Menurut Wiranto, ada skenario untuk membuat kekacauan yang bertujuan menyerang aparat keamanan dan menimbulkan antipati terhadap pemerintahan yang sah.
"Ada skenario untuk membuat kekacauan, menyerang aparat keamanan, dan menciptakan antipati kepada pemerintahan yang sah," kata Wiranto, dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu siang.
Aksi oleh kelompok perusuh ini dilakukan hampir bersamaan setelah berakhirnya aksi yang dilakukan oleh massa yang menolak hasil Pilpres 2019.
"Ada perusuh yang melakukan penyerangan asrama keluarga Brimob dan polisi tinggal. Tujuannya menciptakan kekacauan hingga menimbulkan korban.
Korban ini kemudian dituduhkan kepada aparat keamanan bahwa aparat keamanan yang melakukan," kata Wiranto.
2. Massa yang rusuh berbeda dengan massa yang aksi damai di Bawaslu
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan, massa yang datang pada dini hari ke kawasan Tanah Abang dan Wahid Hasyim, Jakarta, bukanlah massa spontan.
Ia menyebutkan, massa ini sudah dipersiapkan dan terencana.
"Saya menyampaikan bahwa dari rangkaian tadi, peristiwa dini hari tadi adalah bukan massa spontan, bukan persitiwa spontan, melainkan by design, sudah di-setting," kata Iqbal dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Rabu (22/5/2019).
Pihaknya menjelaskan, massa tersebut berbeda dengan massa yang berunjuk rasa di depan Kantor Bawaslu pada Selasa (21/5/2019).
Sebab, massa ini sudah dibubarkan.
"Ini massa setting-an yang memang sengaja untuk rusuh," kata dia.
3. Massa bayaran
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pihaknya menemukan uang dengan jumlah total Rp 6 juta dari para provokator yang ditangkap karena melakukan aksi anarkistis di depan gedung Bawaslu dan Asrama Brimob Petamburan.
Bahkan, saat diperiksa, provokator yang mayoritas anak-anak muda ini mengaku dibayar untuk melakukan aksinya.