Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun HIS

Tangis di Balik Abu: Puluhan Keluarga Kehilangan Rumah di Balang Baru Makassar

Ia hanya bisa memandangi sisa reruntuhan bekas dari tempat ia dan keluarganya menumpang hidup selama hampir dua dekade.

Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/Muslimin Emba
KEBAKARAN MAKASSAR - Suasana belasan rumah ludes setelah dilanda kebakaran di pemukiman padat penduduk, Jl Abdul Kadir 2, Kelurahan Balang Baru, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sabtu (19/4/2025) sore.  

TRIBUN-TIMUR.COM – Sabtu sore (19/4/2025), aroma asap pekat masih menggantung di udara ketika Nurlela (47) berdiri terpaku di depan puing-puing rumahnya di Jl Abdul Kadir 2, Kelurahan Balang Baru, Kecamatan Tamalate. 

Ia hanya bisa memandangi sisa reruntuhan bekas dari tempat ia dan keluarganya menumpang hidup selama hampir dua dekade.

“Semuanya habis. Baju, surat-surat, barang anak-anak. Cuma pakaian di badan ini yang tersisa,” ujarnya dengan suara bergetar, sesekali menyeka air mata.

Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 15.33 Wita itu melahap habis 15 rumah dalam hitungan menit.

Api yang begitu cepat membesar membuat warga tidak sempat menyelamatkan banyak barang. 

Suasana mendadak berubah menjadi kepanikan. 

Jeritan minta tolong, suara anak-anak menangis, dan sirene pemadam menggema di lorong sempit yang menjadi saksi bisu tragedi sore itu.

Ketua RT 1 RW 9, Muhammad Ikbal Syam mengatakan, ada 30 kepala keluarga atau sekitar 80 jiwa yang kehilangan tempat tinggal.

“Mereka semua saat ini mengungsi. Ada yang numpang di rumah tetangga, ada juga yang tidur di emperan,” ucapnya.

Pemadam kebakaran Kota Makassar mengerahkan 22 unit armada untuk menjinakkan api yang mengamuk di kawasan padat penduduk itu.

Namun, sempitnya akses membuat proses pemadaman menjadi tantangan tersendiri.

“Kami harus menggulirkan selang sepanjang hampir 75 meter karena mobil tidak bisa masuk ke lokasi,” ujar Kepala Dinas Damkarmat Makassar, Hasanuddin.

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menjinakkan si jago merah, berkat kerja keras regu Damkar yang dibantu warga sekitar.

Meski tidak ada korban jiwa, kehilangan rumah dan barang-barang berharga menjadi pukulan berat bagi para korban.

Banyak dari mereka kini hidup tanpa kepastian, menggantungkan harapan pada uluran tangan pemerintah dan dermawan.

“Kami masih mendata semua korban. Harapannya ada bantuan secepatnya, terutama makanan dan pakaian untuk anak-anak,” tutur Ikbal dengan nada penuh harap.

Di tengah reruntuhan, anak-anak terlihat duduk di tikar seadanya, menatap kosong ke arah yang dulunya mereka sebut rumah.

Seorang ibu terlihat memeluk bayinya erat, berusaha menenangkannya dari dinginnya malam yang mulai datang.

Kebakaran ini bukan sekadar kehilangan benda.

Ia meninggalkan luka, trauma, dan cerita duka yang akan terus membekas di hati para korban.

Namun di balik abu dan reruntuhan, mereka tetap bertahan—berharap, berdoa, dan percaya bahwa akan ada hari yang lebih baik.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved