Pak Rudal dari Grup WA (Whatsapp) Golkar Sulsel, tidak ada kaitan dengan Bapak Nurdin Halid," ujar Upel kepada Tribun via pesan Whatsapp, Rabu (19/6/2019) malam.
Upel menambahkan bahwa apa yang sudah dilakukan oleh Kadir Halid terhadap Rudal itu merupakan tindakan pribadi Kadir Halid.
"Dan sudah ditegur keras oleh Ketua DPD Partai Golkar Sulsel HAM Nurdin Halid. Pak Kadir mengeluarkan Pak Rudal atas ketidaksukaannya kepada beliau (Rudal) karena menceritakan persoalan internal partai Golkar di Warkop," kata Upel.
Upel menilai bahwa menceritakan urusan internal Golkar di warkop sangat tidak etis karena digiring keluar ke publik.
"Demikian disampaikan sebagai bentuk klarifikasi, terima kasih," ungkapnya.
Terkait pernyataan Kadir Halid, Juru Bicara (Jubir) Rusdin Abdullah, Hamzah Abdullah, menyatakan, pernyataan hal tersebut tidak sepansnya dikeluarkan.
"Kalau ada elit pimpinan partai yang bicara saya yang buat grup Whatsapp partai, saya admin, saya bebas kasih masuk dan saya keluar orang, ini pernyataan arogan dan diktator," kata Wakil Sekretaris DPD II Partai Golkar Makassar itu, Senin (24/6/2019).
Dengan hal-hal sekecil ini saja sudah kalap, kata Hamzah. "Kenapa tidak sekalian katakan, saya yang punya partai, yang lain cuman numpang," ujar mantan Caleg Partai Golkar Makassar itu.
Hamzah menambahkan, elit pimpinan partai sebaiknya menjadi pengayom dan teladan bagi kader-kader partai.
"Berdiskusi dengan pimpinan diktator seperti Kadir Halid, sama saja kita diskusi dengan cara pemimpin primitif. Sepertinya Kadir Halid tidak cocok dengan demokrasi," ujarnya.
"Tidak usah lah kita memaksakan sesuatu, apalagi bukan hak kita. Karena yakin saja, kalau kita punya niat rampas haknya orang lain, suatu ketika kita akan kehilangan yang lebih besar," Hamzah menambahkan. (*)
Laporan Wartawan tribuntimur.com/ Abdul Azis Alimuddin
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Subscribe YouTube Tribun Timur
Juga Follow IG resmi Tribun Timur