Tak Kenal Maka Tak Sayang

Setelah 43 Tahun, Inilah Warisan Berharga Ayah Pedagang Sate Maros di Jl Kumala

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Thamzil Thahir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di dekade 1970-1980-an mereka belum menatap atau mangkal di huk-huk jalan protokol kota. Mereka masih keliling kota, dengan gerobak.

"Katanya dulu itu, masih sedikit orang yang punya kendaraan. Jadi Haji (Rasyid), masih datangan pembeli," kata Akbar, seraya memasukkan uang di laci kayu peninggalan mendiang ayahnya

Laci kayu itu memang sudah terlihat usang. Itulah satu-satunya, peninggalan ayahnya yang masih mereka pelihara hingga kini.

Gerobak yang dipakai Adi dan adiknya, Akbar kini sudah berbentuk alumunium baja. Di bagian depan gerobak itu, ada motor bermerek VIAR.

Adi dan Akbar adalah anak dari istri keempat mendiang Haji Rasyid. Sejak di Makassar, ayahnya sudah empat kali pindah rumah. pernah tinggal di JL Rajawali, Jl Mappaouddang, dan terakhir di sekitar Jl Kumala.

Saban Ramadan, pelanggannya bertambah. kebanyakan pembeli meladeni untuk keperluan sahur.
"Biasa kami bikin sampai 1000 tusuk," kata Adi, merujuk dua jenis sate jualannya, sate sapi dan sate ayam.

Biasanya yang jenis sate yang paling laku adalah sate daging sapi. Mereka sudah punya langganan pemasok daging, yang harganya relatif bersaing.

Adi dan Akbar, mengaku sejauh ini masih betah dan tetap akan melanjutkan usaha sate orang tuanya.

Berita Terkini