Kisah Ahok Dibesarkan Keluarga Bugis

Dari Jenderal Jusuf Ahok Amalkan Lempu, Warani, dan Getteng

Penulis: Thamzil Thahir
Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki I Tjahja Purnama (berdiri kiri) dan Kakak angkatnya, Nana Riwayatie dan Ibu Ahok (duduk), di sebuah acara kelurga di Jakarta 2011

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (48), lahir di Belitung, sebuah pulau di antara Sumatera dan Kalimantan.

Nenek dan kedua orangtuanya, keturunan Tionghoa, Hakka. Mereka besar di pulau berdiameter 4,8 km2 ini.

Etnis Melayu Riau, Palembang, Bugis, Cina, dan Jawa, berakulturasi di pulau yang zaman Belanda, jadi persinggahan pedagang Indo Cina dan Melayu.

Umat Islam mendominasi, 91,61%, lalu agama lainnya adalah Budha (6,37%), Protestan (1,02%) Katholik 0,55%, dan Hindu 0,45%.    

Keluarga Ahok memelihara kental tradisi Tionghoa kuno. Namun, belakangan administrasi kependudukan keluarganya, mencatat Ahok beragama Protestan.

Akhir 1990-an hingga 1980an mendiang ayahnya, Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) banyak berdagang ke Jakarta. Disinilah interaksi awal Ayah Ahok, dengan bangsawan Bugis Andi Baso Amir dan istrinya Hj Masaribu ABA binti Acca (74), bangsawan asal Massenrepulu, Enrekang.

"Menurut cerita ayah, keluarga Ahok itu, sudah berinteraksi dengan parantau Bugis Bone di Belitung, jadi ketika ketemu ayah, hanya sisa memperkuat," kata Andi Analta Amir, putra Baso Amir, kepada Tribun.

Analta menyapa Basuki dengan Ahok. Sedangkan Ahok, menyapa Analta dengan Kak Alla. Usia mereka selisih sekitar 8 tahun.

Alla adalah nama kecil Analta. Saat Andi Herry Iskandar, memperkenalkan Tribun dengan Analta, Rabu (29/10/2014) lalu, dia juga menyapa Analta dengan Alla.    

Analta menyebutkan, ayah Ahok, dengan Om Indra. Sebaliknya, Ahok menyapa Andi Baso dengan Papa Amir dan Masaribu dengan Mami.

Diceritakan Analta, jika ke Jakarta, ayah Ahok kerap datang ke rumahnya di Jl Bulutangkis, Kompleks Stadion Senayan, Jakarta Pusat. "Kalau datang sore, biasanya ngobrol banyak hal tentang Indonesia, biasanya nanti azan subuh baru bubar."

Mendiang Andi Baso Amir, memang banyak tahu soal budaya dabn agama di Nusantara. Sebagai mantan Bupati Bone, pengetahuan pemerintahan dan militer juga terbilang paripurna.

Apalagi, Baso adalah adik kandung dari Jenderal M Jusuf, salah satu tokoh militer kuat di era pemerintahan Soeharto (1967-2008). Jenderal M Jusuf pernah jadi Panglima Kodam Hasanuddin, menteri perindustrian, Menhan dan Panglima ABRI, dan terakhir di awal dekade 1990-an menjabat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Andi Analta menjelaskan, kalaupun Ahok selama menjabat Bupati Belitung (2005 - 2007) anggota DPR-RI dari Bangka Belitung (2009-2012), dan maju jadi Wakil Gubernur  DKI Jakarta bersama Jokowi (2012), terlihat 'keras, grasa-grusu, dan bicara apa adanya, itu karena Ahok selalu berkaca dari perilaku dan sikap Jenderal M Jusuf.

"Saya tahu persis. Om Indra itu, amat mengidolakan Petta Ucu dan dia ingin anak-anaknya ada yang mengikuti karakternya, ya mungkin itu yang turun dan diajarkan ke Dik Ahok," kata Analta.

Petta Ucu adalah sapaan akrab keponakan dan keluarga dekat untuk Jenderal M Jusuf.

Andi Alla bahkan, menjelaskan 3 filosofi hidup dan cara kerja Jenderal M Jusuf, betul-betul diamalkan dan terlihat dalam perilaku Ahok.    

Apa tiga prinsip hidup itu? "Petta Ucu itu, selalu mengajari kami, hidup itu dimulai dari lempu (kejujuran), warani (berani), dan taro ada taro gau atau getteng (amanah). Kalau kau jujur, maka kau akan berani, jika kau jujur dan berani, maka kau akan amanah."

Analta sendiri amat yakin, 3 prinsip hidup itulah yang membuat Ahok amanah dan terlihat tanpa tedeng aling-aling dalam menjalankan pemerintahan.

Alla menyebutkan, Dari mendiang Hajjah Masaribu ABA (Andi Baso Amier), ibu kandung Alla dan ibu angkat Ahok, diperoleh kebijaksanaan dan kasih sayang. "Tente Bun, (Buniarsih, ibu kandung Ahok), juga lemah lembut tapi disiplin," katanya.

Inilah, kata Andi Alla, yang membuat disiplin dan pola hidup sederhana, dan selalu terkesan berterus-terang dalam menjalankan amanah.    

Saat memberikan sambutan di pemakaman Hj Masaribu, di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat, Jumat, 17 Oktober lalu, Ahok, juga mengemukakan perihal ajaran kebijaksanaan dan cinta dari kedua mendiang orangtua angkatnya.

Saat Ahok kuliah di Universitas Trisakti, Jakarta, saban akhir pekan, Ahok selalu mampir di rumah keluarga Andi Baso Amir. Baik saat masih di Senayan atau saat di Kompleks Kalibata Indah.(*)

Berita Terkini