TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Sudah hampir 72 tahun Indonesia merdeka, namun, warga di Dusun Panassang, Desa Tallu Bamba, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulsel, belum merasakan aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Bagi mereka, merdeka ataupun belum, seolah tidak ada bedanya.
Kampung mereka tetap saja gelap di malam hari dan hanya mengandalkan lilin sebagai penerangan setiap malamnya.
Padahal daerah ini hanya berjarak sekitar 20 Km dengan lumbung cahaya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru kabupaten Pinrang, yang menjadi salah satu penyuplai listrik terbesar di Sulsel.
Dusun Panassang terletak di Desa Tallu Bamba, Kecamatan Enrekang dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani.
Dusun ini berbatasan langsung dengan kabupaten Tana Toraja di sebelah utara dan Kabupaten Pinrang di sebelah barat.
Dusun berpenduduk lebih dari 300 jiwa ini hanya berjarak sekitar 30 Km dari Kota Enrekang.
Namun, untuk menuju ketempat tersebut dibutuhkan waktu lebih dari satu jam.
Dan harus siapkan tenaga dan kelihaian dalam mengendarai sepeda motor.
Hal ini dikarenakan akses jalan menuju ke dusun tersebut sangat buruk, hanya kendaraan roda dua yang bisa digunakan menuju ke daerah tersebut.
"Bagi kami kemerdekaan hanyalah sebuah mimpi, karena merdeka ataupun tidak kampung kami tetap gelap," kata tokoh masyarakat, Safri kepada TribunEnrekang.com, Senin (1/5/2017).
Menurut Safri, warga sudah beberapa kali mengadukan hal ini kepada pemerintah tapi hingga saat ini belum ada realisasinya.
"Setiap pemilihan para calon selalu janji akan masukkan listrik dan perbaiki jalan tapi setelah terpilih, tidak ada realisasi," ujar Safri.
Dia menjelaskan, selain tidak ada aliran listrik dan akses jalan yang buruk, warga juga kesulitan air bersih.
"Ketersediaan air bersih disini juga minim diperparah dengan signal telephone yang tak ada," ucap alumni fakultas hukum UMI ini.
Ia berharap adanya langkah kongkret dari pemerintah sehingga, daerah tersebut bisa segera merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.