TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Aliansi Demokrasi melakukan aksi demonstrasi mengenai maraknya sampah di Kabupaten Wakatobi, Rabu (19/6/2019).
Pasalnya masa aksi dicabutkan senjata tajam (sajam) jenis samurai oleh seorang pria bernama H La Pei.
Diketahui pria tersebut merapukan saudara kandung dari Bupati Wakatobi, H Arhawi.
Dari informasi yang dihimpun Tribun, semua berawal dari unjukrasa yang dilakukan di depan kantor Bupati Wakatobi.
Elite Partai Hanura Ungkap 3 Legislatornya Ikut Usul Hak Angket
Jadwal Lengkap Copa America 2019, Besok Pagi Sabtu 22 Juni, Ekuador vs Chile
Massa aksi meminta untuk bertemu langsung dengan Bupati Wakatobi, namun tak ada hasil.
Akhirnya, mereka lalu bergegas melanjutkan aksi ke rumah jabatan (rujab) yang dimana rujab tersebut merupakan kediaman bupati Wakatobi.
"Kita melakukan aksi kesana karena bupati wakatobi tak ada dikantornya, maka kami ingin memastikan bahwa bupati itu benar-benar tidak ada, makanya kami kerujabnya," ungkap Jadu, salah satu orator Aliansi Demokrasi kepada Tribun Timur, Jumat, (19/6/2019).
Jadu menjelaskan, pada saat melakukan orasi di kompleks Kelurahan Pongo, tiba-tiba dihentikan oleh petugas kepolisian dengan alasan, jalur tersebut tidak termasuk rute aksi.
Hingga akhirnya masa aksi dipaksa naik ke mobil polisi untuk diamankan.
Disnaker Beri Pelatihan Merajut Tas dan Dompet Bagi Purna TKI di Makassar
TRIBUNWIKI: Gegerkan Penggemar Dengan Debut Solo Pertamanya, Simak Perjalanan Kariernya
Pada saat dinaikan paksa oleh kepolisian, Jadu mengatakan, ada oknum yang memukuli dirinya sebanyak dua kali dibagian kepala dan punggung.
Tak hanya itu, salah seorang operator sound system, mengatakan, dirinya sempat digertak La Pei, pada saat membereskan alatnya.
"Pada saat saya beres-bereskan alatku H La Pei mendatangi saya dan mengatakan, sudah kamu kan yang teriak-teriak ini, sambil dia pegang parang," kata operator tak ingin disebutkan namanya melanjutkan cerita kronologis kejadian.
Tak hanya itu La Pei pun, sempat mengamuk dan berteriak, dirinya (La Pei red) tidak terima jika keluarga bupati disebut-sebut dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Aliansi Demokrasi.
"Singgung saja pribadi Bupati, jangan sebut keluarganya. Saya tidak terima, mereka keliling dua kali di depan rumahku sambil teriak-teriak, kurang ajar, saya tidak terima", ancam La Pei dicontohkan sang operator.
Berbeda dengan apa yang disebutkan, Jadu menepis adanya orasi yang menyebut-nyebut nama keluarga Bupati apalagi sampai menyinggung soal pribadi.
Sehari setelah kejadian, sekelompok orang yang mengatas namakan keluarga Bupati mendatangi jadu melalui Kepala desa (Kades) Liya One Melangka dengan maksud mengklarifikasi pernyataan yang didengar La Pei bahwa, pada saat berorasi menyebut-nyebut keluarga bupati.
Hingga akhirnya Jadu menjelaskan, alhasil pertemuan tersebut diselesaikan dengan jalan damai. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur Desi Triana Aswan @iniilul
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Subscribe YouTube Tribun Timur
Juga Follow IG resmi Tribun Timur