Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kasus Penipuan Masuk Polisi

AFR Calo Akpol Tipu Crazy Rich Makassar Rp4,9 M Catut Nama Pejabat Polri-DPR RI, Kompol Devi: Modus!

AFR alias Andi Fatmasari Rahman, mengklaim dirinya memiliki hubungan dekat dengan pejabat Polri dan anggota DPR-RI.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sukmawati Ibrahim
dok pribadi
Tangkapan layar unggahan Instagram Citra Insani dan Ahmad Sahroni terkait permintaan klarifikasi serta momen AFR di lobi Satreskrim Polrestabes Makassar (dilingkari merah). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Tersangka penipuan bermodus calo Akpol, AFR alias Andi Fatmasari Rahman, mengklaim dirinya memiliki hubungan dekat dengan pejabat Polri dan anggota DPR-RI.

Bermodal mencarut nama dua pejabat itu demi meyakinkan korbannya, Hajjah Rosdiana atau nenek Crazy Rich Makassar Gonzalo Algazali (19).

"Itu hanya modus," ujar Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Devi Sujana, saat dikonfirmasi tribun-timur.com, Rabu (16/10/2024) malam.

Saat ini, AFR sedang menjalani perawatan di RS Bhayangkara setelah jatuh sakit selama beberapa hari ditahan di Rutan Polrestabes Makassar

Menurut Kompol Devi, setelah AFR sembuh, media akan diizinkan untuk mewawancarainya langsung terkait modus yang dilakukannya.

"Dia sedang diantarkan ke rumah sakit, kita menunggu kabar dari dokter, semoga malam ini bisa kembali ke tahanan. Nanti, media bisa wawancara langsung," jelasnya.

Baca juga: Ibu Gonzalo Algazali Tuntut Klarifikasi Ahmad Sahroni Usai Tertipu Modus Calo Akpol Miliaran AFR

Ibu Gonzalo Algazali Minta Klarifikasi Ahmad Sahroni

Kolase: Gonzalo Al Ghazali (istimewa) dan ibunya, Citra Insani (Instagram @citrainsani_87)
Kolase: Gonzalo Al Ghazali (istimewa) dan ibunya, Citra Insani (Instagram @citrainsani_87) (Kolase Tribun Timur/ Sakinah Sudin)

Citra Insani, ibu dari Gonzalo Algazali, meminta klarifikasi dari anggota DPR RI Ahmad Sahroni terkait namanya yang diduga dicatut oleh AFR dalam modus penipuannya. 

Citra mengunggah video klarifikasi di Instagram, yang kemudian ditanggapi oleh Ahmad Sahroni melalui akun @ahmadsahroni88.

Dalam unggahannya, Sahroni tampak menanggapi permintaan klarifikasi tersebut dengan nada santai, menuliskan, "Kasian kena tipu ya atas nama Sahroni," disertai emoticon senyum.

Citra menyatakan dalam videonya, AFR menggunakan nama Sahroni untuk meyakinkan keluarganya bahwa Gonzalo akan diterima sebagai taruna Akpol melalui jalur khusus.

Sosok AFR dan Modus Penipuan

AFR, yang dikenal sebagai aktivis perempuan anti-korupsi asal Kabupaten Bone, ditangkap setelah dilaporkan oleh Hajjah Rosdiana, nenek dari Gonzalo Algazali.

Korban mengaku ditipu hingga Rp4,9 miliar. 

Hajjah Rosdiana awalnya ragu, namun setelah beberapa pertemuan, ia mempercayai AFR mengklaim memiliki akses khusus untuk meloloskan cucunya menjadi taruna Akpol.

AFR menjanjikan Gonzalo akan diterima di Akpol dengan pembayaran bertahap hingga total Rp4,9 miliar, termasuk dalam bentuk emas batangan. 

Namun, janji tersebut tidak terbukti, dan Gonzalo dinyatakan tidak lolos seleksi Akpol.

Kasat Reskrim Kompol Devi, AFR ditangkap di Bone pada 29 September 2024.

Saat ini AFR dijerat dengan pasal 378 KUHP tentang penipuan, dengan ancaman hukuman empat tahun enam bulan penjara.

Kasus Serupa di Selayar

Sebelumnya, kasus serupa juga menimpa anggota DPRD Kabupaten Selayar, Tanri Bangun Patta, yang mengaku tertipu ratusan juta rupiah setelah anaknya gagal lolos seleksi Bintara Polri. 

Ia melaporkan seorang calo berinisial FAI yang menjanjikan kelulusan dengan imbalan uang. 

Namun, janji itu tidak terbukti, dan hingga kini kerugian yang dialami belum sepenuhnya dikembalikan. 

Tips Mengenali Modus Penipuan Jalur Khusus Masuk Akpol atau Institusi Lain

1. Janji Pasti Lolos dengan Imbalan Uang  

Waspadalah jika ada orang yang menjanjikan kelulusan dalam seleksi masuk institusi seperti Akpol atau Polri dengan meminta uang. 

Proses seleksi resmi tidak memerlukan biaya tambahan, dan janji lolos dengan membayar adalah tanda awal modus penipuan.

2. Menggunakan Jalur Khusus atau Kuota Khusus  

 Para pelaku seringkali mengklaim memiliki akses ke "jalur khusus" atau "kuota tertentu" yang bisa menjamin penerimaan. 

Hal ini tidak pernah benar, karena seleksi resmi hanya berdasarkan prestasi dan kemampuan peserta.

3. Permintaan Uang Bertahap  

 Penipu biasanya meminta pembayaran uang dalam beberapa tahap dengan alasan kebutuhan administratif atau pelatihan tambahan. 

Jika sudah menyetor sejumlah uang namun pelaku terus meminta tambahan, ini adalah tanda bahaya.

4. Menghindari Komunikasi Resmi  

Selalu cek kebenaran tawaran yang diberikan dengan institusi resmi terkait.

Penipu biasanya akan menghindari proses komunikasi resmi, seperti verifikasi langsung ke kantor atau institusi terkait.

5. Penawaran Melalui Orang yang Tidak Terkenal  

Jika seseorang yang bukan bagian resmi dari institusi terkait (misalnya, perwakilan resmi dari Akpol atau Polri) mengaku bisa membantu Anda diterima, jangan langsung percaya.

Lakukan pengecekan secara menyeluruh.

6. Segera Laporkan ke Pihak Berwenang  

Jika Anda merasa ditipu atau menerima tawaran yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwenang untuk mendapatkan bantuan.

Jangan tunggu sampai kerugian terjadi lebih besar. (*)

 

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved