TRIBUN-TIMUR.COM - Koordinator relawan IT BPN Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Mustofa Nahrawardaya mendatangi Gedung Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu), Jakarta, Jumat (3/5/2019).
Kedatangan Mustofa Nahrawardaya dan tim relawan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno untuk menyerahkan barang bukti tercetak dugaan salah input data dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Data yang dimaksud adalah data yang digunakan KPU dalam Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Pemilu 2019.
Baca: Jamaah Salat Jumat Masjid Raya Baiturrahman Aceh Teriak Allahu Akbar dan Prabowo Sandi Presiden
Baca: Data Masuk 63%, Segini Suara Real Count Pilpres 01 & 02 via pemilu2019.kpu.go.id Jam 16.00 Sore ini
Baca: PSM Makassar Vs Bhayangkara FC, Penonton Nekat Panjat Pagar Stadion Mattoangin
Relawan Prabowo-Sandi menduga dugaan kesalahan itu sebagai sebuah kecurangan.
"Dugaan kecurangan yang dilakukan oleh pihak tertentu dalam hal ini adalah IT, sistem IT di KPU," ujar, Mustofa Nahrawardaya di Gedung Bawaslu.
Mustofa dan relawan Prabowo-Sandi lainnya menyerahkan barang bukti berupa 3.000 lembar print screen Situng KPU.
Tim relawan mulai mengumpulkan data dan melakukan perbandingan sejak 19 April hingga 29 April 2019.
Barang bukti tersebut dibawa menggunakan bundel dan sebuah kotak plastik.
Menurut Mustofa, awalnya ditemukan 9.440 kali kesalahan data.
Kemudian, angka dugaan kesalahan data terus bertambah hingga mencapai 73. 715 kali kesalahan data.
Jumlah itu terdapat pada 477.021 tempat pemungutan suara (TPS) yang digunakan sebagai sampling.
"Jumlah tingkat kesalahan 15,4 persen. Padahal TPS ada 810 sekian ribu. Kalau tidak berhenti, kecurangan bisa mencapai 30 persen," kata Mustofa.
Menurut Mustofa, temuan tim IT relawan Prabowo-Sandi menunjukkan ada lima provinsi yang paling banyak terdapat kesalahan data.
Masing-masing yakni, Jawa Tengah 7.666 kali, Jawa Timur 5.826, Sumatera Utara 4.327, Sumatera Selatan 3.296 dan Sulawesi Selatan 3.219 kali.
Baca: Ada Promo Minuman Ringan di Indomaret, Teh Kotak Rp 5.800 Dapat Dua
Bentuk-bentuk kesalahan data
Menurut Mustofa, terdapat beberapa bentuk kesalahan data yang ditemukan.
Misalnya, antara total suara dan kehadiran pemilih tidak sesuai jumlahnya.
Seharusnya, total suara sama dengan dengan jumlah kehadiran.
Kemudian, suara total tidak cocok jika dibandingkan dengan suara sah maupun tidak sah.
Semestinya, menurut Mustofa, jika suara sah dan tidak sah dijumlah, totalnya akan sama.
Selain itu, terdapat temuan total suara sah kalau tidak sesuai antara jumlah paslon 01 dan 02.
Kemudian, relawan Prabowo-Sandi juga menemukan data di mana jumlah pemilih di satu TPS mencapai 400 pemilih.
Padahal, satu TPS jumlah pemilih dibatasi hanya 300 daftar pemilih tetap.
Baca: Ini 3 Agenda Utama Pada KLB PSSI Tanggal 13 Juli Mendatang, Belum Ada Pemilihan Ketua Umum
Penjelasan KPU
KPU mencatat, hingga Rabu (1/5/2019), terjadi kesalahan entry data Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) sebanyak 199 kali.
Kesalahan yang dimaksud ialah ketidakcocokan antara data scan formulir C1 dengan entry data di Situng.
Kesalahan tersebut berupa pengurangan jumlah suara paslon atau penambahan jumlah suara paslon.
Temuan kesalahan ini ada yang berasal dari laporan masyarakat, ada pula yang berdasarkan pengawasan KPU.
Dari jumlah kesalahan entry ini, sebanyak 176 kesalahan telah diperbaiki. Sisanya, 23 masih dalam proses perbaikan.
Komisioner KPU Wahyu Setiawan mengatakan, Situng hanya alat bantu yang dipilih oleh KPU untuk memberikan informasi yang cepat terkait penghitungan suara kepada masyarakat.
Jika ditemukan kesalahan entry data, hal itu bukan berarti curang, melainkan human error.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Relawan Prabowo Serahkan 3.000 Lembar Bukti Salah Input Situng KPU ke Bawaslu