Headline Tribun Timur
Sulsel Kelebihan Beras, Harga Masih Tinggi
Namun klaim ini disanggah oleh DPRD Sulsel. DPRD menganggap, masih banyak hasil panen petani yang tidak terserap oleh Bulog.
"Kami sewa 119 gudang untuk mengatasi over stok. Kapasitas gudang sewa itu mencapai sekitar 200 ribu ton. Jadi dengan tambahan ini, kita tetap bisa melanjutkan penyerapan,” jelas Fahrurozi.
Ia juga mengungkap, produksi gabah di Sulsel hingga April 2025 sudah menyentuh angka 2,6 juta ton.
Namun, sarana pengeringan atau dryer masih menjadi kendala karena ketersediaannya belum memadai.
“Sarana pengeringan se-Sulsel hanya sekitar 22 ribu ton per hari. Ini sangat kurang. Maka perlu ada kerja sama dan perhatian untuk membangun pengeringan di wilayah sentra panen,” ucapnya.
Terkait penyerapan gabah, Fahrurozi menjelaskan bahwa dari total target 2 juta ton, Bulog Sulsel baru menyerap sekitar 320 ribu ton, atau baru sekitar 20 persen dari target penyerapan.
“Target penyerapan kita itu 45 persen. Saat ini baru mencapai sekitar 20 persen. Ini terus kita dorong, dan gudang sewa sangat membantu untuk percepatan penyerapan di lapangan,” tutupnya.
Lebihi Target
Dalam pemaparannya, Fahrurozi menjelaskan bahwa sesuai Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2025, Bulog diberi mandat sebagai pelaksana cadangan pangan pemerintah dengan tiga pilar utama: ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilisasi harga.
“Bulog ditugaskan menyediakan stok antar tempat dan waktu, memastikan keterjangkauan secara fisik dan ekonomi, serta menjaga stabilisasi harga di tingkat produsen dan konsumen,” ujarnya.
“Stok ini bisa memenuhi kebutuhan beras Sulsel untuk lima bulan ke depan tanpa produksi baru. Jika untuk penyaluran rutin seperti operasi pasar dan bantuan pangan, bisa bertahan hingga 20 bulan,” jelasnya.
Fahrurozi mengungkapkan bahwa produksi gabah di Sulsel hingga April 2025 telah mencapai 2,6 juta ton atau setara 1,27 juta ton beras.
Dari target penyediaan 579 ribu ton gabah yang diberikan kantor pusat, Sulselbar telah menyerap 512 ribu ton, atau sekitar 366 persen dari target awal 139 ribu ton.
“Sampai April, kita sudah menyerap 321 ribu ton beras, atau 55 persen dari target. Ini capaian tertinggi dalam 10 tahun terakhir, bahkan melampaui total serapan tahun 2021 yang hanya 316 ribu ton sepanjang tahun,” ungkapnya.
Meski pencapaian penyerapan sangat tinggi, Fahrurozi menyoroti tantangan di sektor infrastruktur, terutama di wilayah Bone dan Jeneponto yang minim fasilitas pengeringan gabah. Keterbatasan ini sempat menimbulkan potensi penumpukan dan keterlambatan penyerapan.
“Kami sempat alami kendala serius di Bone karena kapasitas dryer yang terbatas. Kami bekerja sama dengan mitra dari Sidrap dan Pinrang untuk membantu menyerap hasil panen di Bone,” ujarnya.
Hal serupa juga terjadi di Jeneponto, yang menjadi salah satu daerah penghasil terbesar namun minim sarana pengolahan.
Untuk mengatasi hal ini, Bulog melakukan pengeringan di Sidrap dan Bulukumba, kemudian mengirim kembali hasilnya ke Jeneponto.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.