Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sosok Aziz Taba, Ayah Plt Kepala Bapenda Makassar, Pejuang Kemerdekaan Bersama Jenderal M Jusuf

Brigadir Jenderal (Purn.) Aziz Taba mungkin tidak setenar tokoh-tokoh nasional atau Jenderal di buku pelajaran sejarah. 

Editor: Muh Hasim Arfah
handover/tribun timur
AYAH ANAK- Brigadir Jenderal (Purn.) Aziz Taba adalah ayah dari Andi Asminullah Aziz Taba, plt Kepala Bapenda Kota Makassar. Aziz Taba dikenang sebagai salah satu pejuang kemerdekaan dan tokoh militer tangguh yang mengabdikan hidupnya demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

TRIBUN-TIMUR.COM – Brigadir Jenderal (Purn.) Aziz Taba adalah tokoh nasional atau Jenderal tak setenar M Jusuf.

Tapi kontribusinya untuk mempertahankan NKRI pasca kemerdekaan.  

Ia adalah ayah dari Andi Asminullah Aziz Taba, plt Kepala Bapenda Kota Makassar

Namun di Sulawesi Selatan, Aziz Taba dikenang sebagai salah satu pejuang kemerdekaan dan tokoh militer tangguh yang mengabdikan hidupnya demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lahir dan besar di tanah Sulawesi Selatan, Aziz Taba dikenal sebagai sosok militer yang disegani, terutama karena perannya dalam mempertahankan kemerdekaan pasca-Proklamasi 17 Agustus 1945. 

Ia turut menghadang upaya Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia melalui agresi militer, terutama di wilayah timur nusantara.

“Beliau adalah simbol keberanian, disiplin, dan kecintaan terhadap tanah air,” ujar salah satu tokoh masyarakat Makassar saat mengenang jasanya dalam peringatan Hari Pahlawan beberapa waktu lalu.

Aziz Taba mengawali karier militernya di masa revolusi fisik dan terus berkiprah hingga mencapai pangkat Brigadir Jenderal

Azis Taba merupakan pemuda kelahiran Palopo sekitar tahun 1930.

Menurut catatan Barbara Sillars Harvey dalam Pemberontakan Kahar Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII, Azis Taba tumbuh besar di Bantaeng, Jeneponto, dan Makassar.

Dia pernah sekolah di Taman Siswa, sebelum kursus tata buku dan telegrafi.

Dalam buku Baramuli Menggugat Politik Zaman, ia pernah bertugas bersama Mantan Panglima ABRI, Jenderal M Jusuf dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung, Arnold Achmad Baramuli. 

Antara 1945 dan 1946, dia bergabung dengan laskar RI di Pangkajene dan Makassar.

Ketika itu tentara Belanda belum kuat di Makassar.

Namun sejak 1946, dia kemudian bekerja menjadi supir KNIL.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved