TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Budayawan sekaligus tokoh intelektual, Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun,mengungkapkan sosok presiden yang pantas untuk memimpin Indoneisa dalam kurun waktu lima tahun.
Ia menyebut sosok presiden yang ideal untuk Indonesia saat ini adalah pemimpin yang memiliki kesanggupan membawa Indonesia ber-husnul khatimah.
Dilansir dari Tribunnews, baginya siapa pun yang akan terpilih menjadi presiden, lanjut Cak Nun, tidak akan menelantarkan rakyatnya atau justru menjadi pelengkap penderita.
Pemikiran Cak Nun ini ia sampaikan melalui situs resminya, www.caknun.com, Sabtu (30/3/2019).
"Presiden yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia periode 2019-2024 adalah Pemimpin yang punya kesanggupan membawa Indonesia ber-husnul khatimah," tulis Cak Nun.
"Jangan sampai bangsa Indonesia, terutama rakyat kecil di strata bawah, akan semakin berposisi “pelengkap penderita” dan menjadi korban kamuflase-kamuflase elite politik nasional maupun global," lanjutnya.
Selama lima tahun mendatang, Cak Nun berharap agar pemimpin Indonesia bisa kembali membangun nasionalisme demi membangun harga diri Indonesia.
Siapa Cak Nun?
Dilansir dari wikipedia, Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun adalah seorang tokoh intelektual berkebangsaan Indonesia yang mengusung napas Islami.
Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh Soeharto berbunyi "Ora dadi presiden ora patheken".
Emha juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku yang ditulisnya.
Kehidupan pribadi
Emha merupakan anak keempat dari 15 bersaudara.
Pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Darussalam Gontor setelah melakukan ‘demo’ melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang kurang baik, pada pertengahan tahun ketiga studinya.