Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilkada

52 Ribu Suara Mahasiswa Unhas Siap Warnai Pilkada

Tercatat ada 52 ribu suara pemilih pemuda di kampus merah, Universitas Hasanuddin (Unhas).

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun-Timur.com
Diskusi nasional bertajuk "Independensi dan Integritas Pemuda pada Pilkada Serentak" di Gedung Ipteks, Kampus Unhas, Kamis (24/10/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Partisipasi pemilih pemuda berperan penting dalam kontestasi pemilihan kepala daerah.

Pemilih pemuda masih mendominasi dalam daftar pemilih tetap.

 Salah satu kantong suara pemilih pemuda yakni di perguruan tinggi.

Universitas Hasanuddin (Unhas), contohnya, tercatat ada 52 ribu suara pemilih pemuda di kampus merah.

 Jumlah ini sangat besar. Bahkan diyakini, tingkat partisipasinya dalam pilkada bisa mencapai 90 persen.

"Ada 52 ribu pemilih pemuda dan kalau kita hitung, mereka bisa berpartisipasi 80-90 persen, bisa mencapai 50 ribu," jelas Sekretaris Unhas Prof Sumbangan Baja dalam diskusi nasional bertajuk "Independensi dan Integritas Pemuda pada Pilkada Serentak" di Gedung Ipteks, Kampus Unhas pada Kamis (24/10/2024) siang. 

"Kalau mereka sadar pilkada penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memilih pemimpin yang baik, saya yakin partisipasi akan naik," lanjutnya.

Baca juga: Akademisi Unhas Sebut Pemuda Harus Jadi Gladiator di Pilkada Serentak

Dalam piramida kependudukan, Indonesia berbeda dengan negara-negara maju. 

Dijelaskan, piramida negara maju gemuk di bagian atas karena memiliki jumlah orang tua yang banyak. 

Sementara Indonesia justru gemuk di bagian tengah, sebab diisi oleh mayoritas pemuda.

"Ini segmen penting dalam demokrasi. Momen seperti ini perlu minimal muncul kesadaran bahwa pemilihan ini kita ingin cari pemimpin yang baik yang bisa memimpin kita," jelas Prof Sumbangan Baja.

Membahas tentang integritas, Prof Sumbangan Baja menilai anak muda memiliki peran besar dalam demokrasi, apalagi mayoritas pemilih saat ini adalah pemuda. Karakteristik pemilih pemuda juga disebutnya menjadi tantangan. 

Sebab, mereka memiliki rasionalitas dalam memilih. 

"Pemuda sulit dipengaruhi kalau tidak rasional," jelasnya.

Peran media sosial menurutnya menjadi peluang untuk menggaet suara anak muda. 

Pendidikan politik, menurutnya, harus dimulai dari media sosial. 

"Dengan media sosial saat ini, ini menjadi momen bagus untuk dijadikan media pendidikan politik," katanya. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih.

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved