Artefak Tertua di Wallacea Ditemukan di Soppeng, Usia Diperkirakan 1,5 Juta Tahun
Tujuh artefak batu di Situs Calio, Soppeng, membuka peluang ilmuwan menelusuri jejak manusia purba tertua di kawasan Wallacea.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Sukmawati Ibrahim
Laporan Jurnalis Tribun Timur, Fahrizal Syam dari Situs Calio, Soppeng
TRIBUN-TIMUR.COM - Penemuan tujuh buah artefak batu tertua di Situs Calio, Kelurahan Ujung, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, membuka pintu bagi peneliti dan ilmuwan untuk mencari dan menemukan jejak manusia purba di Kawasan Wallacea.
Alat batu zaman Paleolitikum di Kabupaten Soppeng itu resmi dinyatakan sebagai penemuan tertua saat ini di Wallacea.
Wallacea adalah kawasan biogeografi meliputi sebagian besar wilayah Indonesia tengah, termasuk Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Nama Wallacea diambil dari nama naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, yang meneliti di wilayah tersebut.
Kepastian artefak tertua Wallacea usai diterbitkan di jurnal berkelas internasional Nature (International Journal of Science) per tanggal 6 Agustus 2025.
Jurnal itu berjudul 'Hominins on Sulawesi During the Early Pelistocene'. Perspektif Baru Migrasi Manusia Purba (Hominid) di Wallacea 1.100.000-1.500.000 Tahun yang Lalu.
Nature adalah jurnal ilmiah terkenal berbasis di Inggris.
Nature menerbitkan penelitian ilmiah berkualitas tinggi di berbagai bidang ilmu pengetahuan, setelah melalui proses penelaahan sejawat (peer-review) ketat.
Tujuh artefak batu ditemukan para peneliti terkubur di sedimen batuan pasir, di tengah ladang jagung di Calio, Soppeng.
Ladang jagung itu milik Pemkab Soppeng, namun dikelola warga setempat.
Umur artefak diperkirakan 1,1 juta hingga 1,5 juta tahun yang lalu.
Peneliti di Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pusat Kolaborasi Riset Arkeologi Sulawesi (BRIN–Universitas Hasanuddin), Budianto Hakim memimpin tim penelitian.
Sebanyak 27 orang terlibat di tim ini, termasuk professor dari Griffin University, Australia, Adam Brumm.
Mereka menelusuri jejak-jejak kehidupan manusia purba di kawasan Wallacea.
Budi, sapaannya, mengatakan temuan bersama timnya ini mengungkap fakta baru. Sekaligus mementahkan teori lama soal manusia purba.
"Teori lama menyebut manusia purba menemukan jalan buntu di Jawa, itu terbantahkan," kata Budianto di konferensi pers di Museum Villa Yuliana, Jl Pengayoman, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, Sulsel, Kamis (7/8/2025) pagi.
Baca juga: Jejak Pelaut Makassar di Australia, Diangkat Lewat Film Wangany Mala
Konferensi pers dihadiri forkopimda Kabupaten Soppeng, mulai Bupati Suwardi Haseng, Wakil Bupati Selle KS Dalle, Ketua DPRD Andi Muhammad Farid, Kapolres AKBP Aditya Pradana, Dandim Letkol Reinhard Laposan.
Hadir juga Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Herry Jogaswara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 19 Siantriyo Danuhadingrat, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unhas Andi Muhammad Akhmar, dan pejabat lainnya.
Menurut Budi, manusia purba zaman paleolitikum, awalnya dianggap belum cukup cerdas menemukan cara menyeberangi lautan dari pulau Jawa, ke Kalimantan, lalu Sulawesi.
"Mereka tidak mungkin berenang karena jarak pulau (Sulawesi dan Kalimantan) dulu itu masih sekitar 40 kilometer dan sangat dalam. Beda seperti gajah masih bisa berenang," ungkap Budi.
Di Soppeng sebelumnya memang telah ditemukan fosil gajah kerdil.
Fosil-fosil itu kini dipajang di Museum Villa Yuliana, tempat konfrensi pers.
Sebagian lainnya disimpan di Museum Calio, hanya sekira 300 meter sebelah timur lokasi penemuan artefak batu.
Museum Villa Yuliana dan Museum Calio berjarak sekira 17 kilometer.
Lanjut Budi, hasil temuannya pun memunculkan kemungkinan jika manusia purba sudah bisa menemukan cara melintasi pulau.
