Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kilas Tokyo

Norma Unggul

Tas kertas besar yang saya bawa tidak ditangan. Mungkin terlupa di kursi kereta karena terlalu sibuk menggunakan handphone.

|
Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Kolumnis tetap Kilas Tokyo Tribun Timur, Muh Zulkifli Mochtar menyampaikan ucapan selamat atas pencapaian 7 juta subscribers channel YouTube Tribun Timur. 

Oleh: Muh.Zulkifli Mochtar

TRIBUN-TIMUR.COM -  Saya pernah mengalami kelupaan barang di kereta. Beberapa saat sebelum tiba stasiun tujuan, barulah tersadar.

Tas kertas besar yang saya bawa tidak ditangan. Mungkin terlupa di kursi kereta karena terlalu sibuk menggunakan handphone.

Tapi dimana, saya benar benar tidak ingat. Saya yakin bisa menemukan kembali tas. Tapi tetap saja cemas, karena tas berisi surat penting perusahaan dan dokumen penting keluarga.

Kalau hilang akan luar biasa repot. Atau berbahaya bila dipegang orang yang tidak beritikad baik.

Tidak ada tindakan lain, bergegas turun dan mencari Lost and Found Center di stasiun kereta. Saat itulah saya merasakan pengalaman baru.

Saya pernah menulis di kolom ini bahwa eelain hard power yang cenderung mengarah kekuatan militer, kekuatan lain sebuah negara adalah soft power.

Menurut Joseph Nye professor di Harvard University, pendekatan soft power lebih berkarakter inspirasional yakni kekuatan menarik orang lain dengan kecerdasan emosional seperti membangun hubungan erat melalui karisma, komunikasi persuasif, daya tarik ideologi visioner juga pengaruh budaya.

Salah satu budaya masyarakat Jepang yang cukup dikenal adalah high trust society. Komunitas saling percaya merupakan modal utama sebuah negara jika ingin menjadi negara maju.

Setiba di Lost and Found Center, seorang staf meminta saya mengisi selembar form detail barang. Sayangnya, saya tidak bisa memastikan melupakan tas di stasiun mana.

Ketika saya menyampaikan sangat membutuhkan tas malam ini karena ada berkas urgen harus di email, staf tersebut segera bergegas menelepon.

Sepintas terdengar menghubungi beberapa stasiun yang dilalui kereta saya tadi.

Saya duduk menunggu, staf tadi terus menelpon. “Belum ada laporan penemuan tas anda. Tapi kereta belum tiba di stasiun terakhir, jadi mungkin tas masih ada di kereta.

Semoga tidak ada yang mengambil. Bagaimana jika nanti kami telpon anda jika ditemukan?” kata staf tadi.

Saya setuju dan memutuskan pulang. Mulai timbul kecemasan, jangan jangan tas saya tidak kembali.

Ternyata kecemasan saya tidak perlu. Sekitar jam 10 malam, telepon saya berdering.

Tas ditemukan utuh dan dipersilahkan mengambilnya besok pagi di stasiun kereta. Ternyata ada penumpang menemukan dan menyerahkan ke staf stasiun.

Bukan hanya perusahaan kereta. Masyarakatnya juga sudah terdidik prosedur terbaik ketika menemukan barang hilang.

Suatu ssat, Saya, istri dan anak saya yang siswa SD dalam perjalanan pulang sehabis menghadiri acara sekolah.

Di sebuah persimpangan kecil, mata kami tertumbuk sebuah handphone tergeletak di sisi jalan. Pasti terjatuh tidak tersadari pemiliknya.

Di covernya juga terselip dua credit card dan ATM. Saya sempat kebingungan beberapa saat harus bertindak bagaimana. “Ini jalan umum, saya bawa ke kantor polisi ya” kata anak saya spontan. Mungkin karena melihat kebimbangan saya.

Cepat sekali anak bertindak mengambil handphone dan berlari sendiri menuju pos polisi dekat sekolahnya.

Beberapa saat kemudian, terlihat anak keluar dari pos polisi dan tersenyum lega. Dia sudah menyerahkan handphone, memberi tanggung jawab sepenuhnya ke bapak polisi.

“Karena ditengah jalan berbahaya jika diinjak mobil, sebaiknya dibawa saja langsung ke pos polisi” kata anak. 

Saya terkagum, seumuran dia sudah tahu prosedur dan bertindak cepat saat menemukan barang. Ada perasaaan bahagia bisa berbuat baik hari ini menolong orang yang pasti lagi kebingungan.

Tiba tiba saya ingin memberikan hadiah anak, kami pun sepakat rehat sebentar di toko ice cream kesukaan anak.

Tidak berselang lama, terlihat di kejauhan seorang wanita tergesa gesa masuk pos polisi. Pasti pemilik handphone datang mengambil barangnya.

Hanya dalam waktu singkat, semua beres tuntas.

Norma mengembalikan barang-kehilangan sudah melekat erat di masyarakat Jepang karena telah diajarkan sejak usia dini.

Mereka diajarkan bahwa mengembalikan barang temuan ke polisi atau pihak berwajib juga tugas mereka sebagai warga Negara.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved