Kisah Nenek Batia, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Penulis: Ari Maryadi
Editor: Nurul Adha Islamiah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nenek Batia (76) sedang berbaring dalam gubuk miliknya di Dusun Pabundukang, Desa Panynyangkalang, Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Malang nian nasib Nenek Batia. Wanita renta 76 tahun ini tinggal sebatang kara pada sebuah gubuk reyot.

Nenek Batia menghuni gubuk yang terbuat dari anyaman bambu, serta ditopang kayu yang sudah keropos. Lantai tempat tinggalnya hanya tanah.

Warga sekitar akrab memanggilnya dengan sebutan Dg Batia. Ia sudah bertahun-tahun hidup menyendiri di gubuk yang beralamat di Dusun Pabundukang, Desa Panynyangkalang, Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ini.

Baca: Prakiraan Cuaca BMKG, Gowa Cerah Berawan Hari Ini

Baca: Tinggal di Gubuk Reot Jeneponto, Kakek Yali Butuh Uluran Tangan Dermawan

Jangankan berjuang hidup untuk mendapat rumah layak, untuk makan kebutuhan sehari-hari saja, ia hanya berharap belas kasih dari tetangganya.

Nenek Dg Batia ini mengaku tak ingat lagi dengan keluarganya. Ia juga tak punya suami dan anak.

"Kalau saya lapar, saya tidur supaya tidak kelaparan," kata Nenek Batia, Minggu (24/2/2019).

Nenek Batia sempat mendapat kunjungan Kapolsek Bajeng Polres Gowa, Iptu Hasan Fadhlyh serta sejumlah personelnya beberapa waktu lalu.

Kapolsek mendengar keluh- kesah Nenek Batia. Tersirat di wajahnya, seolah mengharap uluran tangan Kapolsek untuk membantu agar mendapat harapan baru hidupnya.

"Kami merasa terharu melihat salah satu potret warga di wilayah kami masih ada hidup menyendiri, belum lagi kondisi yang memprihatinkan," kata Kapolsek.

Laporan Wartawan Tribun Timur @bungari95

Baca: TERPOPULER: Diperiksa Soal Video Dukungan Jokowi-Maruf, Camat ‘Kencing-kencing di Bawaslu Sulsel

Berita Terkini