CITIZEN REPORTER

Membayangkan Masa Depan Negeri dalam Showcase: Be Inspired

Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Showcase Makassar di Gedung Kesenian, Sabtu (26/8/2017)

Riana Dwi Resky

Warga Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM-Bagaimana Anda membayangkan masa depan negeri kita?

Lima pembicara dalam acara Showcase: Be Inspired  membagikan gagasan dan ide-ide taktis di kepala mereka kepada 250  penonton di Gedung Societiet de Harmonie, Sabtu (26/8/2017) dan bagaimana hal-hal tersebut mampu membuat Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.

Showcase adalah sebuah acara yang diadakan secara swadaya untuk mengajak orang berbagi ide yang layak disebarluaskan untuk menginspirasi khalayak luas.

Showcase menyediakan panggung bagi para seniman, ilmuwan, pemikir dan inventor untuk memaparkan ide-ide luar biasa mereka kepada khalayak luas.

Acara yang diselenggarakan Yayasan BaKTi bekerjasama dengan Konsulat Jenderal Australia Makassarlebih dari sekedar sederet nama. Namun juga tentang passion, originalitas, keindahan, tawa dan ide-ide yang dapat mengubah dunia.

Format acara ini terinspirasi oleh TED, sebuah diskusi global yang mengangkat ide-ide seputar teknologi, entertainment, dan desain- ketiga subyek yang secara kolektif membentuk masa depan kita.

Ada lima pembicara yang berasal dari profesi yang berbeda-beda. Mereka masing-masing menyampaikan kekhawatiran mereka dengan sebuah solusi, sebuah langkah cerdas yang amat dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Mendengar mereka berbicara dalam durasi 15 menit tentang passion dan kepedulian mereka, membangkitkan keharuan dan gairah untuk berbuat hal yang sama bagi negeri.

Violet Rish: A Utopia for My Daughter

Violet Rish Showcasing A Utopia for my daughter

Wakil Konsulat Jenderal Australia Makassar, Violet Rish menjadi pembicara pertama. Rish berbicara tentang sebuah utopia bagi anak perempuannya di tahun 2034, saat itu anaknya akan berumur 18 tahun.

Dia mengkhayalkan dan membayangkan dunia yang akan ditinggali oleh anaknya dalam tiga aspek: rumah, transportasi dan pekerjaan.

Topik yang diangkat Rish berangkat dari kekhawatirannya akan kehidupan macam apa yang akan dijalani oleh anaknya di masa depan.

Kecemasan tentang dunia di masa depan agaknya membuat sebagian besar orang di Australia, di Indonesia kelihatannya belum terpikirkan, urung untuk memiliki anak.

Masa depan terasa begitu jauh dan tidak terprediksi. Untuk itulah Rish mengutarakan sebuah utopia, sebuah ide tentang dunia yang layak bagi anaknya.

Rumah yang dikhayalkannya berupa apartemen lima lantai dimana putrinya mampu bersosialisasi dengan tetangga-tetangganya sambil menikmati secangkir kopi.

Jikapun nanti putrinya memiliki kendaraan, itu adalah sebuah mobil yang sumber energinya menggunakan sel surya atau bayu.

Pekerjaan putrinya di masa depan adalah seorang ilmuwan. Rish begitu mengagumi seorang ilmuwan. Dia mengangankan putrinya bisa menjadi seseorang yang dia kagumi.

2. Imran Lapong: Red Seaweed + Blue Economy = Indigo Indonesia

Imran Lapong: Red Seaweed + Blue Economy = Indigo Indonesia

Apa yang kita ketahui tentang red seaweed dan blue economy? Imran Lapong tahu banyak. Pria lulusan Fakultas Ilmu Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Hasanuddin dan James Cook University, Queensland Australia menjelaskan bagaimana kedua hal itu jika digabungkan, menjadi indigo, sesuatu yang spesial dan tidak biasa, bagi Indonesia.

Indonesia mampu menghasilkan 11 juta ton rumput laut per tahun. 4 juta ton atau hampir sekitar 50%nya berasal dari kawasan timur. Sulawesi Selatan, utamanya di daerah pesisir laut seperti Jeneponto atau Bantaeng, merupakan pusat budidaya rumput laut.

Petani-petani rumput laut memproduksi sekitar 60 ton per siklus. Rumput laut yang dikelola oleh para petani kemudian dikirim dan diproses di pabrik kemudian menjadi produk-produk rumah tangga, makanan maupun kosmetik yang laku dijual di pasaran.

Sayangnya, kesejahteraan petani rumput laut belum menjadi fokus pemerintah. Padahal para petani rumput laut menyumbangkan lebih banyak nilai-nilai lingkungan hidup dari pekerjaannya.

Mengingat bahwa rumput laut mampu menyerap nutrisi dari limbah industri yang masuk ke laut. Rumput laut juga dapat menyerap karbondioksida yang jika berlebihan, akan mengakibatkan terjadinya pengasaman laut yang memicu kerusakan terumbu karang.

Rumput laut mempunyai jasa yang besar. Jadi, petani yang mengelola pertumbuhannya perlu diberikan insentif jasa lingkungan juga, bukan hanya menghargai rumput lautnya per kilogram.

Jika misalnya kita menghitung, berapa karbondioksida dan nitrogen yang difilter oleh rumput laut petani-petani itu, mustinya petani rumput laut bisa menghasilkan lebih banyak.

Dari sini, para pengusaha semestinya memberi kompensasi atas setiap limbah produksi yang dikeluarkannya yang kemudian dinetralkan oleh rumput laut. Disinilah perkataan bahwa our future lies to the ocean benar adanya.

Mansyur Rahim: The Future of Public Transportation in Makassar

Mansyur Rahim: The future of public transportation in Makassar

Isu transportasi adalah salah satu isu yang tak habis-habis dibahas dalam permasalahan suatu kota yang sedang berkembang, termasuk Makassar.

Kepemilikan kendaraan pribadi yang semakin banyak yang tidak diiringi dengan perluasan jalanan dan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik menjadi penyebab kemacetan.

Kemunculan transportasi daring yang murah dan nyaman pun belum menjadi solusi untuk mengurai kemacetan.

Mansyur Rahim, yang dikenal di sosial media sebagai @lelakibugis memberi salah satu solusi yaitu hadirnya Pasikola, sebuah inovasi transportasi publik untuk anak sekolah. Menurutnya, Pasikola mampu mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalanan setiap hari.

Kini, 2 unit mobil Pasikola dengan fasilitas lengkap telah beroperasi di SD IKIP dan di SMP Negeri 3 Makassar.

Orangtua dapat dengan mudah memantau kendaraan dan sopir antar-jemput anaknya dengan aplikasi Pasikola, sehingga mereka tidak perlu meninggalkan pekerjaannya di kantor untuk menjemput anaknya di sekolah dan tetap merasa tenang.

Aplikasi Pasikola ini mampu menghubungkan orangtua, anak dan kendaraan antar-jemputnya dengan mudah.

“Konektivitas adalah kata kunci masa depan. Di masa depan kita semua harus bisa saling terhubung”, ujarnya.

4. Andi Hilmy: Used Cooking Oil for the Future

Andi Hilmy: Used Cooking Oil for the Future

Andi Hilmy merupakan founder dan CEO dari perusahaan pengolahan minyak biodiesel bernama Genoil. Hilmy merintis Genoil dengan inovasi mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel.

Dia kemudian membangun pabrik sendiri, memberdayakan para mantan preman sebagai karyawan, hingga akhirnya Hilmy bersama lima temannya menjuarai Idea Fest 2016 di Jakarta.

Biodiesel yang dihasilkan dari GenOil dijual ke para nelayan dengan harga terjangkau. Saat ini usahanya mampu menghasilkan omset hingga 170 juta perbulan.

Hilmy juga merupakan delegasi Indonesia di Global Enterprise Network (GEN) United Kingdom 2016 dan Ketua Bidang Riset dan Teknologi di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi Sulawesi Selatan.

Genoil lahir dari kekhawatiran Hilmy terhadap beberapa permasalahan yang ada di pasar.

Pertama, peredaran minyak jelantah yang masif. Kedua, jumlah nelayan yang semakin berkurang.

