Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri
TRIBUN.TIMUR.COM, MAROS -Rencana pemerintah daerah untuk memberlakukan dan mengujicobakan sekolah lima hari di Kabupaten Maros disoroti pemerhati pendidikan, Lory Hendrajaya.
Mantan Anggota DPRD Maros itu menilai sebaiknya dipertimbangkan dengan alasan, beban siswa bertambah dengan bertambahnya jam belajar yang bisa membuat mereka stress. Ditambah lagi tugas dari guru yang akan terasa berat.
Belum lagi beban guru bertambah dengan mengevaluasi ulang alur RPP dan persiapan mengajar mereka.
Siswa pun terlambat pulang yang mengakibatkan rendahnya hubungan emosional keluarga dan akan menimbulkan kekhawatiran dalam keluarga.
Lory juga menilai masa istirahat yang tidak proporsional, lebih lagi kegiatan ekstrakurikuller akan terhambat karena waktu dihabiskan untuk belajar saja.
Sementara dalam pendidikan bukan hanya aspek kecerdasan (kognitif) tapi juga aspek sifat (afektive) dan keterampilan (psikomotorik) yang menjadi tugas sekolah itu sendiri.
Sedangkan satu hari tersisa yakni sabtu bisa saja menjadi hari yang tidak jelas peruntukannya untuk peserta didik yang bisa disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak baik dan berbahaya dalam pergaulan mereka.
"Olehnya sebelum mengujicobakan, kami menyarankan untuk tidak memberlakukan karena jam pelajaran yang seperti saat ini, secara konvensional telah dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pemberlakuannya dengan mengacu banyak hal," jelas penyiar BS FM ini, Senin (29/9/2014). (*)