Begini Hukum Terima Amplop di Pilkada Menurut Ustadz Abdul Somad

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustaz Abdul Somad

TRIBUN-TIMUR.COM - Masalah politik menjadi salah satu pembahasan dai sejuta followers Ustadz Abdul Somad saat berceramah selama 2 hari di Sulawesi Selatan.

Alumnus Al Azhar Mesir ini meminta warga Sulsel tidak menyia-nyiakan hak suaranya di pilkada 2018 ini.

Materi ceramah UAS di Sulsel memang lebih banyak terkait pilkada, cara memilih pemimpin yang baik.

"Di tahun 2018 dan 2019 ada 9 pemimpin yang akan kita pilih mulai dari bupati, wali kota, gubernur, DPR RI hingga presiden. Jangan ada yang golput, karena suara anda menentukan pemimpin yang baik," katanya.

menurutnya ada dua indikator dalam memilih pemimpin yakni amanah dan adil.

"Pelajari track record yang anada akan pilih," katanya.

UAS juga menyinggung tentang sogokan dalam Pilkada atau biasa disebut money politic.

menurutnya mobney politic adalah momok menakutkan dalam sebuah pesta demokrasi.

Ia pun menegaskan jika menerima amplop maupun imbalan apapun sebagai sogokan dari calon adalah haram.

"Jangan diterima, kiarena money politic itu haram. Anda makan uang haram, jadi darah dan daging. Masya Allah," ujarnya.

UAS Pilih ini di Pilpires 2019

Sebelumnya Ustaz Abdul Somad saat berceramah di Masjid Baitul Aman Mapolres Balikpapan, Minggu (25/3/2018) pagi, mengimbau kepada seluruh warga jangan mengambil langkah abstain memilih alias golput (golongan putih) dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan pemilihan umum (Pemilu).

Ia menjelaskan, tahun 2018 dan 2019 dianggap genting, akan rawan muncul isu-isu yang berbau multi etnis, isu suku, isu agama yang dijadikan objek politik.

Kemungkinan bakal muncul berita-berita bohong yang berujung menciptakan kerusuhan dan keributan sosial.

Seandainya peristiwa sudah tergiring kepada hal yang merusak tentu saja memunculkan kerugian bagi masyarakat Indonesia itu sendiri.

 “Yang menang jadi arang, yang kalah menjadi abu. Dua, duanya jadi tidak bermakna. Arang dihembus angin menjadi abu, abu dihembus angin, huuss... menjadi hancur,” ujar Ustaz Somad.

Lihat peristiwa berita di layar kaca televisi, sebuah daerah yang mengalami kerusuhan, saling berperang, masyarakatnya suka berkelahi, bisa dipastikan negeri itu hancur berantakan berkeping-keping.

“Mudah-mudahan negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang aman, damai dan subur makmur),” tuturnya.

Dia pun menegaskan, masyarakat tidak perlu bersikap golput dalam pilkada dan pemilu.

Sebab, memberikan suara memilih pemimpin merupakan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik.

Pilihlah pemimpin yang dirasa cocok dan pantas.

“Hindari money politic. Money adalah uang, politic adalah politik. Karena money politic akan merusak. Yang kita pilih menang dengan money politic suatu saat kalau sudah jadi, pastinya akan tarik lagi itu uang. Seperti main layang-layang, pertama diulur-ulur kalau sudah waktu yang tepat, lalu ditarik lagi,” ungkapnya.

Menurut Ustaz Somad, saat menentukan pilihan kepala daerah atau pimpinan pelajari dulu secara mendalam.

Juga serahkan semua pada Allah. Pasrah pada Allah.

Sebelum mencoblos memilih, alangkah baiknya lakukan Salat Istikharah, memohon petunjuk kepada Allah.

“Gunakan telinga kita, mata kita, lihat orangnya seperti apa. Hati harus kontak dengan Allah. Salat Istikharah. Berhubungan dengan Allah, minta bimbingan pada Allah. Datang ke kotak suara. Bismillah. Semoga ini pilihannya,” katanya.

Lalu di hadapan para ratusan jemaah yang hadir di Masjid Baitul Aman, Ustaz Somad kemudian mengajak jemaah untuk beraudiensi dalam ceramahnya. Di antaranya,  tentang pilihan dalam pemilu. Jawabannya cukup mengejutkan.

“Lalu (seolah-olah ada yang tanya), ustaz (Abdul Somad) mau pilih yang mana? Saya memilih pemilu yang langsung, umum, bebas dan rahasia,” ungkapnya. (*)

Berita Terkini