MotoGP

Ayah Rossi Ungkap Sekarang, Ini Sebab Marquez Terjatuh dan Ternyata Tidak Ditendang

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pebalap Marc Marquez jatuh

TRIBUN-TIMUR.COM - Pebalap MotoGP dari tim Movistar Yamaha, Valentino Rossi gagal meraih gelar juara dunia, tahun ini.

Ada beberapa faktor pemicunya, satu di antaranya karena harus start di belakang saat balapan seri terakhir di Circuit Ricardo Tomo, Valencia, Spanyol, Minggu (8/11/2015).

Itu bentuk hukuman bagi “The Doctor” karena “menendang” pebalap dari tim Repsol Honda, Marc Marquez saat balapan di Sepang, Minggu (25/10/2015). 

Saat itu, Rossi membantah menendang, justru menurutnya Marquez yang terlalu memepet dirinya hingga rawan menyebabkan kecelakan.

Ayah Rossi, Graziano Rossi angkat bicara soal insiden itu.

Berikut ini kutipan wawancara mantan pebalap GP 250 cc tersebut terkait itu sebagaimana dikutip dari Cycleword.com, Senin (9/10/2015). 

Apa yang Anda pertama kali pikirkan ketika Anda melihat insiden di Sepang?  

Saya menyaksikan GP Malaysia dari rumah. 

Pikiran pertama saya? Rossi hanya bisa melakukan apa yang dia lakukan dan sekarang mari kita lihat apa yang akan terjadi besok.  

Tapi saya tidak akan pernah membayangkan bahwa itu akan terjadi seperti itu.

Apakah Rossi kehilangan konsentrasi atau berada di bawah tekanan, seperti ditulis media massa umumnya?

Rossi tidak kehilangan kepercayaan dirinya.

Itu akan menjadi masalah serius jika ia menendang Marcquez, tapi ini tidak terjadi. Dia tidak menendang.  

Dia melakukan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan.

Pada faktanya, Rossi dan Marquez saling salip Lorenzo dan Pedrosa menarik diri (dari aksi itu). 

Dari sudut pandang seorang pebalap, itu mudah untuk memahaminya. 

Rossi tidak bisa terus kehilangan waktu karena dia terus dipepet Maquez. 

Dia memperingatkan Marquez agar tidak memepetya tetapi tiba-tiba Marquez menekan rem dan akhirnya jatuh. 

Ini sangat menguntukan Rossi karena tidak jatuh. 

Dia benar-benar tidak ingin membuat Marquez kecelakaan.

Seorang pebalap tentu tak pernah menginginkan adanya kecelakaan.

Lorenzo: Rossi Frustrasi Karena Gagal Juara Dunia

Lorenzo percaya rekan satu timnya pada Yamaha, Rossi sedang menunjukkan rasa frustrasi karena misinya menjadi juara dunia MotoGP 2015 gagal tercapai.

Demikian dikutip dari Motorsport.com, Selasa (10/11/2015).

Rossi kehilangan gelar dan mahkota juara dunia diambil Lorenzo.

Pebalap asal Spanyol itu memenangkan seri akhir (final) karena finish pada urutan pertama di Circuit Ricardo Tomo, Valencia, Spanyol sedangkan pebalap asal Italia, Rossi hanya bisa finish pada urutan keempat setelah start dari bagian belakang grid.

Rossi yang dijuluki pembalap eksentrik telah membukukan sembilan gelar juara dunia, sekali di kelas 125cc pada tahun 1997, sekali di kelas 250cc (1999), dan tujuh kali juara dunia di kelas puncak 500cc/MotoGP (2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008 dan 2009). 

Lorenzo menganggap pula Rossi sedang frustrasi karena menurutnya tahun ini adalah kesempatan terakhir bagi “The Doctor” itu untuk meraih gelar ke-10.

Pebalap berusia 28 tahun ini percaya penyebab Rossi kali ini gagal juara karena ada pebalap dari tim Honda yang lebih cepat.

"Sudah jelas ada pebalap muda yakni Marquez yang lebih cepat daripada dia (Rossi), dan statistik membuktikan itu," kata Lorenzo kepada media Spanyol.

“Balapan ini memang membuat Rossi harus frustrasi karena tidak bisa lebih cepat sedikit dan memungkinkan saya final pada posisi pertama sehingga bisa juara dunia. Sayalah yang diuntungkan di Valencia,” kata Lorenzo lagi.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada musim selanjutnya tetapi mungkin seperti yang dialami (Rossi) akan terjadi juga pada saya, ini adalah kesempatan untuk menjadi juara dunia."

Dia menambahkan, "Semua kontroversi dan komentar ini tidak akan terjadi jika Rossi secepat Marc dan saya, dan jika ia telah memenangkan balapan lagi. 

"Jika memang lebih Rossi lebih cepat dan konsisten tak ada insiden di Sepang, maka sebenarnya dia bisa juara. Dia tahu itu tapi telah menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih gelar ke-10,” ujar Lorenzo. 

Lorenzo merasa, semua data telah menujukkan dirinya memang sangat pantas menjadi juara dunia.

Konspirasi Spanyol

Sebelumnya, Rossi menuding Lorenzo berbuat curang karena dibantu pebalap senegaranya (Spanyol), yakni Marquez dan Pedrosa.

Marquez dan Pedrosa menurut Rossi memang sengaja finish pada urutan kedua dan ketiga. 

“Saya sudah berusaha (finish pada urutan pertama) sesuai dengan kemampuanku tapi situasi sungguh aneh. Marquez malah menjadi pengawal Lorenzo. Sungguh sangat memalukan bagi dunia olahraga,” kara Rossi sebagaimana dikutip dari Theguardian.com, Senin (9/11/2015).

Rossi berharap pihak otoritas dapat turun tangan mengatasi persoalan ini sebagaimana dituduhkan sebab telah memperburuk citra olahraga balap.

Lebih lanjut, Rossi mengatakan, Lorenzo sebenarnya layak menjadi juara dunia tapi ia tak mengerti mengapa bisa dibantu pebalap dari Repsol Honda. 

Lorenzo berasal dari tim Movistar Yamaha, sama dengan Rossi.

Menanggapi Rossi, Marquez mengatakan, dirinya sebenarnya sadar akan adanya tuduhan demikian jika finish pada urutan kedua.

“Saya sebenarnya selalu memberikan segalanya (untuk menang) dan saya tahu akan ada orang yang akan mengatakan bahwa saya finish pada urutan kedua karena ingin Lorenzo menang," katanya. 

Selama balapan, Marquez terlihat tak pernah hampir menyalip Lorenzo. 

Bahkan, ban depan motor Marquez tak pernah sejajar dengan ban belakang motor Lorenzo. 

"Sebenarnya mereka tahu apa yang saya kejar dan mereka orang Spanyol, jadi itu telah membantu saya. Jika di balapan lain mereka mungkin sudah berusaha menyalip," kata Lorenzo.

"Pedrosa melakukannya secara baik karena sebetulnya dia bisa overtake (menyalip) secara gila. Jika ini digelar di Italia dengan dua orang Italia di belakang Rossi, kejadian yang sama bisa jadi terjadi,” katanya lagi menambahkan ucapan Marquez, peraih gelar juara dunia MotoGP dua musim, guna menanggapi Rossi.

Wawancara dengan Ayah Rossi

Impian pebalap dari tim Movistar Yamaha, Valentino Rossi mendapatkan gelar juara dunia MotoGP 2015 tidak terwujud. 

Gelar itu jatuh kepada rekan satu timnya, Jorge Lorenzo, padahal banyak fans Rossi datang ke Valencia, Spanyol, Minggu (8/11/2015) kemarin, guna memberi dukugan.

Sejumlah t-shirt bertuliskan "#IostoconValentino," yang berarti "Saya mendukung Valentino” meramaikan Valencia.

Ayah Rossi Graziano dan ibu Rossi Stefania turut datang ke Valencia untuk memberi dukungan.

Bagaimana dia melihat putranya saat gagal jadi juara dunia?

Berikut ini wawancara Cycleword.com dengan Graziano usai balapan, sebagaimana dikutip, Senin (9/11/2015).

Anda sebagai seorang ayah, bagaimana melihat beratnya tantangan dihadapi Rossi terutama saat seri terakhir? 

Berada (start) pada posisi belakang grid menjadikan Rossi sepertinya mustahil untuk finish pada posisi paling depan, sebagaimana dia target agar bisa meraih gelar juara dunia. 

Kami menunggu sampai chequered flag (bendera kotak-kotak (artinya finish atau berakhirnya sebuah sesi) itu dikibarkan, meskipun misi Rossi untuk finish paling depan tak terwujud.

Bukan dia yang finish paling depan.

Apa yang saya, Stefania, dan penggemar lakukan ini semata-mata karena kecintaan terhadap Rossi yang tak terbatas.

Rossi sempat memimpin kejuaraan (MotoGP) dan semuanya berjalan secara tepat, bagaimana Anda melihat penampilannya sekarang?

Tahun lalu, Rossi bekerja guna keras mempersiapkan seri tahun ini.

Dari lap pertama, ia membuat kejuaraan balap ini sedemikian rupa indah dan banyak orang mengatakan bahwa ini adalah kejuaraan terbaik dari awal hingga akhir.

Apakah Anda berpikir gelar juara yang sebelumnya diprediksi akan diraih Rossi, namun akhirnya jatuh kepada Jorge Lorenzo atas campur tangan pihak ketiga? 

Saya masih belum memahami hal ini.

Apa yang Anda pertama kali pikirkan ketika Anda melihat insiden di Sepang? 

Saya menyaksikan GP Malaysia dari rumah.

Pikiran pertama saya? Rossi hanya bisa melakukan apa yang dia lakukan dan sekarang mari kita lihat apa yang akan terjadi besok. 

Tapi saya tidak akan pernah membayangkan bahwa itu akan terjadi seperti itu.

Apakah Rossi kehilangan konsentrasi atau berada di bawah tekanan, seperti ditulis media massa umumnya?

Rossi tidak kehilangan kepercayaan dirinya.

Itu akan menjadi masalah serius jika ia menendang Marcquez, tapi ini tidak terjadi. Dia tidak menendang. 

Dia melakukan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan.

Pada faktanya, Rossi dan Marquez saling salip Lorenzo dan Pedrosa menarik diri (dari aksi itu). 

Dari sudut pandang seorang pebalap, itu mudah untuk memahaminya.

Rossi tidak bisa terus kehilangan waktu karena dia terus dipepet Maquez.

Dia memperingatkan Marquez agar tidak memepetya tetapi tiba-tiba Marquez menekan rem dan akhirnya jatuh. 

Ini sangat menguntukan Rossi karena tidak jatuh. 

Dia benar-benar tidak ingin membuat Marquez kecelakaan.

Seorang pebalap tentu tak pernah menginginkan adanya kecelakaan.

Bukankah telah menjadi pilihan bagi Rossi untuk tetap berada di posisi keempat di belakang Marquez?

Jika Anda memiliki dua bola, Anda tidak dapat membuangnya.

Apakah Anda pikir momen balapan ini dapat mempengaruhi motivasi anak Anda di masa depan?

Balap motor adalah hal yang paling penting untuk dinikmatinya dan hal itu pula yang akan membuatnya kehilangan motivasi setelah dari Linda, pacarnya.

Jadi saya tidak berpikir jika motivasinya bisa berubah.

Darimana motivasi ini berasal? 

Setiap orang memiliki mimpi dalam hidupnya, misi untuk mencapai tujuan. 

Bagi Rossi, motivasi itu datang dari arena balapan. Tapi paling banyak motivasi itu datang dari pacarnya.

Maaf, saya bercanda.

Apa yang begitu istimewa dari Rossi ketika ia masih kecil?

Dia sangat penasaran akan sesuatu hal tapi anak-anak seperti itu.

Dia benar-benar menikmati saat sedang menyelesaikan pekerjaannya yang paling sulit sekali pun tapi anak-anak lain juga melakukan itu. 

Setiap anak memiliki bakat tapi kadang-kadang mereka tidak tahu kalau memilikinya, atau mungkin mereka tidak tahu apa yang mereka miliki itu adalah anugerah dari Tuhan.

Rossi memiliki bakat begitu besar. 

Saya sebagai ayah membuat anak-anak bermain, pertama-tama melalui mainan yang mereka suka. 

Ternyata Rossi suka pada mainan yang membutuhkan kecepatan. 

Rossi terus menikmati permainan itu bahkan mengembangkannya.

Saya pikir akan sulit jika dia tidak menyalurkan bakat itu.

Rossi punya bakat, ia menikmati balapan dan ini sudah menjadi hidupnya.

Bisakah Anda ceritakan kisah tentang Rossi sebagai seorang anak?

Terakhir kali saya memberinya saran sebagai seorang mantan pembalap sekaligus bapak sewaktu dia masih berusia 10 tahun. 

Kami berada di sirkuit di Cattolica, dekat dengan Misano.

Rossi start paling depan dan ia memilih berada di sisi kanan lintasan karena tikungan pertama adalah di sebelah kanan. 

Saya pernah bersama dengannya di grid start dan saya menyarankan bahwa ia harus start dari sisi kiri kalau mau menang.

Rossi menatapku dari bawah visor dan mengatakan kepada saya, "Ayah, serahkan padaku!”

Apa momen terbaik dalam karirnya selama 20 tahun?

Setiap kali dia meninggalkankanku karena pergi balapan, saya memeluknya dan dia memelukku kembali.

Sepanjang kariernya, setidaknya dia telah memelukku 200 kali, begitu pula sebaliknya. 

Momen terbaik bagi saya adalah pelukan itu. 

Apa yang akan dilakukan Rossi dalam 10 tahun ke depan? 

Mungkin tetap di superbike bersama Yamaha! Saya bercanda.

Saya melihat dia di mobil balap atau mungkin bermain dengan anak-anak di VR46 Academy.(*)


Berita Terkini