Sepak Terjang 2 Jenderal Polisi Dipanggil Prabowo untuk Jadi Menteri
Profil dan sepak terjang dua jenderal polisi sudah dipanggil Prabowo Subianto untuk jadi menteri
Kapolda Metro Jaya
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memutasi sejumlah Perwira Tinggi (Pati) Polri yang menduduki dan meninggalkan kursi kepemimpinan di beberapa daerah. Salah satu Pati yang terkena mutasi ialah Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono. Unggung akan meninggalkan kursi "Metro Jaya 1" dan memegang jabatan baru sebagai Asisten Operasi Kapolri. Sebagai gantinya, jabatan Kapolda Metro Jaya akan diemban oleh Irjen Pol Tito Karnavian. Berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1242/VI/2015 yang dipublikasikan Jumat (5/6/2015).
Berada pada pusat episentrum Indonesia, Tito Karnavian mendapat banyak sorotan media dan publik. Banyak gebrakan yang dilakukan Tito diawal jabatannya,[14] salah satunya yaitu Tito meminta jajarannya untuk blusukan mengurai kemacetan setiap Senin pagi dibandingkan melakukan Apel Pagi.[15] Salah satu kasus besar yang dihadapi Tito yaitu teror bom dan penembakandi pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016. Dengan pengalamannya yang mendalam soal terorisme, dalam waktu kurang dari 5 jam Ibu kota sudah kembali dikuasai dan kondusif dan 7 tersangka sudah tertangkap. Menurut Tito kasus ini merupakan tanggung jawab ISIS serta merupakan perebutan kekuasaan ISIS di Asia Tenggara melalui eks Narapidana Bahrun Naim. Beberapa kasus lainnya yang banyak menyedot perhatian publik yaitu: Dua kali ancaman teror di Mall Alam Sutera, Kota Tangerang, kontroversi penetapan status siaga satu Jakarta saat Final Piala Presiden 2015,[16] penggusuran kawasan prostitusi Kalijodo (Jakarta Utara),[17][18] penggusuran perumahan bantaran sungai Kampung Pulo (Jakarta Timur),[19]serta drama pembunuhan seorang perempuan 27 tahun bernama Wayan Mirna melalui zat sianida dikedai kopi pusat perbelanjaan Jakarta Pusat, yang dimana Polda Metro sampai bekerjasama dengan Polisi Federal Australia.
Kepala BNPT
Tito Karnavian saat menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Dalam surat telegram dengan nomor ST/604/III/2016 per tanggal (14/3/2016), Tito akan dipromosikan menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggantikan Komjen (Pol) Usman Saud Nasution yang memasuki masa pensiun.[20] Secara otomatis pangkatnya dinaikan menjadi bintang tiga atau Komisaris Jenderal Polisi. Penyesuaian Kepangkatan.
Kapolri
Program PROMOTER
PROMOTER adalah program dan tagline dari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang merupakan kependekan dari Profesional, Modern dan Terpercaya.
Promoter mulai diberlakukan pada tahun 2016. Program tersebut mencakup peningkatan kinerja dalam peningkatan pelayanan publik, inovasi pelayanan publik, penegakan hukum yang profesional, hingga pemeliharaan kamtibmas.
“Program Promoter menunjukkan hasil yang memuaskan,” kata Tito saat memberi sambutan dalam kegiatan penandatanganan kerjasama pembangunan zona integritas bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Asman Abnur di Mapolda Jabar, Bandung, 3 April 2018.
Hasil positif program Promoter tersebut nampak terlihat dari hasil survey yang dikeluarkan oleh Litbang Kompas 2017. Polri yang awalnya di posisi tiga terendah kepercayaan publik, naik drastis ke posisi ke-3 besar dengan nilai kepercayaan 72 persen. Polri berada dibawah institusi TNI yang berada di posisi pertama dan KPK di nomor 2[21].
Reorganisasi
Di masa Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolri, reorganisasi internal Polri berjalan. Beberapa Polda Baru diresmikan seperti Polda Sulawesi Barat 2016 yang sebelumnya menginduk kepada Polda Sulawesi Selatan, dan Polda Kalimantan Utara yang sebelumnya tergabung dengan Polda Kalimantan Timur di tahun 2018.
Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan pelayanan mantan Asisten Perencanaan Polri ini juga menaikan tingkat Polda di wilayah perbatasan. Hal ini disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB).
Polda yang naik kelas antara lain Polda Kalimantan Barat dan Polda Sulawesi Utara menjadi Polda Tipe A yang dipimpin oleh Jenderal bintang dua. Kapolda Kalimantan Barat Brigjen Musyafak dan Kapolda Sulut Wilmar Marpaung naik pangkat dari Brigadir Jenderal menjadi Inspektur Jenderal[22].
Masa kepemimpinan Jenderal Polisi Tito Karnavian juga dikenang baik oleh anggota Polri karena berhasil menaikkan tunjangan kinerja anggota Polri dari 33 persen ke 70 persen . Kenaikan ini amat berarti bagi peningkatan kesejahteraan anggota Polri.
Pada 19 Januari 2018, Kapolri Jenderal Pol. M Tito Karnavian, meresmikan penyelesaian gedung yang 13 tahun mangkrak pembangunannya. Kini gedung kebanggaan polri di Polda Metro Jaya, kawasan semanggi ini dikenal dengan Gedung Promoter yang megah tak kalah dengan Kepolisian Singapura[23].
Kritik pada Masa Jabatan Kapolri
Pengusutan kasus Novel Baswedan dan Hermansyah
Polri dikritik karena lambatnya pengungkapan kasus penyiraman air keras oleh orang tak dikenal terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Walaupun polisi telah memeriksa 59 saksi,[24] Tito menyebut pengungkapan kasus penyerangan Novel lebih sulit dibandingkan kasus Bom Bali dan Kampung Melayu.[25][26] Novel menduga serangan pada dirinya terkait sejumlah kasus korupsi yang ia tangani.Tidak tuntasnya pengusutan kasus 100 hari pasca-kejadian membuat publik mempertanyakan kinerja kepolisian[28][29][30][31]dan mendesak Polri untuk mengusut kasus serupa, yakni pembacokan pakar teknologi informasi Hermansyah.
Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution menyebut berulangnya teror kepada warga sipil "memperlihatkan kegagalan kehadiran negara menunaikan kewajiban konstitusionalnya khususnya menjamin rasa aman warga negaranya sendiri."[34] Anggota Komisi III DPR RI Didik Mukrianto menyebut tidak tuntasnya pengusutan kasus penyerangan Novel menjadi citra buruk kepolisian yang saat ini sedang merayakan Hari Bhayangkara. ”Ini mengingat, kasus teror penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan sendiri, hingga sekarang belum terungkap. Karena hal ini terkait dengan keamanan dan ketertiban masyarakat,” tuturnya.[35]
Pencopotan Kapolres Solok
Tito mencopot Kapolres Solok, AKBP Susmelawati Rosya karena dianggap kurang tegas menangani persekusi yang diduga dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap seorang dokter, Fiera Lovita (FL).[36] Keputusan itu didasarkan atas keterangan FL yang merasa tertekan setelah mengalami persekusi berupa teror dan intimidasi oleh sekelompok orang dari ormas tertentu.[37][38][39] "Sudah saya sampaikan bahwa apabila yang di Solok lemah dalam menangani perkara ini, akan saya ganti," ujar Tito. Namun, sejak penggantian Kapolres Solok yang baru, kepolisian belum menetapkan tersangka atas dugaan persekusi yang dilakukan oleh FPI.[40]
Kabid Humas Polda Sumatera Barat AKBP Syamsi membenarkan dokter FL mendapat protes dari satu ormas karena statusnya di media sosial. "Namun, protes tersebut tak sampai mengancam keselamatan dokter FL."[41] Juru bicara FPI Slamet Maaruf menyatakan FPI tak memiliki pengurus di Solok,[42]sementara Ketua FPI Sumbar Muhammad Busra memastikan tidak ada bukti sama sekali anggotanya yang terlibat persekusi.
Sebelumnya, Kapolres Solok secara khusus memediasi FL dengan perwakilan FPI.[45][46] Setelah semua pihak diundang, FL menyampaikan permintaan maaf. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menyebut setelah ada permintaan maaf dari FL, ada orang yang menelepon Fiera dan meminta kronologis kejadian. "Ada yang coba mengadu domba situasi di Solok, seolah-olah dokter kembali mendapat intimidasi setelah menyatakan permohonan maaf."
Profil Komjen Pol Agus Andrianto
Agus Andrianto lahir di Blora, Jawa Tengah pada 16 Februari 1967.
Ia merupakan polisi yang ahli di bidang reserse dan memiliki karir moncer selama di kepolisian.
Agus Andrianto adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara dari pasangan Sukarsono-Sri Sudaryati.
Ayahnya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Jabatannya terakhir ayahnya adalah camat di Kecamatan Banjarejo, Blora dan pensiun pada 1982.
Agus Andrianto diketahui menghabiskan masa kecilnya di kampung halamannya di Blora.
Jebolan Akademi Kepolisian (Akpol) 1989 tersebut diketahui menamatkan pendidikan dasar di SD 1 Tempelan Blora.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMP 1 Blora, dan SMA 1 Blora, lalu masuk ke Akademi Kepolisan.
Setelah lulus dari Akpol, ia ditugaskan menjadi Pamapta Polres Dairi, Sumatera Utara, pada 1990.
Selama bertugas sebagai polisi di wilayah Sumatera Utara, Agus Andrianto pernah mengemban jabatan Kapolsek di sejumlah wilayah di antaranya Kapolsek Sumbul (1992), Kapolsek Parapat (1993), Kapolsek Percut Seituan (1995).
Kemudian pada 1995, ia pun melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Setelah lulus dari PTIK, Agus Andrianto bertugas di Lampung, menjabat sebagai Kapuskodalops Polres Lampung Selatan (1997).
Dua tahun kemudian, ia kembali dipindahtugaskan ke Sumatera Utara menjadi Kasat Serse Poltabes Medan (1999).
Setelah bertugas di Sumatera Utara, ia dipindahtugaskan ke Jawa Timur, menjabat sebagai Kasubag Binops Bag Serse Ek Polda Jatim (2001), Kasubag Binops Bag Serse Um Polda Jatim (2001), hingga akhirnya dipercaya menjadi Wakapolres KP3 Tanjungperak (2003).
Selanjutnya ia pun ditempatkan menjadi Pamen Polda Jatim (2005) dalam rangkan pendidikan.
Setelah menyelesaikan pendidikan karirnya kian menanjak. Ia dipindah tugaskan ke wilayah Polda Metro Jaya.
Di wilayah Polda Metro Jaya, ia dipercaya menjadi Kasat I/Ditreskrimsus Polda Metro Jaya (2006),
Kapolres Tangerang (2007), dan Kapolres Metro Tangerang (2008).
Berpangkat melati tiga di pundaknya, Agus Andrianto kembali dipinahtugaskan ke Sumatera Utara dan menjabat sebagai Dirreskrim Polda Sumut (2009).
Setelah bertugas di Sumatera Utara, ia pun kembali ditarik ke Jakarta menjadi Kabagresmob Robinops Bareskrim Polri (2011).
Tak lama ia ditempatkannya menjadi analis Kebijakan Madya Bidang Pidkor Bareskrim Polri dalam rangka mengikuti pendidikan untuk menjadi perwira tinggi atau Sespimti.
Setelah menjalani pendidikan Sespimti, ia dipercaya menjadi Kabagbinlatops Robinops Sops Polri(2013).
Berpangkat jenderal bintang satu, Agus Andrianto pun dipercaya menjadi Direktur Psikotropika dan Prekursor Deputi Bidang Pemberantasan BNN (2015).
Ia kembali ke institusinya pada 2016 menjadi Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri.
Karirnya pun kian melejit, ia dipercaya menjadi Wakapolda Sumut (2017) dan Kapolda Sumut (2018).
Setelahnya, ia dipercaya menjadi Kabaharkam Polri (2019) dan Kabareskrim Polri (2021) dengan pangkat jenderal bintang tiga.
Selanjutnya, ia pun diangkat menjadi Wakapolri (2023).
Diketahui ia pun memiliki keahlian khusus ditandai dengan brevet yang terpasangan di dadanya.
Ia mengantongi Brevet Selam Polri, Brevet Para Penerjun, dan PIN Penyidik.
Legenda Timnas Indonesia Ramang Dianugerahi Bintang Jasa di Bawah Bintang Mahaputera |
![]() |
---|
Karier Moncer Teddy Akmil 2011 Raih Bintang Mahaputra, Calon Jenderal Termuda |
![]() |
---|
Terungkap Alasan Prabowo Beri Letkol Teddy Bintang Mahaputra |
![]() |
---|
Apa Jasa Haji Isam Bagi Negara? Dapat Penghargaan dari Prabowo |
![]() |
---|
Dulu Pemecah Batu, Kini Lelaki 57 Tahun Itu Dianugerahi Bintang Mahaputra |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.