Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Solar Langka di Sulsel

3 Bulan Solar Langka di Maros Sulsel, Sopir Truk Keluhkan Penghasilan Menurun

Antrean panjang truk pengangkut logistik di sejumlah SPBU, termasuk di SPBU Balitjas, Kecamatan Lau, Selasa (15/10/2024) akibat solar langka.

|
Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Sukmawati Ibrahim
Nurul Hidayah/Tribun Timur
Antrean panjang truk pengangkut logistik di SPBU Balitjas, Kabupaten Maros, akibat kelangkaan solar, Selasa (15/10/2024) 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS – Kelangkaan solar kembali terjadi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Kondisi ini menyebabkan antrean panjang truk pengangkut logistik di sejumlah SPBU, termasuk di SPBU Balitjas, Kecamatan Lau, Selasa (15/10/2024).

Pantauan di lokasi menunjukkan antrean truk yang mengular hingga ke jalan poros, mengakibatkan kemacetan, terutama pada jam sibuk saat warga pulang dan pergi bekerja.

Beberapa sopir truk tampak menunggu di dalam kendaraan mereka.

Sementara yang lain berdiri di samping truk sambil berharap solar segera tersedia.

Salah seorang sopir truk, Erik, mengungkapkan bahwa kelangkaan solar ini telah berlangsung selama tiga bulan terakhir. 

Menurutnya, masalah ini tidak hanya terjadi di Maros, tetapi juga di wilayah lain seperti Kota Makassar hingga Kabupaten Wajo.

"Kalau di daerah bawah, lebih susah lagi dapat solar," ujarnya saat ditemui di SPBU pada Selasa (15/10/2024).

Erik, yang sedang dalam perjalanan menuju Kendari, Sulawesi Tenggara untuk mengantarkan muatan mie instan, mengaku bahwa kelangkaan solar sangat menghambat pekerjaannya. 

Normalnya, ia hanya butuh dua hari untuk tiba di Kendari, tetapi kini perjalanan bisa memakan waktu hingga empat hari karena harus menunggu lama di SPBU.

"Biasanya dua hari sudah sampai, sekarang bisa empat hari karena menunggu solar. Kadang harus menginap di SPBU juga," ungkapnya.

Sopir lain, Sahrul, juga merasakan dampak kelangkaan solar ini.

Ia mengatakan penghasilannya menurun karena waktu pengantaran logistik menjadi lebih lama, yang berimbas pada jumlah barang yang dapat diantar dalam sebulan.

"Pengantaran sekarang lebih lama, jadi logistik yang diantar pasti berkurang kalau direkap selama sebulan," jelasnya.

Baik Erik maupun Sahrul mengaku tidak tahu apa penyebab kelangkaan ini, karena harga solar di SPBU masih terbilang normal. 

"Harga solar masih normal, satu kali pengambilan 200 liter, tapi entah kenapa bisa langka," tambah Sahrul.

Mereka berharap, pemerintah segera menemukan solusi atas kelangkaan solar yang telah melanda hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan, agar distribusi logistik tidak semakin terhambat. (*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved