Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadhan 2025

Komunitas Pemerhati Pusaka Diskusi Budaya di Benteng Somba Opu Jelang Buka Puasa

Komunitas Benteng Bassia adakan ngabuburit bertajuk 'Buka Pusaka Ramadan' dengan diskusi benda pusaka di Benteng Somba Opu, Gowa, Minggu (9/3/2025).

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
Lembaga Benteng Bassia
BUKA PUSAKA - Suasana ngabuburit bertajuk 'Buka Pusaka Ramadan' yang digelar Lembaga Benteng Bassia di Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Minggu (9/3/2025). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ada banyak cara menikmati waktu sore sambil menunggu waktu berbuka puasa di bulan Ramadan 1446 Hijriah. 

Salah satunya adalah ngabuburit, sebuah kegiatan yang populer selama bulan puasa.

Salah satu kegiatan ngabuburit menarik di bulan Ramadan kali ini dilakukan oleh komunitas pemerhati pusaka dari Lembaga Benteng Bassia

Pada hari ke-9 Ramadan, mereka mengisi waktu ngabuburit dengan berbagi pengetahuan melalui diskusi budaya bertajuk 'Buka Pusaka Ramadan' di Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Minggu (9/3/2025) sore.

Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah komunitas pemerhati pusaka dan penggiat budaya

Berbagai topik menarik dibahas, seperti gagang, sarung, rancang bangun, hingga pamor pada bilah pusaka.

"Membahas pusaka ini, rujukan utamanya kembali ke Lontara dan juga pappaseng atau pappaseng (tutur)," ujar Pendiri Lembaga Benteng Bassia, Abdul Karim Daeng Mappalewa, yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut.

Menariknya, dalam diskusi ini, beberapa peserta membawa benda pusaka masing-masing. 

Mereka memperlihatkan pusaka yang dibawa untuk dibahas bersama, mulai dari gagang, sarung, hingga pamor bilah.

Setelah diskusi, acara ditutup dengan buka puasa bersama, yang menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan di antara peserta.

"Jadi buka pusaka artinya kita berdiskusi mengupas makna-makna peruntukan pusaka sambil menunggu waktu berbuka puasa," ujar Daeng Mappalewa.

"Diskusi pusaka sebenarnya paling baik kalau kita bisa memahami makna-makna yang ada di dalamnya," tambahnya.

Daeng Mappalewa menjelaskan bahwa dengan memaknai makna-makna pamor dalam bilah pusaka, pemiliknya akan lebih mengintrospeksi diri saat membawa atau menyimpan pusaka tersebut.

"Pusaka ini bisa dijadikan alat untuk mengintrospeksi diri dengan memahami makna-makna yang ada di dalamnya. Di dalamnya ada makna kesejahteraan, ketentraman, dan kedamaian," terangnya.

Selain itu, memperdalam makna pamor atau tujuan pembuatan pusaka dapat meminimalisir potensi penyalahgunaan pusaka.

"Nah, inilah salah satu tujuan kita untuk meluruskan kejadian-kejadian yang menggunakan senjata yang merusak," jelas Mappalewa.

Ketua Lembaga Benteng Bassia, Rama Nur Kurniawan, juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung kegiatan ngabuburit ini.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Pembina Benteng Bassia, Prof Zakir Sabara, Anggota Komisi VII DPRD RI, H Achmad Dg Se're, dan Kanit Reskrim Polsek Barombong, Ipda Syamsul Bahri, yang mendukung hajatan ini," tuturnya. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved