Kabar tersebut langsung menjalar ke seluruh daerah hingga akhirnya banyak warga yang berbondong-bondong datang ke rumah Ponari untuk berobat.
Selang beberapa bulan kemudian, Ponari membuka praktik pengobatan dan mematok kontribusi tiket bagi pasien sebesar Rp 5 ribu.
Sayangnya, beberapa waktu kemudian praktik itu ditutup karena ada warga yang tewas di sekitar rumah Ponari.
Dua orang pasien dan dua orang pedagang asongan meninggal diduga karena kelelahan.
Para pemerhati hak anak juga meminta supaya Ponari tidak dieksploitasi.
Mereka meminta Ponari dibiarkan untuk sekolah dan bermain layaknya anak pada umumnya.
Namun, penutupan ini hanya bersifat sementara.
Beberapa bulan kemudian, praktek pengobatan dibuka kembali.
Berkat praktik pengobatan, Ponari pun berhasil mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang kemudian ia gunakan untuk membangun rumah.
Ia juga diketahui membeli sawah seluas 5 hektare dan membangun musala di dekat rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, nama Ponari pun menghilang dari pemberitaan.
Kini, si dukun cilik itu telah beranjak dewasa.
Pada Februari 2018 lalu, Ponari sempat diundang menjadi bintang tamu pada acara televisi Intermezzo iNews.
Rambutnya bergaya mohawk, badannya pun terlihat berisi.
Ponari nampak malu-malu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pembawa acara.