Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Harga Emas Naik, Siasat Junaidi Bertahan di Depan Jejeran Toko Emas di Jalan Somba Opu Makassar

Di sepanjang Jalan Somba Opu, depan Pantai Losari —urat nadi perdagangan emas yang telah lama berdetak dalam denyut ekonomi Sulawesi Selatan

Penulis: Risma Syam | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/RISMA SYAM
BISNIS EMAS - Junaidi (52), pemilik lapak jual beli emas di Jl Somba Opu, Kota Makassar, Sulsel, saat ditemui pada Rabu (9/7/2025). Omzet menurun seiring melonjaknya harga emas. 

Laporan wartawan Tribun-Timur.com, Risma Syam

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Di tengah riuh rendah Kota Makassar yang tak pernah benar-benar tidur, terdapat sebuah kisah sederhana namun sarat makna.

Di sepanjang Jalan Somba Opu, depan Pantai Losari —urat nadi perdagangan emas yang telah lama berdetak dalam denyut ekonomi Sulawesi Selatan—seorang lelaki paruh baya duduk di bawah payung kecilnya.

Di hadapannya, etalase sederhana berisi perhiasan emas, sebagian berkilau, sebagian lagi sudah kehilangan bentuk.

Dialah Junaidi, 52 tahun, penjaja emas kaki lima yang telah lebih dari satu dekade menekuni pekerjaannya di bawah bayang-bayang toko-toko besar.

Sudah lebih dari 10 tahun Junaidi melakoni usaha jual beli emas secara turun-temurun.

Baca juga: Harga Emas Kota Makassar Hari Ini Rabu 9 Juli 2025

Sejak muda, tangannya telah akrab dengan timbangan kecil, kaca pembesar, dan tawar-menawar yang tak pernah benar-benar selesai.

Namun belakangan ini, ia mulai merasakan angin yang berembus ke arah berbeda.

Harga emas melonjak tajam, nyaris menyentuh angka Rp 2 juta per gram.

Lonjakan yang bagi sebagian orang menjadi berkah, justru bagi Junaidi dan para pembelinya adalah tantangan yang menyesakkan.

"Sekarang harga emas naik terus (hampir mencapai angka Rp 2 juta per gram). Banyak yang datang untuk jual emas, tapi setelah itu susah beli lagi karena harganya mahal. Sudah beda jauh dengan harga beli di awal," kata Junaidi, lirih namun jujur, menggambarkan realitas yang ia hadapi tiap hari.

Di antara gemerlap toko-toko besar yang menjulang di sekitarnya, lapak Junaidi tampak sederhana—hanya meja kecil dan beberapa kursi plastik.

Namun dari situlah ia menggantungkan harapan dan menghidupi keluarganya.

Meski omzet kian menyusut, ia tetap membuka lapak setiap hari.

Ia masih percaya, bahwa di balik setiap emas yang dijual, ada kisah, ada kebutuhan mendesak, dan ada kemungkinan untuk berbagi kepercayaan.

"Kadang orang jual emasnya dengan kondisi masih baru, sudah rusak, patah-patah bahkan tanpa nota. Tetapi tetap saya layani," ujarnya, menunjukkan bahwa lapaknya bukan sekadar tempat transaksi, melainkan juga tempat pelarian bagi mereka yang terdesak keadaan.

Pasar emas kaki lima seperti milik Junaidi memang masih memiliki celah untuk bertahan.

Di saat toko-toko besar hanya melayani transaksi jual-beli dengan nota lengkap dan standar tinggi, Junaidi tetap membuka tangan untuk emas tanpa bukti pembelian.

"Toko-toko emas di Somba Opu ini khusus menjual. Jarang yang mau beli, kecuali kalau emasnya dulu beli di toko yang sama dan ada notanya," tambahnya.

Di sanalah Junaidi menemukan ruangnya—ruang yang tak bisa digantikan oleh toko besar.

Namun rezeki tetap punya caranya sendiri.

Di waktu-waktu tertentu, lapak Junaidi bisa ramai luar biasa.

Seperti saat menjelang hari raya atau pergantian tahun, denyut pasar emas kembali menggeliat.

Di sanalah, Junaidi bisa menghela napas lega.

"Kalau sudah masuk momentum itu, penjualan bisa naik sampai tiga kali lipat dibanding hari biasa. Keuntungannya bisa puluhan juta," ujarnya sambil tersenyum, mengenang masa-masa panen yang kini kian jarang hadir.

Somba Opu, dengan segala riuhnya, tetap menjadi pusat emas Makassar.

Jalan ini bukan hanya deretan toko, tapi juga tempat bertemunya harapan, kebutuhan, dan ambisi.

Orang datang dari berbagai penjuru, bukan hanya mencari perhiasan, tetapi juga kepercayaan.

Di antara deret toko megah, lapak kecil Junaidi berdiri seperti titik kecil dalam lukisan besar—tampak sederhana, tapi menyimpan cerita panjang tentang ketekunan dan kesetiaan pada jalan hidup yang telah ia pilih.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved