Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilgub Sulsel 2024

Tim Dozer Pendukung Andi Sudirman Tuai Kritikan Pedas, Disebut Tak Beretika dan Rusak Demokrasi

Kelompok yang menamakan dirinya Tim Dozer itu terang-terangan pamer jumlah uang puluhan miliar untuk digunakan memenangkan Andi Sudirman-Fatma

Editor: Ansar
Kolase Tribun-timur.com
Kolase Pengamat Politik Unismuh Makassar, Handam (kiri) dan Panglima Dozer Rully Rozano 

TRIBUN-TIMUR.COM - Tindakan Tim Dozer pendukung pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi menuai kritikan.

Kelompok yang menamakan dirinya Tim Dozer itu terang-terangan pamer jumlah uang puluhan miliar untuk digunakan memenangkan Andi Sudirman-Fatma di Pilgub Sulsel.

Uang sebesar Rp50 miliar pun disebut sedikit untuk digunakan memenangkan adik Menteri Pertanian, Amran Sulaiman di Sulsel.

Tim Dozer memperkenalkan slogan "Ratakan Sulsel".

Tim Dozer bahkan siap menggelontorkan dana fantastis demi membantu kemenangan Andi Sudirman -Fatmawati.

Bahkan biaya sebesar Rp50 miliar masih pandang enteng oleh mereka.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Hasrullah mengingatkan,  masyarakat Sulsel sangat menjunjung tinggi falsafah "Siri na pacce" (harga diri dan empati).

Di mana 'siri na pacce' merupakan nilai-nilai luhur suku Bugis-Makassar.

Menurutnya, pernyataan tim relawan dinilai tidak beretika dan mencederai harga diri Sulsel.

Bagi Hasrullah, setiap tim pemenangan atau relawan berhak mempengaruhi publik.

Namun, hal tersebut harus dilakukan dengan kalimat persuasif dan beretika.

Harullah mengkritik penggunaan bahasa yang dianggap tidak sesuai dengan budaya Sulsel.

"Saya kira ini sangat menyakitkan warga Sulsel. Jadi saya mengingatkan bahwa iklan-iklan politik semacam itu sangat mempengaruhi orang. Kenapakah tidak menggunakan bahasa-bahasa yang baik," kata Hasrullah kepada Tribun-Timur, Jumat (9/8/2024).

"Umpamanya menggunakan diksi 'Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge. Nah kalimat seperti ini lebih mencerminkan budaya orang Sulsel," tambahnya.

“Pernyataan semacam itu memberi kesan bahwa semuanya bisa dibeli dan meremehkan harga diri masyarakat Sulsel.

Biaya iklan yang sangat besar tersebut menunjukkan kepanikan dari pihak mereka. Jika kepemimpinan mereka kuat, mereka tidak perlu mengandalkan pengeluaran sebesar itu untuk menarik perhatian,” tambah lagi Harullah.

Sebelumnya diberitakan, relawan Tim Dozer siap all out memenangkan pasangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi di Pilgub Sulsel 2024.

Bahkan, Panglima Dozer, Rully Rozano secara terbuka mengungkap kebutuhan biaya mereka selama kontestasi politik berlangsung.

Menurutnya, total anggaran yang diperlukan untuk kebutuhan relawan dan kegiatan kampanye melebihi Rp50 miliar.

Pernyataan ini disampaikan Rully Rozano usai konsolidasi relawan bersama Andi Sudirman-Fatmawati di Hotel Swiss Bell Panakkukang Makassar, Kamis (8/8/2024) siang.

"Kecil sekali (kalau) Rp50 M," kata Rully Rozano kepada wartawan.

Baginya, anggaran tersebut masih terbilang sangat kurang.

Apalagi Tim Dozer bakal membiayai berbagai kebutuhan, termasuk kerja-kerja relawan, serta logistik dan koordinator lapangan.

"Biayanya itu secukupnya untuk biayai relawan, yang penting membiayai orang (relawan) karena bekerja," jelas Rully Rozano.

Ia pun menjelaskan bahwa timnya telah menyiapkan struktur organisasi yang sangat terperinci selama gelaran pilgub berlangsung.

Mulai dari koordinator kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, RT/RW, hingga saksi tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Yang jumlahnya mencapai 99 ribu pada Pilpres 2024 lalu. Jumlah ini masih bisa berubah tergantung kebutuhan pada pilgub kali ini," ungkap Rozano.

Dia juga menambahkan jumlah relawan akan disesuaikan dengan kebutuhan.

Jika Andi Sudirman-Fatmawati menghadapi lawan berat, maka Tim Dozer akan menambah jumlah relawan.

Sebaliknya, jika lawan relatif lebih ringan, Tim Dozer akan mengurangi jumlah relawan.

Soal sumber anggaran yang disiapkan, Rully Rozano menyebut biayanya dari internal Tim Dozer.

Olehnya, ia menegaskan komitmennya untuk memastikan kemenangan.

"Target kami adalah menang, dan saya serahkan kepada Tuhan untuk menentukan jalan terbaik. Yang penting adalah kemenangan," tegas Panglima Dozer.

"Dozer selalu hadir di acara-acara politik ini karena kenapa, ini bentuk kepedulian kita terhadap demokrasi. Jadi menurut kami, yang terbaik itu adalah Andi Sudirman Sulaiman dan Ibu Fatmawati tidak ada alasan lain," tambahnya.

Tim Dozer rusak nilai demokrasi

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unismuh Makassar, Handam, turut mengomentari berita viral tim Dozer, Jumat (9/8/2024).

Handam menilai, pernyataan Panglima Tim Dozer, Rully Rozano sangat merusak nilai-nilai demokrasi.

Menurut Handam, pernyataan tersebut sangat merusak nilai-nilai demokrasi yang berlaku. 

Ia menilai bahwa pernyataan tim pemenangan Andi Sudirman-Fatmawati dapat mengancam kesetaraan politik dan mengurangi suara konstituen.

Sehingga menghasilkan pemimpin yang mungkin tidak peka terhadap aspirasi masyarakat marginal. 

"Merusak nilai demokrasi, kesetaraan politik akan redup, voice konstituen terbelenggu, bahkan melahirkan pemimpin politik yang sulit tersentuh dengan oleh voice marginal," kata Handam kepada Tribun-Timur.

Menurut Alumni S1 FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) ini Sulsel adalah arena politik yang bisa jadi transaksional dan pragmatis.

Ini berarti dalam politik di Sulsel, keputusan dan dukungan sering kali dipengaruhi oleh kesepakatan dan imbalan yang konkret.

Utamanya fokus pada hasil praktis daripada pada ideologi atau prinsip. 

Hal ini dianggap dapat memengaruhi dinamika politik, mengarah pada strategi kampanye yang berbasis pada tawar-menawar dan kompromi demi memenangkan kandidat tertentu.

Dengan demikian, hal memunculkan semakin suburnya aspek perilaku koncoisme dan oligarki di level daerah. 

Dan akan berdampak luas pada kualitas kebijakan yang dihasilkan. 

Koncoisme dalam arti loyalitas pribadi dan hubungan dekat, serta oligarki, yang mengacu pada konsentrasi kekuasaan di tangan segelintir orang.

Tentunya, Handam menganggap dapat menghambat pengambilan keputusan yang adil dan berbasis pada kebutuhan masyarakat luas. 

Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan mungkin kurang efektif, tidak representatif, dan lebih cenderung melayani kepentingan kelompok tertentu daripada kepentingan umum.

"Tentunya akan berefek luas pada kualitas kebijakan daerah yang dihasilkan nantinya. Aspek perilaku Koncoisme dan oligarki di level daerah semakin subur," tandas.

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved