Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kondisi Obyek Wisata Sumur Panjang Hila-hila Bulukumba Memprihatinkan

Objek wisata yang beberapa tahun lalu, pernah populer sebagai objek wisata alam dan religi dipadati pengunjung kini sepi.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Samsul Bahri
WISATA BULUKUMBA - Kondisi Objek wisata Sumur Panjang Hila-hila, di Kecamatan Bontobahari, Bulukumba, Sabtu (17/5/2025). Objek ini diharapkan mendapat perhatian dari Pemkab Bulukumba. 

TRIBUN-TIMUR.COM, BULUKUMBA - Objek wisata Sumur Panjang Hila-hila, di Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan butuh perhatian.

Objek wisata yang beberapa tahun lalu, pernah populer sebagai objek wisata alam dan religi dipadati pengunjung kini sepi.

Fasilitas yang ada di dalam sumur panjang butuh pembangunan kembali.

Cat mulai berlumut, sedang tegel mulai pecah-pecah dan hilang.

Spanduk pengumuman untuk pengunjung mulai robek dan usang.

Cat tampak pudar termakan usia.

Taman-taman yang ada di atas sumur panjang tampak tak bersih.

Pelepah daun  kelapa dan ranting kayu terlihat di bagian atas sumur.

Terdapat gazebo yang tampak kumuh.

Sumur ini bukanlah sumur biasa.

Sumur ini memiliki sejarah panjang.

Dari catatan sejarah, sumur ini mulai ada saat ulama pertama yang mendadat di Sulawesi Selatan, Syeh Abd Jawad atau Dato Tiro.

Tongkat yang ia tancapkan di atas permukaan tanah Sumur Panjang itu memancarkan air saat ia mencari mata air.

Menurut sejumlah sumber dalam sejarah, diceritakan bahwa saat itu Syeh Abd Jawad akan menunaikan salat lima waktu.

Namun tak menemukan air di sekitar itu.

Melalui doanya lalu ia tancapkan tongkatnya tepat di lokasi sumur panjang itu muncullah mata air.

Lokasi itu saat ini kemudian masyarakat menjadikan sebagai sumur panjang.

Hanya sekitar 30 meter berdiri masjid Dato Tiro. Masjid ini masjid yang tertua di Bulukumba, usianya lebih dari 500 tahun.

Masyarakat moderen di daerah itu menjadikannya objek wisata Sumur Panjang.

Selain itu menjadikan sumber mata air bersih untuk masyarakat setempat.

Dan masyarakat menggunakan air wudu di Masjid Dato Tiro.

Dan belakangan Dinas Pariwisata Bulukumba menjadikannya objek itu sebagai objek wisata.

Namun sayangnya objek tersebut tak mulai kusam dan sepi dari pengunjung.

Sebelumnya di musim kemarau, objek itu menjadi pilihan di tengah cuaca panas.

" Kita berharap Pemkab Bulukumba miliki kepedulian atas objek ini," kata Andika warga Bulukumba, Sabtu (17/5/2025).

Hal lain, penting mendapat perhatian dari Pemkab Bulukumba karena objek itu memiliki sejarah panjang yang tak di miliki daerah lain di Sulawesi Selatan.

Air Sumur Panjang Hila-hila tak pernah surut walau kemarau kering panjang. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved