Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jusuf Manggabarani Meninggal

Jusuf Manggabarani, Dia Yang Dekat Wartawan dan Memimpin Sepenuh Hati di Sulsel 

Suatu ketika Jusuf Manggabarani pergi memancing di tengah lautan. Dalam perjalanannya dia melihat sekelompok nelayan menangkap ikan …..

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Anno Suparno berpose di salah satu cafe. Foto ini dikirim ke redaksi Tribun-Timur.com pada 21 Mei 2025 tengah malam menyertai tulisan opininya berjudul “ Jusuf Manggabarani, Dia yang Dekat Wartawan Memimpin Sepenuh Hati di Sulsel “ 

Oleh : Anno Suparno

Jurnalis Asal Makassar/Alumnus Fakultas Sastra Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Suatu waktu saat Kerusuhan Makassar tahun 1996 silam kemudian dikenal dengan nama Amuk Makassar. 

Bara api menjilati gedung gedung dan beberapa rumah etnis Tionghoa di Makassar. Banyak warga Makassar berteriak lantang “bakar bakar, bakar” hingga melempari rumah.

Tak sedikit pula warga ketakutan sembunyi dibalik jendela dan menutup rapat rapat pintu rumahnya. Lalu kemudian penjarahan pun terjadi. 

Tak selang berapa lama,  sekelompok pria berbaju hitam gelap, membunyikan knalpot motor trailnya,meraung raung, memakai helm fulll face, senjata tergantung di pundak, mengitari kota Ujungpandang, nama Makassar saat itu. Setidaknya mereka bersepuluh. 

Kelompok tak kenal takut ini membubarkan massa yang menjarah, menerbangkan motornya masuk hingga ke dalam rumah yang dijarah oleh warga, melintasi bara api. Seketika warga ketakutan, kota Ujungpandang pun lengang. 

Dalam keheningan itulah beredar cerita tentang sekelompok motor maha berani tersebut,  rupanya dipimpin oleh polisi asal Makassar yang bertugas di Jakarta dalam kesatuan Gegana. Jusuf Manggarabani yang masa itu tercatat sebagai Komandan Detasemen (Danmen) I Pusat Brigade Mobil (Brimob) Polri.

Dari sinilah nama Jusuf Manggabarani menggema dari mulut ke mulut. Seketika pun, warga Makassar yang tadinya riuh dan mengamuk secara perlahan mundur, diam dan tak ada lagi penjarahan.

“Kami banyak belajar dari Jenderal Jusuf Manggabarani saat itu. Tegas, disiplin dan tahu emosi orang-orang sekampungnya” ujar Kombes Pol Budhi Haryanto, mantan Kapoltabes Makassar yang menjadi anak buah Jusuf MB saat kerusuhan Amuk Makassar. 
Ujungpandang pun damai. 

Lalu sebulan pasca Amuk Makassar, Jusuf Manggabarani ditugaskan ke Ujungpandang sebagai Kapolwiltabes Makassar, Oktober 1997.

Kemudian Tiga tahun berselang, Jusuf Manggabarani kembali ke Sulsell saat ditugaskan sebagai Wakapolda Sulsel (1999) kemudian menjabat Kapolda Sulsel (2003). 
Pada masa menjabat di Sulsel Jusuf Manggabarani dikenal sangat dekat dengan wartawan.

Bahkan dia merelakan ruangannya menjadi tempat nongkrong awak media. Lantaran kedekatan bosnya dengan media sehingga polisi di Sulsel  pun membuka  ruang bergaul  bersama wartawan termasuk Kapolres, Kapolsek, Kasat, Kanit hingga Samapta sekalipun. 

Beberapa kali Jusuf MB  melakukan operasi lapangan di mana awalnya hanya  diketahui oleh awak media yang infonya berasal dari Jusuf MB Termasuk ketika menggerebek salah satu THM yang tak pernah tersentuh di Makassar.  

Dalam setiap operasinya Jusuf Manggabarani selalu mengikutkan wartawan khususnya kameraman  tv. Baik saat operasi pencarian persembunyian pencuri ternak pada malam hari, pengedar narkoba, hingga pelaku pencurian dengan cara kekerasan.  

“Aihhh, masih mengantuk semua ko ini. Makanya jangan liputan malam sampai subuh” ujar Jusuf Manggabarani suatu ketika saat mencandai kameraman tv di ruangannya.
Padahal dialah yang mengajak kameraman untuk operasi dari malam hingga subuh hari. 

Berbekal pengalaman sebagai Gegana, Jusuf Manggabarani bekerja penuh hati di Sulawesi Selatan. Di balik suaranya yang tegas dan wajah yang sangar namun tersimpan kebatinan dan hati yang ikhlas saat mengamankan dan menjaga Sulawesi Selatan.

Selain dekat dengan pasukannya Jusuf Manggabarani juga dikenal sangat akrab dengan warga Sulsel terutama nelayan, pedagang dan petani. Dia terbuka dengan siapa saja bahkan tak pernah meninggikan jabatannya saat tak bertugas dan berbaur dengan masyarakat. 

Suatu ketika Jusuf Manggabarani pergi memancing di tengah lautan. Dalam perjalanannya dia melihat sekelompok nelayan menangkap ikan menggunakan alat yang dilarang oleh negara. Seketika nelayan tersebut berteriak, “Astaga puang, saya kira nanti hari Minggu pergi Ki memancing.Kenapa memancing Ki hari Rabu” teriak sekelompok nelayan namun tak menampakkan ketakutan. 

Saat itu Jusuf Manggabarani langsung terkekeh dan tertawa sebab berhasil mengelabui para nelayan. 

Begitulah sekilas seorang Jendral asal Sulsel saat memimpin daerahnya. Dan kini, Komjen Pol Purn Jusuf Manggabarani menghembuskan nafas terakhir nya di Makassar.

Siapa sangka jika dia pulang ke Makassar hari  Minggu lalu saat melayat saudara sepupunya yang meninggal rupanya mengantarkan pula dirinya untuk Kembali ke Sang Khalik, di kampung yang mengantarkan  dirinya meraih prestasi gemilang di tubuh kepolisian Republik Indonesia. 

“Kita Sisa Menunggu Waktu Saja, Kalaupun Tiba Waktu Maka Makamkan Saya Di Cikeas Bogor". Ucap Jusuf MB, saat melayat sepupunya di Makassar.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved