Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilwali Makassar

Survei CRC: 36,36 Persen Swing dan Undecided Voters Jadi Rebutan Kandidat di Pilkada Makassar

Kedua kelompok pemilih ini diprediksi akan memegang peran penting dalam menentukan arah pemenangan pilkada.

Penulis: M Yaumil | Editor: Saldy Irawan
Tribun Timur
Pengamat dan konsultan politik, Nurmal Idrus. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Lembaga survei Celebes Research Center (CRC) melaporkan bahwa terdapat 36,36 persen swing dan undecided voters dalam Pilkada Makassar.

Kedua kelompok pemilih ini diprediksi akan memegang peran penting dalam menentukan arah pemenangan Pilkada.

Swing voters adalah pemilih yang masih bisa berubah pilihannya.

Mereka cenderung menilai gagasan dan ide yang disampaikan oleh para kandidat untuk menentukan pilihan di bilik suara.

Sementara itu, undecided voters adalah pemilih yang belum memiliki pilihan atau belum menentukan calon yang akan mereka dukung.

Kedua kelompok pemilih ini menjadi sasaran utama bagi empat pasangan calon yang bertarung di Pilkada Makassar.

Pengamat dan Konsultan Politik, Nurmal Idrus, mengatakan bahwa kedua kelompok pemilih ini harus bisa didekati oleh para kandidat.

 Menurutnya, ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi keputusan swing dan undecided voters dalam memilih.

Tiga Faktor yang Mempengaruhi Swing dan Undecided Voters

Pertama, para pemilih ini akan melihat manfaat yang ditawarkan oleh pasangan calon.

Jika mereka merasa ada manfaat yang jelas, baik secara langsung maupun tidak langsung, mereka kemungkinan akan mengalihkan dukungan kepada kandidat tertentu.

Kedua, pemilih ini juga akan menilai gagasan dan program kerja yang ditawarkan oleh setiap pasangan calon. Nurmal menekankan pentingnya forum debat kandidat sebagai kesempatan untuk menyampaikan gagasan, serta penggunaan media sosial untuk menyebarkan visi dan misi kepada pemilih. 

"Kandidat harus memaksimalkan forum debat dan memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan program-program mereka secara jelas dan menarik," jelas Nurmal.

Ketiga, menggaet tokoh lokal atau "voter getter" juga menjadi hal yang penting.

"Di sejumlah lorong-lorong atau komunitas lokal, ada tokoh yang sangat didengar. Menggaet tokoh-tokoh tersebut bisa menjadi cara yang efisien untuk menarik suara. Lebih baik mendekati tokoh lokal yang bisa memengaruhi hingga 20 orang, daripada harus mendekati pemilih satu per satu," kata Nurmal, yang juga menjabat sebagai Direktur Nurani Strategic.

Pemetaan Pemilih Jadi Kunci Keberhasilan Kandidat

Nurmal menambahkan bahwa keempat pasangan calon ini perlu melakukan pemetaan yang tepat terkait swing dan undecided voters. Tanpa pemetaan yang jelas, para kandidat akan kesulitan untuk meraup suara dari kedua kelompok pemilih ini. Pemetaan ini bahkan harus dilakukan hingga tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Setelah pemetaan, penting untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh swing dan undecided voters, serta apa yang menjadi alasan mereka belum menentukan pilihan. Dengan begitu, kandidat bisa mengakomodasi kebutuhan mereka dan menarik simpati," jelas Nurmal.

Menurutnya, pemetaan yang dilakukan secara rinci sampai level TPS akan sangat membantu dalam mengetahui posisi undecided voters dan apa yang mereka harapkan dari calon pemimpin mereka.

 Peralihan Suara Akan Lebih Sulit dengan Empat Kandidat

Mantan Ketua KPU Makassar ini juga menilai bahwa tanpa pemetaan yang jelas, para kandidat akan kesulitan meraih suara, mengingat ada empat pasangan calon yang bertarung. Peralihan suara dari undecided voters bisa lebih tersebar ke berbagai kandidat.

"Jika pilkada ini hanya head-to-head, perbedaan 10 persen bisa jadi peluang besar untuk peralihan dukungan. Namun, dengan empat kandidat, perbedaan hanya 6 persen pun sulit digerakkan, karena ada banyak saluran pilihan yang tersedia bagi pemilih," kata Nurmal.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved