Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Berita Viral

Detik-detik Anak Nelayan Bugis Aco Teriak Allahu Akbar Kala Kapal Karam di Selat Lintah

Foto Aco, yang menggedong si bungsu Rahim dan si Rahman yang memeluk di puncak lunas kapal viber itu, pun viral.

|
Penulis: thamsil_tualle | Editor: Ari Maryadi
DOK WARGA VIA X MISS TWEET
Momen Aco, nelayan Bugis saat selamatkan anak ketika terombang-ambing di perairan Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ahad atau Minggu (30/6/2024). perahu ditumpanginya tenggelam. 

TRIBUN-TIMUR.COM -- “Satu jam sebelum (kapal) speed (Zea Zaydan) datang, saya selalu dengar anak saya teriak Allahu Akbar, Allahu Akbar… saya tak pernah mau lepas gendongan,” ujar Aco (37), nelayan asal Desa Gorontalo, Labuan Bajo, mengisahan perjuangannya menyelamatkan Rahim (7 tahun), putra bungsunya di Selat Lintah, perairan Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT, Kamis (4/7/2024) siang.

Rais Aco (37 tahun), nelayan Bugis warga kampung Manjakala, Desa Gorontalo, Labuan Bajo, Kecamatan Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (4/7/2024) siang, meluangkan wawancara khusus dengan wartawan TribunFlores.com, Berto P Kalu di Labuan Bajo.

Wawancara ini 4 hari berselang, pasca-insiden tenggelamnya jolloro (perahu mesin kecil) di Selat Lintah, pusaran air di gugus Pulau Komodo, Pulau Sabita, Pulau Padar, dan dataran Flores, Minggu (30/7/2024) siang.

Siang itu, hampir tiga jam, Aco, nelayan keturunan Taka Bonerate, gugus kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan ini, terobang-ambing di lautan, bersama dua putranya, M Rahim (7 tahun), M Rahman (11 tahun), dan adik iparnya, Irfan (17 tahun).

Insiden akhir pekan lalu, adalah kali pertama, Aco membawa 2 anaknya melaut.

“Karena liburan, kaka mau ikut. Yah yang kecil yang saya gedong terus, juga menangis mau ikut, jadi saya bawa juga,” ujar Aco, yang sudah melaut bersama ayahnya sejak usia 8 tahun.

Beruntung, selepas shalat lohor, sebuah kapal charter wisata Zea Zaydan, yang kebetulan melintas di perairan wisata Taman Nasional Komodo.

Foto Aco, yang menggedong si bungsu Rahim dan si Rahman yang memeluk di puncak lunas kapal viber itu, pun viral.

Warganet ramai-ramai memuji aksi nelayan selamatkan anak di laut.

Dia mengisahkan, insiden itu bermula saat tali kemudi jolloro-nya, putus.

Selama hampir tiga jam, mulai pukul 10.30 Wita, kapal yang dikemudikan iparnya, Ifan, tenggelam dan dihantam badai putaran arus di gugus perairan pertemuan arus Laut Banda-

Selat Flores, dan Samudera Hindia di selatan.

Mereka baru diselamatkan awak kapal wisata, selepas Lohor.

“Sebelum kapal tenggelam betul, saat masih di sampan kecil, saya masih sempat telepon istri dan kabarkan kapal kami tenggelam,” ujar Aco.

Dari foto dan potongan video viral, yang diunggah Muhammad Irvan Wowor di akun @irvanWVisual, memperlihatkan perjuangan Aco, menyelamatkan dua anaknya.

Hampir tiga jam, Rahim yang masih kelas 2 SD terus dibekap. Smentara si Rahman, si sulung memegang erat di pucuk kapal.

Iparnya, terombang-ambing dengan hanya memegang potongan sterofoam box.

Tiik insiden ini termasuk perairan rawan, dengan ombak rerata 2-3 meter. Jika musim transisi, ombak di perairan ini bisa mencapai 7 hingga 10 meter.

Di Selat Lintah, dikenal sebagai pusaran pertemuan arus selatan dari Samudera Hindia, dengan Laut Flores dan Laut Banda.

Kedalaman laut sekitar selat ini antara 100 meter hingga 5000 meter.

Karena berada di pusaran arus dua laut dalam, kawasan ini juga jadi perlintasan ikan karang, ikan laut dalam seperti tuna, dan ekor kuning.

Kawasan perairan ini juga rawan kecelakaan laut.

Sebelum jadi ayah empat anak, Aco adalah nelayan dan pelaut Bugis sejati.

Dia sulung dari empat saudara.

“Ayah saya orang Selayar. Sejak kelas 3 SD saya sudah melaut. Karena anak tua dan tulang punggung keluarga, dia berhenti sekolah di kelas 5 SD dan total jadi pelaut di perairan Flores.”

Artinya, hingga kini, Aco praktis sudah melaut 30 tahun.

Dia mencari ikan dari pancingan di tubiran karang gugus kepulauan Komodo.

Dia bisa melaut pukul 06.00 pagi, dan pulang ke rumah sebelum makan siang, lalu kembali melaut selepas Asar.

Istrinya, juga masih terbilang kerabatnya dari Takabonerate, Selayar.

Gugus kepualauan Selayar biasa ditempuh 12-15 jam perjalana laut ke Labuan Bajo, salah satu pelabuhan utama di Pulau Flores, Manggarai Barat.

Di Kampung Manjakala, Desa Gorontalo, termasuk kampung padat penduduk di Kecamatan Komodo.

Sekitar 45 persen warganya adalah pendatang dari Bima, Bugis, Makassar dan Jawa.

Sisanya adalah penduduk asli.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved