Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sosok Doni Firyanto Ditegur Dedi Mulyadi Gegera Minta Pergantian Kursi di Kantor, Harta Rp2,7 M

Doni sempat ditegur Dedi Mulyadi gara-gara menunggu bantuan dari Bank Jabar Daerah (BJB) untuk mengganti kursi rusak.

Editor: Ansar
Tiktok Dedi Mulyadi
MINTA BANTUAN: (kiri) Gubernur Jawa Barat saat melakukan sidak ke Kantor Samsat Soreang, Kabupaten Bandung. (kanan) Kepala Samsat Soreang, Doni Firyanto jadi sorotan setelah ditegur Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk memperbaiki pelayanan kantor. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sosok Doni Firyanto ditegur Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi gegara minta bantuan untuk mengganti kursi.

Awalnya, Dedi Mulyadi menyinggung perbaikan pelayanan kantor.

Doni diminta untuk meningkatkan kebersihan, memperbaiki jalanan di area Samsat, bahkan mengganti kursi yang sudah rusak.

Doni sempat ditegur Dedi Mulyadi gara-gara menunggu bantuan dari Bank Jabar Daerah (BJB) untuk mengganti kursi rusak.

Sosoknya pun kini jadi sorotan.

Doni Firyanto merupakan Kepala Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah (P3D) Wilayah Kabupaten Bandung II Soreang.

Selain itu, dilansir dari Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN), Doni Firyanto memiliki total harta kekayaan Rp 2.776.022.137.

Sosok Doni disorot setelah diunggah akun TikTok @dedimulyadiofficial, Gubernur Jawa Barat saat melakukan sidak ke Kantor Samsat Soreang, Kabupaten Bandung.

Di awal video, Dedi Mulyadi menyoroti jalanan yang bolong saat memasuki area Samsat.

"Gak boleh begini kantor pelayanan pemerintah," kata Dedi Mulyadi.

Bahkan saat menaiki tangga menuju lobi, Dedi Mulyadi juga menyoroti lantai yang kurang bersih.

Kemudian kursi di depan lobi yang terlihat sudah rusak bahkan robek di beberapa bagiannya.

Masuk ke dalam kantor, ia langsung dihampiri oleh Kepala Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah (P3D) Wilayah Kabupaten Bandung II Soreang, Doni Firyanto.

"Bapak kepala samsat?," tanya Dedi Mulyadi.

"Iya, Pak," jawab Doni.

Dedi Mulyadi kemudian meminta Doni untuk memerintahkan petugas kebersihan agar lebih telaten lagi.

"Bebersihnya kurang bersih, Pak. Nanti suruh lebih bersih lagi, terus ini kursinya ganti," kata Dedi Mulyadi menujuk kursi hitam yang sudah robek.

Namun saat diminta mengganti kursi, Doni malah menunggu bantuan.

"Ini rencana ada bantuan dari BJB lagi, Pak," kata Doni.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi pun terkejut.

"Kenapa? Bantuan dari BJB? Bapak gak bisa bikin kursi sendiri? Harganya berapa ini?," tanya Dedi.

"Bisa sih, Pak," kata Doni.

"Gak perlu bantuan, Pak," kata KDM.

"Bukan, BJB syariah," kata Doni berusaha menjelasakan.

Namun hal itu dipotong oleh Dedi Mulyadi yang terlihat agar kesal.

"Bukan, saya nanya kursi ini harganya berapa?," tanya KDM.

"Sekitar Rp 500 ribu," jawab Doni.

Dedi pun meminta Doni untuk mengeluarkan uang untuk membeli kursi dari kantong pribadinya.

"Mau gak bapak berkorban beli kursi ini Rp 500 ribu dari duit bapak?," tanya KDM.

"Siap, Pak," jawabnya.

KDM pun menyinggung soal tunjangan yang diterima oleh Doni sebagai kepala samsat.

"Bapak kan tunjangannya gede, hanya ganti kursi Rp 500 ribu mah atuh gak apa-apa. Jangan dibiasakan para pegawai itu selalu nunggu, gak ada anggaran juga gak apa-apa, kita mulai berkorban," tuturnya.

Apalagi, kata Dedi Mulyadi, para pimpinan kantor itu mendapat uang dari kantor tersebut.

Bahkan ia pun menawarkan untuk menyumbang untuk membeli kursi.

"Karena kita kerja di sini, dapat rezeki dari sini. Atau mau saya sumbang?," kata KDM.

Merasa bersalah, Doni pun menolak sumbangan itu dan mengaku siap membeli dengan uangnya sendiri.

"Siap, gak usah, Pak," katanya.

Dedi Mulyadi juga meminta agar Doni bisa memberikan pelayanan terbaik untuk warga Soreang.

"Kaca-kaca ini bersihin," katanya lagi.

Kemudian saat menemui warga yang hendak membayar pajar, Dedi Mulyadi juga menegaskan kalau uang pajak dari kendaraan bermotor itu digunakan untuk membayar pegawai pemerintah, termasuk gubernur.

"Duit pajak yang dibayarkan itu untuk pembangunan jalan, tapi honornya diterima oleh pegawai ini, tunjangannya gede-gede saya tahu, gubernur juga dapat. Kenapa saya turun, karena saya malu, saya dapat honor dari pajak ini, masa saya gak kerja," kata Dedi Mulyadi.

Ia juga menyinggung soal jalanan di area kantor pajak yang rusak.

"Duit dari pajak kendaraan bermotornya dipakai untuk bangun jalan, masuk ke sini barusan jalannya ngagejlug. Besok hubungi, besok hubungi tidak boleh lagi masuk ke kantor pelayan pemerintah apalagi pajak kendaraan bermotor, jalannya ngagejlug. Bolong, pak," kata dia.

KDM meminta agar jalanan dipe rbaiki dan membuat warga nyaman.

"Diperbaiki cepat, ditelepon bina marga provinsinya, perintah pak gubernur, harus dihotmik," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.comĀ 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved