TRIBUN-TIMUR.COM - Andi Oddang bersama 20 pasukan lainnya tengah berlayar pulang ke Sulawesi setelah mendapat pendidikan kemiliteran di Jawa. Ia menerima tugas ekspedisi sukarela alias sekali berangkat tanpa memikirkan hidup atau mati.
Oddang dan empat rekannya dalam rombongan pertama memulai pelayaran dari Situbondo. Rute diatur sedemikian rupa agar tidak tertangkap patroli Belanda yang berjaga di selat Bali sampai Surabaya. Rute yang ditempuh Oddang melaluiTaka Bonerate, Selayar menuju Barang Lompo.
Subuh hari, 29 Desember 1946, Oddang terpaksa melewati pulau Barang Lompo. Ia dan rombongan mengurungkan niatnya untuk singgah di pulau itu. Ada isyarat dari pasukan Harimau Indonesia jika di pulau tersebut banyak mata-mata tentara NICA atau Belanda.
Perahu kahirnya melaju ke utara, melewati pulau Spermonde, Laiya, Satando, Salemo, Puteangin, Dutungan, Bakki, hinnga Tanjung Ujung. Perahu yang ditumpangi Oddang berlabuh di daerah Semenanjung Ujung Lero, Barakasanda, Suppa.
Ia bersama Mayor Saleh Lahade, Letnan Soekarno, Peltu Daeng Gassing, dan Kopral Pasarai mesti menurunkan terlebih dahulu alat komunikasi seberat 30 kilogram dari perahu. Alat bernama Zender itu dibawa dari Jawa dan merupakan alat penting untuk berkomunikasi ke markas TRI Persiapan Sulawesi di Jogjakarta.
Oddang dan rombongan menyempatkan beristirahat beberapa hari saat di Suppa. Disinilah Oddang harus menerima kenyataan setelah mendengar kabar Ayahnya meninggal. Makkarumpa Daeng Parani tewas bersama rekan-rekannya setelah ditembak pasukan Kapten Westerling yang dipimpin Letnan Vermulen pada 14 Januari 1947.
Waktu itu, ia sudah merasakan firasat buruk. Rokok Oddang tiba-tiba jatuh dan ia teringat ayahnya. Namun, kegentingan kondisi saat itu membuatnya tidak bisa berfikir lama. Sudah jauh hari Oddang mempersiapkan diri menerikan takdir tuhan. Baik ke dirinya maupun orangtuanya.
Rombongan pertama ekspedisi Sulawesi akhirnya melanjutkan perjalanan dan beristirahat di pondok empang di balik pohon bakau setelah berjalan dari tepi pantai. Ia diarahkan warga setempat atas perintah Puang Wello, kerabat Oddang yang membantu saat keberangkatan ke pulau Jawa.
Sembari beristirahat, warga sebagai penunjuk jalan melakukan pengintaian dan pengawasan di daerah sekitar. Rombongan akhirnya bergerak menuju bukit Lamatanre, setelah memotong jalan poros Pare-pare Pinrang menuju desa Bompatue.
Rombongan kedua yang dipimpin Andi Sirifin juga sudah tiba. Mereka berlabuh di Wiringtasi, Mangkoso. Sedangkan rombongan ketiga berlabuh di Garongkong, Barru dan dibantu menuju Sallossoe oleh pejuang setempat.