Kata Ace Hasan Syadzily, propaganda Firehose of Falsehood atau semburan kebohongan ini disebut digunakan dalam pemilu di Brazil, Mexico, dan Venezuela.
"Sehingga sudah menjadi bagian dari metode perpolitikan baru di era post-truth," kata dia.
Ace Hasan Syadzily menjelaskan propaganda Firehose of Falsehood juga mempunyai beberapa ciri.
Baca: Deretan Ucapan Imlek 2019, Gong Xi Fa Cai, Cocok Di-share di WhatsApp, Facebook, Instagram
Baca: Daftar Ucapan Imlek 2019 atau Selamat Tahun Baru Imlek 2019, Silakan Bagikan Silakan
Baca: BTN Tawarkan Rumah Murah, Cicilan Hanya Rp 800-an Ribu Per Bulan, di Sini Lokasinya
Pelakunya berusaha mendapatkan perhatian media melalui pernyataan dan tindakan yang mengundang kontroversi.
Kemudian, pelakunya juga melemparkan pernyataan yang misleading atau bahkan bohong.
Ace Hasan Syadzily mengatakan tujuannya adalah menghilangkan kepercayaan pada data dan merusak kredibilitas.
Pernyataan bohong itu diulang terus menerus agar menjangkau banyak orang.
Sementara itu, Ace Hasan Syadzily menegaskan hubungan Indonesia dengan Rusia makin erat.
"Hubungan persahabatan Indonesia dan Rusia justru semakin erat di era Pak Jokowi. Bahkan terakhir pada 14 November 2018, ketika KTT ASEAN 33, Presiden Jokowi bertemu dengan Presiden Putin di Singapura untuk peningkatan kerjasama ekonomi dua negara," kata dia.
Penjelasan Kedubes Rusia
Kedutaan Besar Rusia di Jakarta melalui akun Twitter mengeluarkan pernyataan terkait istilah Progapanda Rusia.
Kedubes Rusia melalui akun @RusEmbJakarta menyampaikan bahwa Rusia tidak ikut campur dalam urusan elektoral di negara lain.
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis akun Twitter Kedubes Rusia untuk Indonesia, Senin (4/2/2019).
Kedubes Rusia untuk Indonesia juga menyampaikan, istilah Propaganda Rusia merupakan rekayasa yang dibuat pada tahun 2016 untuk kepentingan pilpres Amerika Serikat. Istilah tersebut tidak berdasarkan pada realitas.
"Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," tulis akun Twitter tersebut.