Ramadan 2019

Ramadan Sisa Sepekan, Begini Hukum Belum Ganti Puasa Tahun Lalu dan Tak Sempat Qadha, Wajib Gini

Editor: Rasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ramadan Sisa Sepekan, Begini Hukum Belum Ganti Puasa Tahun Lalu dan Tak Sempat Qadha, Wajib Gini

TRIBUN-TIMUR.COM - Ramadan Sisa Sepekan, Begini Hukum Belum Ganti puasa Tahun Lalu dan Tak Sempat Qadha, Wajib Gini

Ramadan sebentar lagi.

Sekitar sepekan lagi Ramadan 2019 atau awal Mei 2019, masyarakat Muslim sudah mulai berpuasa. 

Buat kalian yang punya utang puasa Ramadan lalu, masih ada waktu untuk bayar yah. 

Jika masih ada waktu, segeralah ganti hutang tersebut.

Namun jika sudah tidak sempat, maka berikut ini hal yang perlu Anda ketahui.

Baca: Sambut Ramadan, Polres Sidrap Gelar Operasi Keselamatan 2019

Baca: Hore! PNS & Pegawai Pemerintah Pulang Lebih Cepat di Bulan Puasa Ramadan 2019, Cek Aturan Jam Kerja

Baca: Sambut Ramadan, Wahdah Islamiyah Baranti Sidrap Gelar Bekam Massal

Dikutip TribunWow.com dari nu.or.id, umat islam yang memenuhi syarat puasa diwajibkan untuk berpuasa selama bulan Ramadan.

Mereka yang terlanjur membatalkan puasanya di bulan Ramadhan karena sakit dan lain hal, harus mengganti di bulan yang lain.

Ketika Anda masih menunda qadha puasa karena lalai hingga memasuki Ramadan berikutnya, maka akan ada beban tambahan yang harus ditanggung.

Beban itu adalah kewajiban untuk membayar fidyah di samping mengqadha puasa yang pernah ditinggalkan.

والثاني الإفطار مع تأخير قضاء) شىء من رمضان (مع إمكانه حتى يأتي رمضان آخر) لخبر من أدرك رمضان فأفطر لمرض ثم صح ولم يقضه حتى أدركه رمضان آخر صام الذي أدركه ثم يقضي ما عليه ثم يطعم عن كل يوم مسكينا رواه الدارقطني والبيهقي فخرج بالإمكان من استمر به السفر أو المرض حتى أتى رمضان آخر أو أخر لنسيان أو جهل بحرمة التأخير. وإن كان مخالطا للعلماء لخفاء ذلك لا بالفدية فلا يعذر لجهله بها نظير من علم حرمة التنحنح وجهل البطلان به. واعلم أن الفدية تتكر بتكرر السنين وتستقر في ذمة من لزمته.

Artinya, "(Kedua [yang wajib qadha dan fidyah] adalah ketiadaan puasa dengan menunda qadha) puasa Ramadhan (padahal memiliki kesempatan hingga Ramadhan berikutnya tiba) didasarkan pada hadits, ‘Siapa saja mengalami Ramadhan, lalu tidak berpuasa karena sakit, kemudian sehat kembali dan belum mengqadhanya hingga Ramadhan selanjutnya tiba, maka ia harus menunaikan puasa Ramadhan yang sedang dijalaninya, setelah itu mengqadha utang puasanya dan memberikan makan kepada seorang miskin satu hari yang ditinggalkan sebagai kaffarah,’ HR Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi.

Baca: Polres Maros Gelar Operasi Keselamatan 2019, Ini Jadwal dan Lokasinya

Baca: 7 Fakta yang Terjadi dari Caleg Gagal Terpilih, Tarik Bantuan Aspal hingga Bakar Surat Suara

Baca: VIDEO: Seminar Prodia Nutrigenomics Ajarkan Peserta Kenali Nutrisi Tepat Bagi Tubuh

Baca: Waspada Fenomena MJO di Sulsel, Curah Hujan Tidak Stabil

Di luar kategori ‘memiliki kesempatan’ adalah orang yang senantiasa bersafari (seperti pelaut), orang sakit hingga Ramadhan berikutnya tiba, orang yang menunda karena lupa, atau orang yang tidak tahu keharaman penundaan qadha.

"Tetapi kalau ia hidup membaur dengan ulama karena samarnya masalah itu tanpa fidyah, maka ketidaktahuannya atas keharaman penundaan qadha bukan termasuk uzur.

Alasan seperti ini tak bisa diterima; sama halnya dengan orang yang mengetahui keharaman berdehem (saat shalat), tetapi tidak tahu batal shalat karenanya. Asal tahu, beban fidyah itu terus muncul seiring pergantian tahun dan tetap menjadi tanggungan orang yang yang berutang (sebelum dilunasi),”

Halaman
1234

Berita Terkini