Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Hari Ini Ulang Tahun IPSI, Yuk Simak Sejarah Organisasi yang Diketuai Prabowo Ini

Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Ina Maharani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jeneponto

 
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) kini berulang tahun ke 71.

Ulang tahun tersebut selalu diperingati setiap 18 Mei.

Saat ini, yang menjadi ketua umum dari IPSI adalah Prabowo Subianto.

Bagaimanakah sejarah berdirinya IPSI ini?

Dilansir dari wikipedia, upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda.

Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara.

Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya.

Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta.

Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Siswa, RM Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R Soekirman dari Rukun Kasarasaning Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R Mangkupujono dari Persatuan Hati dan RM Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta.

Gapema ini merupakan sebuah batalyon yang seluruh anggotanya adalah pesilat dan turut berjuang dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.

Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia.

Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Taman Siswa bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja.

Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal.

Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948.

Pertemuan tersebut sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.

Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro.

IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda.

Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional.

Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional.

Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air.

Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta.

Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo.

Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata.

Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI.

Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI.

Kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia.

Kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan.

Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta.

Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri.

Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi.

Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto.

Tahun 1982 pencak silat mulai dipertandingkan pada tingkat internasional dengan Invitasi Pencak Silat Internasional ke-I di Stadion Senayan, Jakarta.

Yang ke-II diadakan tahun 1984 di Jakarta dan yang ke-III tahun 1986 di Wina, Austria.

Nama ini kemudian diganti menjadi Kejuaraan Dunia dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 1987.

Berikutnya diadakan tahun 1989 di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1992 kembali diadakan di Jakarta dan tahun 1995 diadakan di Thailand.

Selain Kejuaraan Dunia, pencak silat juga dipertandingkan pada SEA Games.

Sebagai usaha memasukkan pencak silat ke Asian Games, IPSI dan anggota Persilat lainnya telah membentuk organisasi pencak silat Asia Pasific pada bulan Oktober 1999.

Pada Asian Games 2002 di Korea Selatan, pencak silat masuk dalam agenda Sport Cultural Event.

Sasaran selanjutnya adalah upaya memasukkan pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games mendatang.

Tentang IPSI:

Jenis: Organisasi Pencak Silat
Kantor pusat: Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Indonesia
Jumlah anggota: Seluruh Indonesia
Ketua Umum: Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto

Tokoh Pendiri IPSI:

  1. Mr Wongsonegoro, Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
  2. Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
  3. Marjoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi
  4. Dr Sahar dari Silat Sumatera
  5. Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat
  6. Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun
  7. Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun
  8. Moenadji dari Setia Hati Solo
  9. Roeslan dari Setia Hati Kediri
  10. Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri
  11. S Prodjosoemitro, Ketua PORI Bagian Pencak
  12. Mohamad Djoemali dari Yogyakarta
  13. Margono dari Setia Hati Yogyakarta
  14. Soemali Prawiro Soedirdjo dari Ketua Harian Persatuan Olahraga Republik Indonesia
  15. Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda
  16. Ali Marsaban dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan

Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah:

  1. Persaudaraan Setia Hati
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate
  3. Kelatnas Indonesia Perisai Diri
  4. PSN Perisai Putih
  5. Tapak Suci Putera Muhammadiyah
  6. Phasadja Mataram
  7. Perpi Harimurti
  8. Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
  9. PPS Putra Betawi
  10. KPS Nusantara

Disepakati untuk menetapkan keempat negara pendiri sebagai sumber pencak silat, yaitu :

  1. Indonesia : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
  2. Singapura : Persisi (Persekutuan Silat Singapura)
  3. Malaysia : Pesaka (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
  4. Brunei Darussalam : Persib (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam)

Berita Terkini