Kuota bahan bakar minyak yang kurang dan walaupun ada, tapi harganya mahal, membuat banyak nelayan akhirnya menyerah pada profesinya. Pada 2013, tersisa 864 ribu dari 1,6 juta nelayan yang menangkap ikan di laut.

Jika ini berlanjut, maka kemungkinan besar, tidak akan ada lagi yang mau menjadi nelayan. Dan jika tak ada nelayan, maka tak akan ada ikan.

Lalu tidak malu kah kita jika suatu titik, Indonesia, sebagai negara maritim terbesar di dunia, malah mengimpor nelayan atau bahkan mengimpor ikan dari luar?

Permasalahan selanjutnya adalah jumlah preman di pasar yang merajalela dan sulit dikontrol. Preman-preman ini tentu menimbulkan keresahan di masyarakat.

Padahal sebenarnya, jika mampu dibina dengan baik, preman ini juga mampu bermanfaat bagi lingkungan, sebab mereka pada dasarnya adalah orang-orang yang ingin menghidupi keluarganya. Mereka butuh pekerjaan.

Hilmy pun lalu berinisiatif melakukan sesuatu. Dia bersama kawan-kawannya bekerja keras dan berkorban untuk membangun Genoil sejak 2011.

Genoil yang beroperasi sejak 2015 ini khirnya menjadi pabrik diesel pertama di Indonesia Timur dengan kapasitas produksi 2000-4000 liter per hari. Di Genoil, mereka mampu mengubah 1 liter minyak jelantah menjadi 1 liter biodiesel.

Mereka memperkerjakan mantan preman dan anak muda yang butuh pekerjaan. Biodiesel yang mereka hasilkan dari minyak jelantah, mereka jual pada nelayan dengan harga yang murah. Singkatnya, Genoil adalah solusi dari kekhawatiran akan masalah-masalah yang Hilmy utarakan.

5. Yandy Laurens: How Art Shape the Future

Yandy Laurens: How Art Shape the Future

Yandy Laurens lahir dan besar di Makassar. Dia menyelesaikan pendidikan di Institut Kesenian Kajarta jurusan Penyutradaraan Film pada 2012. Film-filmnya banyak mendapatkan penghargaan tidak hanya di dalam negeri, namun juga internasional.

Karyanya antara lain “Wan An” yang memenangkan Piala FFI 2012 sebagai Film Pendek Terbaik dan XXI Short Film Festival 2013, juga menjadi nominasi di Europe On Screen dan Shorts Film Festival Asia & International di Tokyo.

Film Friend (2015) mendapatkan penghargaan Gold Awards Indonesia di DigiCon6 Asia 18th di Jepang. Webseries SORE- Tropicana Slim Stevia yang disutradarainya tahun ini menjadi viral di Youtube.

Siapapun yang telah mendengar Yandy di Showcase, tidak akan melihat kesenian sebagai sesuatu yang dianggap sebelah mata lagi. Apa yang kesenian dapat lakukan?

Menurut dosen muda di Institut Kesenian Jakarta ini, kesenian membuat kita optimis. Kesenian punya kekuatan untuk mengubah perasaan kita menjadi lebih tangible. Kesenian juga mampu membuat kita mampu menghargai proses, hal yang perlu diajarkan kepada banyak generasi anak muda sekarang.

Menurut pengalamannya, kebanyakan orang sekarang semakin sulit diajak menonton film yang pace nya pelan. Para penonton begitu sulit menikmati film yang awalnya membingungkan padahal film juga memiliki proses, yang kebanyakan baru akan dimengerti di bagian akhirnya.

Selain itu, kesenian mampu membuat kita berinovasi. Para seniman cenderung membuat sesuatu  yang berbeda, mencipta sesuatu yang belum pernah ada.

Kesenian membuat kita mengapresiasi karya sebab itu kita sebaiknya mampu menciptakan ruang apresiasi. Kesenian adalah salah satu cara untuk membicarakan hal-hal yang tabu, membicarakan ketakuatan dan kekhawatiran yang tersembunyi.

Di masa depan, Yandy berharap anak-anak muda akan sudi sadar dan bergerak. Ia ingin membangkitkan kesadaran anak muda akan peran besar seni dalam membentuk kehidupan di masa depan.(*)

Berita Terkini