TRIBUNTAKALAR.COM, MANGARABOMBANG - Ganrang atau gendang tradisional adalah salah satu alat musik yang dapat dijumpai di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan.
Penggunaan ganrang berkaitan dengan tradisi masyarakat Bugis-Makassar.
Dulu, tabuhan ganrang hanya didengar di kegiatan adat, pesta pernikahan dan pesta sunatan.
Tapi sekarang, ganrang telah dipakai dalam pertunjukan seni dan penyambutan tamu.
Tabuhan dan irama ganrang memiliki karakteristik tersendiri di masing-masing daerah.
Takalar adalah salah kabupaten di mana kita masih dapat mendengar tabuhan khas di acara-acara adat, pernikahan dan sunatan.
Pembuat gendang pun masih ada di Takalar meski jumlahnya tak banyak.
TribunTakalar.com berkunjung ke salah satu pembuat gendang, Suharto Dg Nojeng (38) di Dusun Bolo, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Rabu (6/3/2019) sore.
Dg Nojeng adalah pengerajin generasi kedua. Ayah Dg Nojeng, Dg Ngerang (84) adalah generasi pertama pembuat gendang di Kecamatan Mangarabombang.
Dusun Bolo tempat tinggal Dg Nojeng dan keluarganya adalah kampung nelayan.
Letaknya yang berdekatan dengan bibir pantai membuat mayoritas masyarakat menggantungkan hidup dari hasil laut atau membuat kapal.
Dg Nojeng baru saja pulang melaut ketika TribunTakalar.com tiba di rumahnya.
Dengan senyum ramah Dg Nojeng menjelaskan kepada TribunTakalar.com langkah pembuatan gendang mulai dari pengolahan bahan baku hingga tahap akhir.
BAHAN BAKU
Bahan baku gendang adalah kayu cendana dan kulit kambing.
Dg Nojeng mengatakan bahan baku ia dapat dari warga sekitar atau di tempat pemotongan hewan di Pasar Pattallassang, Takalar.
Sedangkan bahan baku kayu cendana ia beli di Bontonompo, Gowa.
"Warga sekitar biasa membawakan saya kulit kambing. Habis akikahan biasanya mereka yang membawa sendiri. Kalau tidak ada warga yang membawa saya beli di Pasar Pattallassang. Kalau kayu cendana saya beli dari Bontonompo, Gowa. Saya beli per pohon. Kisarannya 2-3 juta tergantung seberapa banyak potongan yang dihasilkan," kata Dg Nojeng.
Menurut Dg Nojeng, ada beberapa tahap dalam pembuatan gendang.
Tahap pertama adalah pengolahan kayu.
Pada tahap ini kayu dipotong dengan panjang sekitar 75 cm memakai gergaji mesin.
Kulit kayu dihilangkan dan dibentuk memakai parang.
Kayu lalu dilubangi menggunakan ujung gerigi gergaji mesin. Setelah itu lubang disempurnakan menggunakan pahat.
Kayu gendang kemudian dihaluskan dengan mesin serut.
Kayu halus dicat sesuai keinginan pemesan.
Penjemuran dilakukan sehari atau beberapa hari sampai kering.
Tahap kedua adalah pengolahan kulit kambing.
Kulit kambing dijemur. Setelah itu dipotong berdasarkan luas lingkaran kayu di kedua ujungnya.
"Kulit kambing yang dipotong melingkar harus dilebihkan beberapa centimeter agar bisa dilekatkan oleh rotan atau kabel," kata Dg Nojeng.
Bulu kambing dihilangkan memakai bilah bambu berujung tumpul. Kulit kambing ditaburi pasir sebelum digosok agar bulu mudah terangkat.
Kulit kambing yang telah bersih harus direndam dalam air sebelum dipasang.
"Harus direndam dulu pak. Supaya lentur sebelum dipasang. Biasanya kulit direndam pagi lalu dipasang sorenya," tutur Istri Dg Nojeng yang sering membantu mengolah kulit kambing, Helmiah Dg Sunggu (34).
Tahap ketiga adalah perpaduan kayu yang telah dicat dengan kulit kambing.
"Ditahap ini, kita butuh bahan tambahan berupa kawat atau rotan dan benang pancing berukuran besar," lanjut Dg Nojeng.
Pertama, kulit kambing dipasang di kedua lubang kayu gendang.
Kedua, kulit kambing ditekan ke lingkaran ujung lubang kayu dengan bantuan kawat atau rotan.
Ketiga, rotan atau kawat yang mengapit kedua ujung lubang gendang disambungkan dengan benang pancing untuk menguatkan kulit yang akan ditabuh.
Laporan Wartawan TribunTakalar.com, @syahrul_padli