Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bantuan Mesin Pengering Gabah Tak Dioptimalkan Gapoktan Barru, Legislator: Evaluasi!

Dari 7 kecamatan yang ada di Barru rata-rata mendapat bantuan bahkan di Balusu ada 2 mesin pengering tapi sudah rusak.

Penulis: Darullah | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com/Darullah
PENGERING GABAH - Ketua Komisi 2 DPRD Barru, Syamsu Rijal ditemui beberapa waktu lalu. Syamsu Rijal menyoroti kurang optimalnya bantuan mesin pengering gabah yang diserahkan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). 

TRIBUN-TIMUR.COM, BARRU - Anggota DPRD Kabupaten Barru, Syamsu Rijal sangat menyayangkan tidak dioptimalkannya dryer atau mesin pengering gabah yang ada di Barru.

Hal itu sangat disayangkan lantaran di setiap kecamatan di Barru memiliki alat pengering gabah yang dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan).

Menurut Ketua Komisi 2 DPRD Barru ini pengelolaan pengering gabah di Barru belum maksimal karena masih butuh mekanisme dengan konsep-konsep yang terstruktur untuk bagaimana proses penyerapannya bisa lancar.

"Ini kan baru langkah awal, makanya tentu harus ada evaluasi setelahnya. Melihat kondisi seperti ini pemerintah daerah harus mengambil bagian, ini peluang besar bagi pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Barru," ujarnya, Jumat (2/5/2025).

"Pada sisi keuntungan ada di situ secara materiil. Jadi bagaimana misalnya bantuan dryer-dryer yang didorong di setiap kecamatan itu dioptimalkan fungsinya," kata Syamsu Rijal.

"Sehingga gabah petani di Barru tidak perlu dikirim ke kabupaten lain untuk dikeringkan saja. Kemudian di sisi lain pemerintah daerah harus berpikir untuk mengupayakan penggilingan padi yang perfect, sehingga tidak usah lagi gabah dari Barru digiling di Pinrang ataupun di Sidrap," jelasnya.

Menurutnya, dari 7 kecamatan yang ada di Barru rata-rata mendapat bantuan bahkan di Balusu ada 2 mesin pengering.

"Artinya kalau pengelola yang hari ini menangani itu tidak mampu, kan bisa dialihkan ke kelompok tani lainnya atau yang mau mengelola supaya itu berfungsi dengan catatan kalau ada yang harus diperbaiki ya diperbaiki, artinya itu barang dirawat," terangnya.

"Kalau seperti ini dinamika mekanisme penyerapan gabah di Barru maka akan sangat menguntungkan bagi daerah yang punya penggilingan," tandasnya.

Nah makanya saya bilang, kata Syamsu Rijal, Pemerintah Daerah Kabupaten Barru harus berfikir untuk mengadakan itu, itupun kalau belum ada uang belum ada kemampuan untuk pengadaan unit pengolaan, ya bisa dorong pihak ketiga untuk masuk.

Tentu itu harus dengan mekanisme yang dibanderol dengan regulasi, maksudnya ada keamanan investasi yang pemerintah jamin.

"Manfaatnya kalau pemerintah yang punya pengeringan dan penggilingan gabah tentu notabene itu keuntungan di situ ada, profit dari kegiatan itu kan ada selisih, entah itu satu perak atau dua perak itu selisihnya besar," paparnya.

"Kalau diakumulasikan asumsi panen kita tahun ini di musim tanam pertama capai 75.000 ton sampai 80.000 ton di Kabupaten Barru," bebernya.

"Kalau itu semua bisa diserap oleh pemerintah dengan bagaimana mekanisme koordinasinya ke depannya dengan Bulog misalnya, bayangkan itu. Satu rupiah saja, apalagai sudah sampai 100 rupiah dan seterusnya tentu akan besar keuntungannya untuk PAD dan pemberdayaannya juga di masyarakat kita," ungkapnya.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved