Ketua Galeri Pusaka Bugis Makassar
Perayaan Milad ke-13, GPBM Ajak Generasi Muda Jaga Warisan Budaya Bugis-Makassar
Milad ke-13 GPBM ajak generasi muda peduli budaya dengan melestarikan pusaka Bugis-Makassar, seperti badik yang sarat makna dan simbol keberanian.
Laporan Citizen Reporter Adekamwa
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unhas 23
TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam khasanah budaya Bugis-Makassar, badik merupakan pusaka wajib dimiliki oleh seorang lelaki.
Seiring berjalannya waktu, nilai dan fungsi badik telah mengalami metamorfosis, dari sekadar senjata tradisional menjadi simbol budaya sarat makna.
Saat ini, badik dianggap sebagai bagian dari warisan kekayaan budaya wajib dilestarikan, karena tidak hanya mewakili semangat keberanian, harga diri, dan kehormatan, tetapi juga menjadi cerminan spirit budaya masa lalu yang tetap relevan hingga kini.
Demikian sepenggal kata sambutan yang disampaikan oleh Ketua Galeri Pusaka Bugis Makassar, Bahrun Danu, dalam rangkaian acara Milad ke-13 Galeri Pusaka Bugis Makassar (GPBM).
Dengan suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, acara tudang sipulung (duduk bersama) ini digelar secara sederhana pada Sabtu malam, 23 November 2024, pukul 19.30 WITA di Jalan Serigala No 5, Makassar.
Setelah acara sambutan Milad ke 13 GPBM, kegiatan dilanjutkan dengan makan malam bersama yang penuh keakraban.
Hidangan ikan dan ayam bakar, kari ayam, serta roti canai tersaji hangat di atas meja, menambah suasana hangat dan kebersamaan.
Tudung Sipulung, Bersama Jaga Warisan Budaya Para pemerhati pusaka, yang datang dari berbagai penjuru kota Makassar dan Gowa, memanfaatkan momen ini untuk saling bertukar cerita dan berbagi wawasan mengenai pelestarian budaya, menjadikan malam itu bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga ajang mempererat silaturahmi.
Dalam suasana penuh keakraban, obrolan mengalir hangat saat para pemerhati pusaka saling bertukar cerita tentang perjalanan mereka dalam melestarikan warisan budaya.
Berbagai kisah menarik terungkap, mulai dari upaya menggali kembali tradisi yang hampir terlupakan hingga pengalaman menghadapi tantangan di era modern untuk mempertahankan identitas budaya lokal.
Mereka berbagi wawasan tentang pentingnya peran generasi muda dalam menjaga warisan leluhur dan strategi inovatif untuk memperkenalkan pusaka budaya kepada masyarakat luas.
Diskusi tersebut tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga memupuk semangat bersama untuk terus menjaga dan merawat nilai-nilai budaya agar tetap hidup dan relevan sepanjang zaman.
“Momen ini bukan sekadar perayaan usia, tetapi refleksi perjalanan panjang kami menjaga dan melestarikan pusaka budaya Bugis-Makassar,” ujar Bahrun Danu,
Ditegaskan pula bahwa Galeri Pusaka Bugis Makassar adalah wadah untuk memperkuat nilai-nilai luhur seperti keberanian, kehormatan, dan kecintaan terhadap budaya.
Acara Milad ini sengaja dikemas sederhana, dengan makan malam bersama sebagai pengikat keakraban.
Bahrun menjelaskan bahwa format tudang sipulung (duduk bersama) dipilih untuk menciptakan suasana yang memungkinkan semua orang berbagi gagasan secara setara.
“Kami ingin menghidupkan kembali esensi kebersamaan melalui tudang sipulung, karena pelestarian budaya bukan tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tugas bersama,” kata Bahrun.
Generasi Muda dan Tantangan Pelestarian Budaya Perjalanan selama 13 tahun tidaklah tanpa hambatan.
Salah satu tantangan terbesar, menurut Bahrun, adalah bagaimana membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap warisan budaya lokal.
Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya tradisional seringkali dipandang sebagai sesuatu yang usang dan tidak relevan.
“Banyak generasi muda yang kehilangan koneksi dengan akar budayanya. Ini menjadi perhatian utama kami, karena tanpa penerus yang peduli, pusaka budaya bisa hilang,” ungkapnya.
Selain itu, pelestarian fisik pusaka seperti badik dan keris juga membutuhkan perhatian dan dukungan besar, baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Meskipun tantangan yang dihadapi tidaklah kecil, Bahrun tetap optimistis terhadap masa depan, dengan keyakinan bahwa GPBM akan terus menjadi rumah bagi pelestarian budaya sekaligus sumber inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai dan menjaga warisan leluhur.
“Kami ingin pelestarian budaya menjadi kesadaran kolektif, bukan hanya tugas lembaga atau komunitas. Budaya adalah identitas kita, dan menjaga identitas ini adalah tanggung jawab bersama,” tegas Bahrun.
Galeri Pusaka Bugis Makassar tidak hanya menjadi simbol pelestarian, tetapi juga bukti bahwa semangat untuk menjaga warisan budaya tetap menyala, melampaui ruang dan waktu.
“Semoga kita semua terus mencintai dan menjaga warisan budaya ini, karena inilah yang membuat kita kaya sebagai bangsa,” tutup Bahrun dengan penuh harap.
Acara Milad ke-13 Galeri Pusaka Bugis Makassar ini bukan hanya tentang mengenang perjalanan masa lalu, tetapi juga tentang menyalakan semangat baru untuk masa depan budaya Bugis-Makassar.
Sebagaimana pesan yang diungkapkan oleh Bahrun Danu, pelestarian budaya bukan hanya tugas komunitas, melainkan tanggung jawab bersama.
Maka, sudahkah kita mengambil bagian dalam menjaga warisan budaya ini? Karena, seperti halnya badik yang melambangkan keberanian dan kehormatan, budaya kita adalah pusaka yang harus dijaga agar tetap hidup sepanjang zaman.
Mari bersama, menjadi penjaga tradisi yang tak lekang oleh waktu. (*)
Kenalkan Donny Ismuali Bainuri Jenderal Baru Lulusan Akmil 1998 |
![]() |
---|
Bina Semangat Kekeluargaan, FISIP Unismuh Gelar Family Gathering di Bira Bulukumba |
![]() |
---|
Wansus Aliah Si Pembawa Baki Bendera Pusaka di Upacara Penurunan Bendera HUT RI 17 Agustus 2025 |
![]() |
---|
169 RT dan 45 RW di Wajo 'Menjerit', Insentif Menunggak Dua Bulan |
![]() |
---|
Sulsel Genjot Pembentukan TTIS di 22 Daerah, Target Rampung September |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.