Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Waisak 2025

Hari Raya Waisak 2025, Umat Buddha Diajak Praktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan

Ajakan tersebut disampaikan saat peringatan Waisak yang berlangsung di Vihara Ibu Agung Bahari, Jalan Sulawesi, Makassar, Senin (12/5/2025).

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/RENALDI
WAISAK - Pembina Kerohanian Vihara Ibu Agung Bahari, Pandita Madya Hemajayo Thio, saat ditemui di Vihara Ibu Agung Bahari, Jl Sulawesi, Kota Makassar, Senin (12/5/2025). Pandita Hemajayo mengajak umat untuk kembali merenungkan ajaran Sang Buddha. 

TRIBUN-TIMUR.COM – Memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE/2025, Pembina Kerohanian Vihara Ibu Agung Bahari Makassar, Pandita Madya Hemajayo Thio, mengajak seluruh umat Buddha untuk kembali memperdalam dan mengamalkan ajaran utama Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, khususnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Ajakan tersebut disampaikan saat peringatan Waisak yang berlangsung di Vihara Ibu Agung Bahari, Jalan Sulawesi, Makassar, Senin (12/5/2025).

Pandita Hemajayo menekankan bahwa delapan unsur ajaran mulia ini merupakan jalan spiritual yang menjadi fondasi ajaran Buddha guna mencapai pencerahan serta pembebasan dari penderitaan.

"Sebagai bagian dari kehidupan, umat Buddha seyogianya mempraktikkan ajaran Sang Buddha yang intinya adalah pengendalian diri. Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah petunjuk moral dan spiritual yang membawa umat pada kehidupan yang damai, seimbang, dan terbebas dari penderitaan," ujar Pandita Hemajayo.

Delapan unsur yang dimaksud meliputi: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, tindakan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

Menurutnya, jika unsur-unsur tersebut dijalani secara konsisten, maka umat akan memiliki fondasi spiritual yang kuat dan mampu hidup lebih selaras dengan sesama.

Selain Jalan Mulia Berunsur Delapan, Pandita Hemajayo juga menegaskan pentingnya umat Buddha memegang teguh nilai-nilai moral yang tercantum dalam Pancasila Buddhis.

Lima sila tersebut adalah tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan asusila, tidak berkata bohong, dan tidak mengonsumsi minuman atau zat yang menyebabkan hilangnya kesadaran.

“Latihan moral ini bukan sekadar aturan, tapi bentuk nyata dari upaya menjaga pikiran, ucapan, dan tindakan agar tetap berada dalam jalur yang benar. Ini adalah bagian penting dari disiplin diri seorang umat Buddha,” jelasnya.

Tak hanya menekankan aspek moral, Pandita Hemajayo juga mendorong umat untuk memperkuat praktik spiritual melalui bhavana atau meditasi.

Ia menyebutkan bahwa meditasi dalam ajaran Buddha terbagi menjadi dua jenis, yakni samatha bhavana (meditasi untuk ketenangan batin) dan vipassana bhavana (meditasi untuk melihat dengan jernih atau pandangan terang).

“Melalui praktik meditasi yang konsisten, umat Buddha dapat mengembangkan kejernihan pikiran, memahami hakikat kehidupan, dan mengurangi penderitaan batin. Ini adalah bagian penting dari perjalanan spiritual menuju kebebasan sejati,” ungkapnya.

Pandita Hemajayo berharap, melalui peringatan Waisak ini, umat Buddha semakin terpanggil untuk menerapkan nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, serta turut berkontribusi menciptakan kedamaian, baik secara pribadi maupun di lingkungan sosial yang lebih luas.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved