Baca tanpa iklan
TRIBUN-TIMUR.COM - Termina Rerginal Daya masih meradang di “lumbung” penumpang. Lonjakan pemudik Lebaran tidak berefek pada terminal terpanjang di dunia ini.
Terminal Regional Daya (TRD) di Kecamatan Biringkanaya, Makassar, masih sepi, Minggu (26/6).
Pengelola berdalih, kehadiran terminal bayangan di pinggir jalan poros dan aktivitas bongkar-muat bus dalam kota menjadi penyebab senjakala TRD.
Padahal lonjakan pemudik sepuluh hari menjelang Idulfitri mulai terasa di beberapa perwakilan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan bus Antar Kota
Dalam Provinsi (AKDP). Kantor perwakilan bus sudah disesaki pemudik.
Beberapa sopir yang ditemui di TRD, kemarin, mengonfirmasikan terminal yang diresmikan tahun 2003 dan resmi diambilalih pengelolaannya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar tahun 2015 itu hanya diramaikan calon penumpang dari Toraja.
Dinas Perhubungan Dishub) Kota Makassar sudah “lempar handuk” mengatasi kehadiran terminal bayangan dan bongkar-muat bus dalam kota.
Pantauan Tribun, kemarin, TRD masih sepi. Nyaris tak ada nuansa suasana mudik Lebaran di terminal seluas 12 hektare ini.
Daeng Uppa (41) beberapa kali menguap. Sopir bus antardaerah ini terlihat mengantuk. "Kasihan sekali saya lihat kondisi ini, tapi mau diapa lagi kalau sudah seperti ini, pokoknya tiap tahun selalu saja sepi," kata Uppa.
Sudah 23 tahun Uppa jadi sopir bur, sudah belasan tahun dia menyaksikan situasi TRD menjelang Lebaran. “Kondisi sekarang tambah buruk dan tidak ada kemajuan. Kami tidak tahu persoalan pemerintahan tapi yang jelasnya terminal dulu di Panaikang lebih bagus dari pada di Daya," jelas Uppa.
Dia juga menyalahkan terminal bayangan. “Ditambah lagi, ada beberapa mobil plat hitam yang juga mengambil penumpang. Apalah artinya kita ini sebagai sopir angkutan umum kalau memang masih ada sopir plat hitam di luar sana, jangan sampai ini yang membuat teman-teman yang lain buat lagi terminal bayangan di luar," kata Uppa.