"Mungkin pakai batang kayu yang mereka lihat hanyut di lautan atau sungai atau cara lain, mungkin itu dasarnya mereka ke Sulawesi sekira 1 juta tahun lalu," tegasnya.
Dikatakan Budi, manusia purba dinilai sudah punya kemampuan navigasi.
Mereka mencari tempat-tempat baru sumber makanan, hingga ke lembah Walannae.
Lembah Walannae di Soppeng (meliputi lima kabupaten) sangat kaya sumber daya alam bisa menunjang manusia purba hidup di masa lalu.
Temuan artefak ini juga semakin memotivasi para ilmuwan mencari jejak manusia purba zaman batu pertama di Sulsel, khususnya kawasan Lembah Walannae.
Apalagi, fosil manusia purba dan alat-alat batu berumur 700 ribu tahun yang ditemukan sebelumnya di Flores, Nusa Tenggara Timur, mirip dengan artefak di Situs Calio.
"Ini mirip dengan di Flores dan Filipina. sama dengan gajah kerdil juga ada di Flores. Temuan ini menggiring kami untuk mencari (manusia purba) lebih jauh," ujar dia.
"Kami meyakini Sulawesi menjadi jalur migrasi para manusia purba," pungkasnya.
Peneliti lainnya, Unggul Prasetyo Wibowo saat ditemui di Situs Calio, menjelaskan, pencarian situs manusia purba sudah dimulai sejak 2016 lalu.
Mereka melanjutkan ekskavasi peneliti-peneliti sebelumnya di Walannae yang belum membuahkan hasil.
Puluhan titik telah diekskavasi atau digali, namun tim dan kawan-kawan tak menemui hasil.
Fokus kemudian tertuju saat tim menemukan ratusan bahkan ribuan pecahan alat-alat batu di permukaan sekitar situs Calio, tidak terkubur sedimen.
Karena tak tersedimentasi, tak bisa menentukan seberapa tua artefak-artefak itu.
"Maka tim mulai menggali untuk menemukan artefak di sini (Calio).
Situs digali tak begitu luas.
Hanya petak tanah berukuran 3x4 meter di tengah ladang jagung.
Di sisi utara ladang, area pemakaman umum warga Calio.
Situs ini juga terletak di belakang kantor Balai Penyuluh Pertanian Desa Calio, di sampingnya ada Puskesmas Baringeng.
Tim harus bekerja keras menggali dan memecahkan lempengan batu pasir.
Warga setempat dilibatkan, menggunakan betel dan palu.
Lubang digali pun tak begitu dalam.
Terdalam hanya sekitar satu meter.
Penggalian dihentikan sementara saat tim telah menemukan tujuh buah artefak tersedimentasi.
Ukuran tujuh artefak tak begitu besar.
Ada yang hanya sebesar jempol tangan.
Paling besar sekira setengah jengkal, berbentuk runcing seperti ujung tombak.
"Ini dipakai mereka (manusia purba) untuk memotong daging hasil buruan atau lainnya," paparnya.
Terbitnya jurnal ini menjadi angin segar penyemangat bagi Budianto, Unggul, dan kolega untuk mencari jejak manusia purba zaman Paleolitikum di lembah Walannae, Walacea, Tanah Sulawesi.
Budianto dan timnya meyakini, jejak manusia purba tertua akan ditemukan di Sulawesi suatu saat nanti.
Saat ini jejak manusia purba paling terkenal masih ada di Kabupaten Maros.
Lukisan di dalam gua menjadi penanda keberadaan mereka.
Hanya saja, mereka adalah manusia purba yang umurnya diperkirakan hanya puluhan ribu tahun.
Mereka sudah lebih cerdas dari manusia zaman batu yang belum ditemukan.
"Ini tidak akan berhenti sampai di sini. Akan terus berlanjut dengan dukungan semua pihak," pungkasnya. (*)
Andi We Tenri Sumpala Ugi Asal Soppeng Wakili Sulsel di Miss Grand Indonesia 2025 |
![]() |
---|
Viral Penyuluh Agama KUA Lalabata Soppeng Meninggal saat Ceramah Zuhur di Masjid Nurul Mubin Lappae |
![]() |
---|
Kronologi Kakek di Soppeng Cabuli Remaja di Masjid, Kini Ditetapkan Tersangka |
![]() |
---|
Sosok 2 Bupati dan 1 Wakil Bupati Asal Sulsel Punya Jabatan di Asosiasi Pemerintahan, Eks Legislator |
![]() |
---|
Cerita Agam Rinjani 6 Tahun Tinggal Serumah Selle KS Dalle Wakil Bupati Soppeng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.