Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Polri

Mengenal SMA Kemala Taruna Bhayangkara Kontribusi Batalyon Bhara Daksa Akpol 1991

Mabes Polri membuat sekolah menengah atas bernama SMA Kemala Taruna Bhayangkara. 

|
Editor: Muh Hasim Arfah
dok Tribun
Ketua Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 Batalyon Bhara Daksa, Irjen Pol Mohammad Iqbal menggelar reuni 33 tahun mengabdi untuk negeri di Akpol Semarang, Jawa Tengah pada Sabtu (24/8/2024). 

Dengan kolaborasi yang kuat antara institusi pendidikan dan praktisi pendidikan, diharapkan tercipta lingkungan belajar yang memadai untuk mengembangkan potensi setiap siswa.

Saat ini, ada sekolah taruna yang banyak memproduksi calon taruna di Akpol, Akmil, AAU dan AAL. 

Sekolah ini bernama SMA Taruna Nusantara. 

Ada banyak jenderal lulusan dari sekolah ini. 

Salah satu yang menonjol adalah Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin.

Selain itu, ada juga Mayjen TNI Achiruddin , Brigjen TNI Lucky Avianto, Brigjen TNI Agus Bhakti, dan Brigjen TNI  Putra Widyawinaya.

Ada juga mereka yang bertugas di Polri. 

Mereka adalah Kapolda Papua Barat Irjen Pol Jhonny Edison Isir dan pejabat teras BIN Irjen Pol Barito Mulyo Ratmono. 

Ide pembuatan sekolah menengah atas berbasis semi-militer ini dicetuskan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan saat itu, Jenderal LB Moerdani pada tanggal 20 Mei 1985 di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta. 

Ia memiliki visi luhur, yakni untuk membangun sekolah yang mendidik manusia – manusia terbaik dari seluruh Indonesia dan menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan cita-cita para Proklamator. 

Ide ini diteruskan dengan menandatangani nota kesepakatan antara TNI dan Taman Siswa, yang merupakan organisasi kependidikan pertama di Indonesia, untuk membuat suatu lembaga bernama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN).

Lembaga ini merupakan kristalisasi dari visi Jenderal Moerdani yang selanjutnya mengawasi proses pelaksanaan sekolah ini.

SMA TN diresmikan oleh Pangab (Panglima Angkatan Bersenjata) saat itu, Jenderal Try Sutrisno pada tahun 1990. Kampus yang menempati lahan seluas 18.5 hektar dan terdiri dari komplek akademis, asrama siswa, dan komplek perumahan pamong (guru), di atas tanah milik Akademi Militer.

Selama 6 tahun pertama, Taruna Nusantara hanya menerima laki-laki sebagai siswanya dengan jumlah sekitar 245 orang.

Namun mulai tahun 1996, LPTTN membuat kebijaksanaan baru dengan menerima angkatan putri pertama sebanyak 70 orang.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved