Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PON

Target 5 Besar Sulsel di PON Tak Tercapai, Pengamat: Target Ambisius

Sulsel tertahan di peringkat 15 PON, jumlah medali tertinggal jauh dari tuan rumah Aceh yang menempati peringkat lima dengan 149 medali.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Hasriyani Latif
M Dahlan Abubakar
Pengamat Olahraga Sulsel dan mantan Sekum KONI Sulsel, M Dahlan Abubakar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) harus memupuskan target masuk lima besar Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut) 2024.

Sulsel masih tertahan di peringkat 15 dengan 49 medali.

Rinciannya, 9 medali emas, 19 perak, dan 21 perunggu.

Jumlah medali tertinggal jauh dari tuan rumah Aceh yang menempati peringkat lima.

Aceh sudah mengoleksi 149 medali. 

Baca juga: Sulsel Terpuruk di Peringkat 15 PON, Ketua KONI: Anggaran Kurang, Honor Atlet Saja Lambat Dibayar

Sebanyak 56 medali emas, 43 perak, dan 50 perunggu.

Pengamat Olahraga Sulsel, M Dahlan Abubakar mengatakan perjuangan atlet Sulsel patut dihargai.

Para pahlawan olahraga Sulsel itu sudah berjuang maksimal.

Adapun target Sulsel jauh dari harapan menjadi konsekuensi.

Ia menilai Sulsel masuk lima besar adalah target yang ambisius.

Alasannya, Aceh dan Sumut yang berstatus tuan rumah pasti target berada di papan atas.

Saat ini Sumut dan Aceh di peringkat empat dan lima. 

Padahal di PON XX Papua 2021, mereka di bawah Sulsel

Kala itu Sulsel di posisi 11, lalu Aceh dan Sumut di 12 dan 13.

"Saya melihat dari situ, ketika pengurus baru mencanangkan target lima besar itu sangat mustahil karena di bawah kita itu ada tuan rumah (di PON Papua) dan biasanya tuan rumah tidak mau di bawah 10," katanya saat dihubungi Tribun-Timur.com melalui telepon, Kamis (19/9/2024).

"Sulsel menargetkan lima besar sangat ambisius," ucap mantan sekum KONI Sulsel ini.

Dahlan Abubakar turut menyoroti persiapan pengurus KONI Sulsel dan Dispora Sulsel yang menimbulkan masalah.

Seperti pemilihan peralatan dan pembelian peralatan yang agak lambat.

Padahal atlet butuh adaptasi dengan peralatan yang digunakan bertanding, seperti cabor dayung dam layar

"Dalam peralatan bertanding itu ada proses adaptasi. Tidak bisa pinjam-meminjam," ujarnya.

Dahlan Abubakar meminta prestasi olahraga Sulsel di PON Aceh-Sumut harus dijadikan bahan evaluasi.

Namun, ia agak pesimis dengan hal tersebut.

Penyebabnya, kepemimpinan gubernur Sulsel yang lalu dan pelanjutnya tak menjadikan olahraga menjadi prioritas.

Padahal, menurut dia, olahraga selalu jadi tolak ukur perkembangan daerah.

Ia pun membandingkan penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan prestasi di bidang olahraga didapatkan daerah.

Penghargaan WTP didapat pemerintah tak membuat masyarakat bangga, meskipun WTP itu didapat 8-10 kali.

Berbeda dengan prestasi olahraga, ada kebanggaan.

Lantaran ada keterlibatan masyarakat, ada keluarga dan anak.

"Olahraga selalu jadi tolak ukur untuk melihat perkembangan dan pembangunan daerah," ucap mantan humas Universitas Hasanuddin ini.

Masalah Pengelolaan Dana Hibah

Dahlan Abubakar menyebut, awal keterpurukan olahraga Sulsel ketika pengelolaan dana hibah untuk KONI diubah.

Dana hibah dulu dari Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) ke KONI. Sekarang harus lewat Dispora.

"Dan administrasinya ribet, jadi itu memakan waktu," ungkapnya.

Ia membeberkan, ketika KONI dapat dana hibah langsung di simpan  di rekening.

Tak ada atlet yang harus sampai meminjam untuk persiapan.

"Selalu ada dana untuk atlet," sebutnya.

Cabor Promosi dan Degradasi

Dahlan Abubakar menyampaikan, dulu di kepengurusannya menerapkan sistem peringkat untuk cabor.

Ada peringkat utama, pratama dan madya.

"Jadi ada proses promosi dan degradasi. Jadi siapa yang prestasinya jelek, kita turunkan," katanya.

Ia melanjutkan, para atlet didukung dengan uang transport setiap latihan.

Terakhir, Dahlan Abubakar melihat KONI akhir-akhir ini dimasuki orang-orang yang bukan pada tempatnya karena adanya kepentingan tertentu.

"Itu jadi persoalan tertentu," katanya.

Ditambah, sejumlah orang berkompeten mengundurkan diri dari kepengurusan KONI.

Seperti, Prof Ikhsan yang merupakan tulang punggung KONI. Prof Ikhsan guru besar olahraga.

Lalu ada Mappinawang yang paham aspek hukum.

"Jadi ini bahan evaluasi total, kembalikan kepada mereka caborlah. Jangan dijadikan (KONI) sebagai alat kepentingan non olahraga, non prestasi. Sayang sekali itu," ucapnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved