Pilgub Jakarta 2024
'Kutukan' Gubernur Jakarta Lanjut, Ridwan Kamil Paksa Anies Baswedan Ikut Jejak Ahok dan Fauzi Bowo
Dengan dukungan 12 partai ke Ridwan Kamil, sudah dipastikan Anies Baswedan tak lagi memiliki kesempatan mendapat tiket maju di Pilgub Jakarta 2024.
TRIBUN-TIMUR.COM - Memborong 12 partai untuk Pilgub Jakarta 2024, Ridwan Kamil memaksa Anies Baswedan mengikuti jejak Ahok hingga Fauzi Bowo alias Foke.
Dengan dukungan 12 partai ke Ridwan Kamil, sudah dipastikan Anies Baswedan tak lagi memiliki kesempatan mendapat tiket maju di Pilgub Jakarta 2024.
Satu-satunya partai yang berada di luar koalisi Ridwan Kamil yakni PDIP tak mampu menyelamatkan Anies Baswedan.
Pasalnya, PDIP hanya memiliki 15 kursi sementara syarat minimal untuk mencalonkan gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Jakarta 2024 yakni 22 kursi.
Dengan gagalnya Anies Baswedan maju di Pilgub Jakarta 2024, 'kutukan' gubernur Jakarta pun berlanjut.
Kutukan yang dimaksud ini yakni, belum ada gubernur Jakarta yang menjabat 2 periode secara berturut-turut sejak era Sutiyoso.
Sutiyoso menjadi gubernur Jakarta terakhir yang menjabat selama 2 periode atau 10 tahun.
Periode kepemimpin Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta yakni pada 1997-2002 dan 2002-2007.
Pada Pilgub Jakarta 2007 lalu Fauzi Bowo terpilih dan menjabat hingga 2012.
Baca juga: Misi PDIP Selamatkan Anies Gagal Total! PKB Ikut PKS Nasdem Usung Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta
Memasuki periode keduanya, Fauzi Bowo kalah dari pasangan Jokowi-Ahok di Pilgub Jakarta 2012.
Selanjutnya, Jokowi maju di Pilpres 2014 dan masa kepemimpinannya dilanjutkan Ahok hingga 2017.
Ahok yang kembali maju untuk periode kedua kalah dari Anies Baswedan.
Dan kini Anies Baswedan pun sudah dipastikan gagal maju untuk periode keduanya.
Daftar Gubernur DKI Jakarta Sejak 1945
- Soewirjo 1945-1947 dan 1950-1951
- Daan Jahja 1948-1950
- Sjamsuridjal 1951-1953
- Sudiro 1953-1958
- Sumarno Sosroatmodjo 1960-1964
- Henk Ngantung 1964-1965
- Sumarno Sosroatmodjo (1911–1991) 1965-1966
- Basuki Rachmat 1966-1966
- Ali Sadikin 1966-1977
- Tjokropranolo 1977-1982
- Suprapto 1982-1987
- Wiyogo Atmodarminto 1987-1992
- Surjadi Sudirdja 1992-1997
- Sutiyoso 1997-2007
- Fauzi Bowo 2007-2012
- Joko Widodo 2012-2014
- Basuki Tjahaja Purnama 2014-2017
- Djarot Saiful Hidayat 2017
- Anies Baswedan 2017-2022
- Heru Budi Hartono 2022-Sekarang
Peneliti Indikator Politik: Nggak Ada Lagi Gunanya Pilgub Jakarta
Founder dan Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan dirinya tidak kaget soal hilangnya peluang Anies Baswedan maju Pilkada Jakarta 2024.
Hal ini terkait Anies yang belum mendapatkan tiket untuk berkompetisi sementara pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta tinggal menghitung hari yakni 27-29 Agustus 2024.
Menurut Burhanuddin langkah ini lantaran Anies tidak memiliki skenario.
"Saya ngga terlalu kaget, Anies seharusnya mempersiapkan skenario terburuk," kata Burhanuddin dalam wawancara di Kompas Petang, Senin (19/8/2024).
Anies katanya tidak memiliki skenario selain diusung partai.
"Masalahnya Anies engga punya skenario atau plan b, misalnya jalur perseorangan ngga disiapkan termasuk plan lain misal masuk ke partai untuk memudahkan usaha mencari kendaraan," ujarnya.
Baca juga: Butuh tenaga kerja terbaik untuk bisnismu? Cari di sini!
Menurutnya kegagalan Anies di Pilgub DKI Jakarta tak bisa disalahkan kepada eks Mendikbud semata.
"Jadi memang tidak bisa salahkan Anies sepenuhnya. Ini ada kaitannya dengan aturan main, engga ada pembatasan maksimum koalisi, sehingga aksi borong partai terjadi. ke depan harus diperbaiki masyarakat Jakarta secara khususnya agar tidak di fait accompli oleh elite partai," katanya.
Dirinya menjelaskan, selain tak berdaya karena tak mendapatkan tiket, Anies seharusnya juga tidak cuma pasrah mengandalkan partai politik.
"Anies kan engga bisa mengontrol orang lain. Yang dia bisa kontrol dirinya dan timnya, dan itu sekarang sudah telat," katanya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa Pilkada Jakarta saat ini mirip dengan Pilkada Solo tahun 2020.
"Sekarang kita menyaksikan skenario Solo, yaitu calon kuat Gibran saat itu didukung hampir semua partai, melawan calon yang sangat tidak jkompetitif. Ini terjadi kalau kita lihat calon independen Dharma Pongrekun yang elektabilitasnya hanya 0,2 persen," kata Burhanuddin.
Untuk itu dirinya setuju dengan pernyataan Fahri Hamzah bahwa siapa pemenang di Pilgub Jakarta sudah ketahuan.
"Menurut saya ngga ada gunanya juga pilkada di Jakarta karena kita sudah tahu hasilnya. Buang-buang duit anggaran negara menggelar Pilkada, karena Ridwan Kamil dan Suswono didukung 12 partai melawan calon yang sama sekali tidak kompeten," ujarnya.
Burhanuddin menambahkan, Anies juga tidak menyiapkan opsi bahwa dirinya akan di prank partai politik.
"Potensi kena prank jelas, tapi kenapa Anies engga persiapkan diri untuk di prank. Saya menyesalkan, meskipun saya bukan fans tapi sayang sekali orang sekaliber Anies tidak mempersiapkan ini. Saat Pilkada 2016 Ahok dan timnya sudah mempersiapkan KTP untuk maju lewat jalur perseorangan," ujarnya.
Survei Pilgub Jakarta 2024 Sehari Jelang Pencoblosan, 2 Putaran Bepotensi Terjadi |
![]() |
---|
Adu Kuat Backing Jokowi-Prabowo atau Anies-Ahok |
![]() |
---|
Jokowi Sanjung Setinggi Langit Ridwan Kamil Saat Ikut Kampanye Pilgub Jakarta: Kurang Apa Lagi? |
![]() |
---|
Survei Terakhir Pilgub Jakarta: Endorsement Prabowo dan Jokowi Tak Bantu Elektabilitas Ridwan Kamil |
![]() |
---|
Dulu Tinggalkan Kini PKS Minta Anies Baswedan Dukung Ridwan Kamil-Suswono |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.