Gegara Kerap Dibully, Supir Ambulans Bantimurung Mengundurkan Diri

Penulis: Ansar
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Supir ambulans Puskesmas Bantimurung, Isak terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Supir ambulans Puskesmas Bantimurung, Isak terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya, karena kecewa dengan pelayanan RSUD Salewangang yang membiarkan pasien rujukan ditangani sekiriti, beberapa waktu lalu.

Isak mengaku mundur dengan berbagai pertimbangan. Selain merasa kasihan dan tidak bisa melihat pasien rujukan ditangani seadanya, Isak juga kerap menjadi bahan bully oleh pihak Puskemas dan RS, Jumat (23/2/2018).

"Kabar yang beredar saya dipecat itu salah. Saya hanya mengundurkan diri sebagai supir ambulans dan perawat di Puskemas Bantimurung. Saya tidak tega melihat pasien rujukan dikasi begitu (ditangani sekuriti)," katanya.

Sebelum mengundurkan diri, Isak protes pelayanan medis RSUD Salewangang. Saat itu, Isak izin ke pimpinan Puskesmas Bantimurung untuk mengatar keluarganya, Dg Kanang (53) ke RS.

Tim medis RSUD Salewangang Maros hanya berada di mejanya saat pasien dari Puskesmas dirujuk ke rumah sakit tesebut. (ANSAR)

Saat tiba di RS, pasien hanya dilayani oleh sekuriti. Isak pun merasa kecewa karena keluarganya yang sedang sekarat, tidak dilayani oleh tim medis.

Bahkan tim medis Puskemas Bantimurung dibantu sekuriti, kembali melayani pasiennya saat tiba di RSUD.

Seharusnya, tim medis yang bertugas  menjemput pasien saat turun dari ambulans. Tugas perawat dari Puskesmas hanya sampai di depan pintu RSUD.

"Setelah kejadian itu, saya resmi mengundurkan diri dari instansi kesehatan Puskesmas Bantimurung pada Senin 19 Februari 2018," katanya.

Isak juga telah mendapat berbagai ancaman pelaporan dari pihak Dinas Kesehatan Maros karena dinilai melakukan pencemaran nama baik.

Sekertaris Umum (Sekum) DPAC Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Bantimurung ini, juga sudah dipanggil oleh Kadis Kesehatan, Maryam Haba dan Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Maros, Hasan Rahim.

"Pertimbangan lain saya mundur, saya ingin Kota Jayapura untuk bekerja. Saya berfikir peluang untuk sukses di sana lebih besar, hanya tinggal menunggu hasil seleksi berikutnya," katanya.(*)

Berita Terkini