Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Alam Memberi, Manusia Menerima

Merespon isu sosial hari ini yang mungkin tidak asing lagi untuk di perbincangkan yaitu kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Muh Hidayat penulis opini 

Oleh: Muh Hidayat

TRIBUN-TIMUR.COM - Kehidupan sejatinya adalah aksi dan reaksi atau sebab dan akibat semuanya saling terhubung satu sama lain.

Merespon isu sosial hari ini yang mungkin tidak asing lagi untuk di perbincangkan yaitu kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

KDRT kian marak terjadi dengan berbagai macam penyebab, seperti masalah ekonomi, masalah psikologis, masalah kpribadian, atau bahkan penyalahgunaan zat tertentu.

Normalnya hubungan pernikahan selayaknya memberikan sebuah ruang aman untuk hidup bukan malah sebaliknya.

Suami sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya, namun faktanya malah menjadi momok yang menakutkan untuk keluarganya sendiri.

Sama seperti yang terjadi pada lingkungan penulis sebuah realita yang masih relate hingga hari ini, sebuah keluarga yang telah mengalami perjalanan luka yang panjang penyebabnya sangat kompleks.

Namun mengerucut pada konsumsi tuak aren yang berlebih.

Sehingga mengakibatkan siklus masalah yang berulang dari generasi ke generasi, setiap pulang dari lontang (tempat minum tuak) sebut saja immang, pasti selalu dalam keadaan mabuk berat dan sering membuat kerusuhan di lingkungannya, istrinya menjadi bulan-bulanan setiap immang tiba di rumahnya dengan melakukan KDRT.

Namun penulis tidak sedang berusaha untuk menjustifikasi bahwa mengonsumsi tuak adalah hal yang negatif.

Segala sesuatunya jika di lakukan secara berlebihan pasti akan menimbulkan dampak negatif terhadap diri pribadi maupun ke orang lain sama halnya dengan kasus yang di alami immang yang kerap KDRT ke istrinya sebab mengonsumsi tuak secara berlebih hingga menjadi mabuk dan tidak dapat mengontrol diri.

Pada dasarnya apapun yang berasal dari alam pasti akan memberikan manfaat bagi kehidupan selama di olah dengan benar dan tertakar karena faktanya tuak aren jika di olah lebih jauh dapat menghasilkan gula aren yang bernilai ekonomi tinggi.

Tepat pada tanggal 30 juni 2025 penulis melakukan sebuah perjalanan untuk melakukan observasi dan riset sederhana mengenai tuak dan pemanfaatannya di kabupaten Maros yang menyangkut persoalan tuak dengan salah seorang petani tuak aren yang berada maros.

Dalam wawancara singkat penulis dengan Sumarling selaku petani tuak aren mengutarakan “Setiap dua kali sehari yaitu pagi dan sore, saya akan pergi ke hutan untuk memanen tuak yang sudah tertampung, yang selanjutnya akan saya olah menjadi gula aren”.

“Saya petani tuak aren tapi saya tidak minum, daripada saya mabukmabukan lebih baik saya olah menjadi gula aren agar keluarga saya bisa hidup," ujar Sumarlin.

Luaran hasil dari kegiatan tersebut adalah video singkat yang berdurasi dua menit empat puluh detik di upload di Youtube “https://youtu.be/73JO7U74oU8 si=4iEKDOLPpHRqUGCb”

Video yang memotret permasalahan dan perjalanan tuak aren dari sudut pandang pak sumarling sebagai petani tuak aren secara singkat.

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved